Malam Minggu dengan taburan bintang di langit, malam Minggunya anak muda, terutama mereka yang berkencan. Dari sehabis magrib Sera sudah siap menunggu jemputan seseorang, tapi sayangnya bukan untuk berkencan.
Alea yang begitu kepo dari tadi tak bisa diam, ia mondar-mandir tidak jelas dan terus melihat ke luar yang langsung jalanan itu. Setelah putus dari Ardana Alea tidak pernah melihat Sera keluar seperti ini lagi, apalagi ini malam Minggu.
“Penasaran banget ya, Al?” decak Sera tertawa kecil. “Bukan Jendra, kok, tenang aja,” lanjutnya menggoda Alea.
Mata Alea langsung melotot. “Kalo Jendra juga apa urusannya sama gue!”
Sera tersenyum saja mendengarnya, detik berikutnya pupil matanya langsung melebar ketika sebuah mobil berhenti di depan rukonya.
“Nah itu dia dateng.” Sera berdiri dan langsung melambaikan tangannya pada Alea.
Alea mendesis melihat Sera semakin berlalu, tapi detik berikutnya ia mengernyit melihat Sera malah duduk di belakang.
Sera sendiri begitu masuk mobil langsung mendumal, “Lo bilang lo bawa mobil nyokap lo.” Sera memukul pelan lengan Milla karena gadis itu tidak sesuai dengan apa yang dibilangnya.
Milla hanya nyengir. “Gak dibolehin, nyetir gue belum lancar.”
Sera menghela napas beratnya dan melihat supir taksi online yang dipesan Milla itu. “Tau gitu gue aja jemput lo pake motor.”
“Udah lah, yang penting kita seneng-seneng malam ini. Jarang banget kita keluar malem. Ya, kan?” Milla dengan memposisikan duduknya menjadi lebih nyaman, lalu main ponsel.
Sera ikutan sambil melipat tangannya di dada. “Sayang banget Rinka gak ikut.”
Milla tersenyum miring mendengar nama Rinka yang ayahnya over protectif itu, karena memang Rinka sudah seharusnya tidak ikut.
Sera dan Milla benar-benar menikmati waktu mereka. Membeli pernak-pernik barang-barang khas perempuan, bermain di time zone sampai kewalahan dan lainnya. Dua gadis cantik tanpa pawang, sudah pasti banyak pemuda yang melirik dan curi-curi pandang.
Milla yang tengah mengecek ponselnya mengerutkan kening sambil melihat ke sekeliling, lalu ia perlihatkan layar ponselnya ke Sera.
“Lucas liatin kita dari tadi,” bisik gadis itu kembali melirik sekeliling.
Sera ikutan mencari dan ia sama sekali tak melihat Lucas. “Udah lah biarin gak usah dicari,” gerutu Sera sedikit tak suka, kalau sampai Lucas gabung gak asyik jadinya.
“Hai, boleh kenalan?” Terang saja seorang pemuda menghampiri mereka berdua secara tiba-tiba, sepertinya pemuda itu sedari tadi memperhatikan keduanya.
Sera mengerjap dan melirik Milla yang ternyata balas tersenyum dan mengangguk. “Oh boleh,” sahutnya cepat pada si pemuda.
Namun tiba-tiba seseorang merangkul dua gadis itu dan dengan percaya dirinya berkata, “Maaf ya, Bro, dua cewek ini udah ada pawangnya.” Siapa lagi kalau bukan Lucas.
Lucas juga tanpa memberi kesempatan pemuda itu merespons langsung membawa Sera dan Milla menjauh, masih dengan rangkul kanan kiri.
“Gak bisa diajak keluar karena ada acara, ternyata acaranya sama Sera,” ujar Lucas melirik Milla dan rangkulannya pada Sera mulai ia lepaskan.
“Kok bisa kebetulan ke sini?” tanya Milla.
Sera di belakang sudah merasa seperti obat nyamuk, ternyata benar saja adanya Lucas jadi gak asyik. Sera hanya menggerutu pelan padahal lagi seru-serunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...