“Pinjem Sera bentar, Bro!” Jendra menepuk bahu Ardana dari belakang dan tanpa menunggu persetujuan langsung menarik tangan Sera.
Ardana yang tak setuju terjadilah drama tarik menarik kedua tangan Sera.
“Lo siapanya Sera emang? Cowoknya?” tanya Jendra sinis.
“Udah, udah, Na. Gapapa. Bentar, kok.” Sera melepaskan tangannya dari tangan Ardana dan mengikuti Jendra.
Ardana tak ada pilihan lain, membiarkan Sera pergi tapi matanya tak lepas memperhatikan mereka berdua, berjaga-jaga jika saja Jendra membuat Sera menangis lagi.
“Lo jangan pulang dulu ke rumah sebelum jam delapan,” ujar Jendra langsung saja.
“Kenapa?” tanya Sera bingung.
“Mau ada tamu, mendingan mereka gak tau keberadaan Lo sama sekali daripada banyak nanya siapa Lo.” Jendra dengan nada malasnya menyimpan kedua tangannya di saku celana.
“Kan bisa ngumpet, jangan keluar kamar,” ujar Sera pelan.
“Ribet! Pokoknya Lo gak boleh pulang dulu! Daripada bikin masalah mending Lo nurut!” tutupnya langsung berlenggang pergi tanpa mempedulikan Ardana.
“Ngapain Sera Lo?” Ardana menahan bahu Jendra yang hendak melewatinya begitu saja.
Jendra melirik tangan Ardana di bahunya dan tersenyum sinis. “Peduli banget Lo sama cewek bekas kayak dia,” cibirnya.
“Lo ngomong apa?” Tangan Ardana mengepal, amarah langsung naik ke ubun-ubunnya.
“Sera itu udah gue jebol, Lo masih mau sama dia?” bisik Jendra dengan sengaja mencondongkan kepalanya ke arah Ardana.
“Bangsat!” Ardana langsung meninju wajah Jendra. Dan seketika itu Sera yang masih di kejauhan menjerit.
“Gue gak peduli! Gue gak liat Sera dari segi mana pun, gue gak peduli gimanapun keadaannya karena gue tulus sayang sama dia!” Marah Ardana hendak memukul Jendra lagi kalau saja Sera tidak menahannya.
Jendra tersenyum sinis dan menyeka sudut bibirnya yang terkena bogem mentah Ardana. Lalu melangkah dan menepuk bahu pemuda di depannya itu.
“Lo gak akan pernah berhasil, Dan! Soalnya Sera gak akan pernah bisa lepas dari gue,” bisik Jendra sangat pelan dan hanya Ardana yang bisa mendengar itu. Mengangkat sebelah alisnya lalu beranjak pergi.
“Na, lain kali gak usah ladenin Jendra,” ujar Sera dengan nada malas.
“Apa kekurangan yang kamu maksud itu karena kamu udah ditiduri sama dia?” tanya Ardana tajam. Sera diam, bingung untuk menjawab iya atau bukan, karena lebih dari sekedar pernah ditiduri.
“Ser! Jawab! Kamu merasa hina dan gak pantes buat aku karena udah tidur sama dia?” tanya Ardana lagi dengan nada semakin tinggi.
“Kalo memang kamu nolak aku karena alasannya itu aku gak bisa terima, Ser. Aku sayang sama kamu apa adanya.” Ardana mencengkeram kedua bahu Sera.
“Aku gak pernah permasalahkan itu, karena aku tahu kamu perempuan baik-baik, kamu tetap berharga.”
“Jangan kasihani aku, Na.” Sera menunduk menahan untuk tidak menangis atas semua kata-kata Ardana.
Ardana tersenyum miris dan langsung memeluknya erat. “Aku akan terus mencintai dan menyayangi kamu, Sera. Tanpa alasan.”
“Pegang janjiku, aku gak akan pernah menyakiti kamu dan membuat kamu menangis. Apapun keadaan kamu, aku akan menerimanya.” tutupnya mencium kening Sera dengan durasi cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...