“Lo kenapa bisa keliatan baik-baik aja selama ini? Gak kerasa apa-apa emang?” tanya Alea ketika menyuapi Sera sarapan bubur.
“Kerasa, kok. Tiap minum aja kerasa banget itu air mengalirnya seret dada gue sesak,” jawab Sera dengan santainya.
Alea mengembuskan napas kasar. “Dan lo diem aja? Kenapa gak periksa ke dokter, atau seenggaknya cerita gitu nanya sama orang,” gerutunya tak habis pikir.
“Sakitnya gak seberapa daripada sakit hati gue, jadi gue ngerasa baik-baik aja.”
Alea langsung bungkam mendengar jawaban Sera, kali ini ia tak bisa berkata-kata. Alea sadar masih banyak hal yang belum ia tahu sepenuhnya tentang Sera.
“Maaf ya gue udah repotin lo cuma gara-gara asam lambung doang,” ujar Sera kini.
Alea berdecak. “Ser, please. Gue seneng banget kalo direpotin sama lo, gue ngerasa berguna sebagai sahabat lo.”
Sera tersenyum saja mendengar itu, di antara semua temannya sepertinya hanya Alea yang ia rasakan ketulusannya. Viola pergi hanya karena seorang cowok, Milla dan Rinka ia ragukan karena sedikit banyaknya mereka pernah berselisih dan saling membuka aib, setulus apapun persahabatannya bersama Rinka dan Milla sekarang, tetap saja pernah ternoda.
Ponsel Alea tiba-tiba berdering dan gadis itu menunjukkannya pada Sera yang terpampang nomor Sera yang artinya itu Ardana.
“Angkat aja, bilang gue belum siuman, gue sama dia udah putus,” ujar Sera datar, ia hampir lupa kalau mereka sudah berakhir.
Mata Alea membulat ingin menanyakan lebih lanjut, tapi ia tahan dan memilih menggeser ikon berwarna hijau itu.
“Iya gue lagi jagain Sera.”
“Masih belum sadar dia.”
Sera tiba-tiba menunduk dengan perasaan sedih, rasanya aneh mereka harus tiba-tiba menjadi orang asing.
“Tenang aja, gue gak bakal tinggalin dia sebelum lo dateng.”
“Oke,” tutup Alea langsung menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.
“Serius kalian putus? Bukan gara-gara Tama, kan?” tanya Alea bertubi, ia merasa bersalah saja karena sengaja memberikan waktu berduaan Sera dan Tama.
“Gak ada hubungannya sama Tama,” balas Sera berdecak.
Mata Alea memicing. “Atau jangan-jangan Ardana selingkuhin lo ya?” tebak Alea begitu yakin.
Sera mengembuskan napasnya ingin tertawa, Ardana pernah ada main bersama Milla sahabatnya, tapi entah itu tidak bisa menjadikan alasan dirinya harus meninggalkan Ardana, karena dirinya sama Jendra sama saja.
“Kenapa sih lo gitu banget sama Ardana?” lirihnya sendu.
“Gue gak kenal Ardana, tapi kenal sama beberapa temennya. Mereka tuh ah, gue yakin gak ada yang masih perjaka antara mereka.”
Sera hampir tersedak mendengarnya, bisa-bisanya Alea sampai mikir ke sana.
“Maksud lo termasuk Ardana sendiri?” tanya Sera pelan.
“Ya lo pikir kenapa dia mau nerima lo apa adanya, karena dia udah pengalaman!” ketus Alea yang memang ceplas-ceplos itu, sama sekali tidak memikirkan perasaan Sera saat mendengarnya.
Terbukti dengan Sera yang langsung diam dan menunduk, sedikit demi sedikit dia menemukan jawaban. Ada sedikit rasa sedih mengetahui Ardana ternyata seperti itu, jadi selama ini tidak ada kata menerima apa adanya? Tapi sama-sama menerima diri yang sudah rusak? Dan nyatanya jika Ardana orang yang bersih, tentu takkan mau pada perempuan bekas seperti Sera, kan? Batinnya miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...