Alma minta ditemani Jendra untuk berjalan-jalan di hari libur ini, dikarenakan suaminya yang seorang dokter bedah memiliki jadwal operasi dan tak bisa menemaninya.
Menjadi ibu rumah tangga yang hanya berdiam diri di rumah itu ternyata cukup penat, Alma tidak terbiasa dan tetap butuh piknik meskipun mengurus Joe adalah hal menyenangkan. Ia juga ingin mengajak Joe berlibur dan bahagia bersama.
Di sana mereka sama seperti yang lain, Alma sibuk berfoto bersama Joe dan juga Jendra.
Setelah agak siangan mereka cukup lelah dan duduk di bangku, mereka pun memutuskan menyimpan Joe di stroller dan mendorongnya.
Tiba-tiba Alma meringis memegangi perutnya. "Jen, kok perut Kakak sakit, ya? Kakak ke toilet bentar, ya?"
Jendra hanya mengangguk, menerima botol susu dari Alma dan memberikannya pada Joe, bayi itu pasti kehausan.
Saat itu juga ponsel milik Jendra berdering dan pemuda itu langsung menerima panggilan, ternyata Farah sang mama. Fatalnya Jendra menerima telepon dari Farah dengan membelakangi Joe.
Tak sengaja stroller Joe kesenggol dan terdorong oleh anak kecil yang berlarian hingga maju beberapa meter menjauh dari Jendra, karena kondisi jalan agak menurun. Sayangnya orang-orang di sana tidak ada yang menyadari karena semua sibuk sendiri.
Sampai akhirnya ada seorang wanita yang tak sengaja melihat stroller bayi dan ia mendekatinya, ia celingukan ke sana sini mencari orang tua si bayi. Beberapa saat ia menunggu tak kunjung ada yang mendatangi bayi itu.
Si wanita perlahan menatap Joe dan mengagumi bayi mungil yang tengah menyusu itu, sangat tampan dan si wanita gemas sendiri, sekaligus mengingatkannya pada anaknya yang sudah meninggal, laki-laki pula.
Sungguh awalnya si wanita tidak ada niat untuk menculiknya, ia menggendongnya hanya coba-coba karena tidak kuat merasa gemas. Di situlah, karena antengnya Joe dan tidak takut dia gendong membuatnya berkeinginan untuk memiliki bayi itu.
Si wanita melihat ke sana sini dan tanpa pikir panjang membawanya dengan cepat. Ia cukup depresi saat kehilangan anaknya, dan melihat bayi menganggur seperti ini membuatnya tak bisa mengabaikan, dia akan membesarkannya seperti anaknya sendiri.
Di sisi lain, Jendra yang baru memutuskan telepon mamanya dan menyimpan ponselnya ke saku begitu terkejut, saat berbalik stroller bayi milik Joe tidak ada.
Panik bukan main, matanya mengedar ke sana sini mencari keberadaan Joe. Dengan cepat ia berlari mencari dan bertanya ke setiap orang apakah melihat stroller dengan bayi yang tengah menyusu, dan mereka semua menggeleng.
Jendra sedikit lega saat melihat stroller milik Joe tak jauh di depannya, ia hampiri namun jantungnya seperti melompat karena tidak ada Joe di atasnya.
"Joe!" pekiknya makin panik.
Jendra gemetar, sangat takut terjadi apa-apa terhadap Joe. Ia terus berlari dan mencari sampai setengah jam lamanya. Alma yang terus menelponnya pun ia abaikan karena tidak siap memberitahu kabar buruk tentang hilangnya Joe, Jendra tetap berharap Joe bisa ketemu sebelum ia ketemu Alma.
Sampai akhirnya Jendra mendatangi pos security dan menceritakan tentang hilangnya keponakannya. Dia juga menunjukkan foto Joe yang diambil sebelumya.
Di situ dia cukup terkejut dengan semua cerita si security, apalagi katanya ada seorang gadis seumurannya yang membawa Joe dan mengamankan Joe.
Tanpa menunggu ia mendatangi tempat yang dimaksud security dan sangat berharap Joe baik-baik saja.
"Sera?" ujarnya dengan suara bergetar, pun dengan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...