Belum sempat Tory menjawab, datang sekumpulan mahasiswi merapat dan mengelilingi kursi yang tengah di duduki Nola. Sebelum menunduk, Nola melihat mereka semua berasal dari jurusan yang sama. Kakak tingkat dan bahkan teman sekelasnya sendiri.
Tanpa sadar Nola langsung mendekap laptop, seolah ingin bersembunyi dibaliknya. Meremas kedua sisi laptop tersebut dengan erat. Jantungnya seakan berpacu dengan kematian.
Tidak berani bersuara, bahkan ketika salah seorang di antara mereka memainkan rambutnya yang tergerai. Hanya berusaha menepis dengan bahu.
Sementara Tory berada di barisan paling belakang. Laki-laki itu tidak diizinkan menerobos.
"Se-spesial apa sih kamu di mata Kavi? Kamu tahu, nilai kita semua hancur di mata kuliahnya Kavi. Cuma gara-gara kamu!" bentak Moira yang berjalan memecah kerumunan.
Nola tersentak, air mata yang ditahan sejak tadi pun lunas turun ke tanah. Moira berdiri dengan gagah di hadapan. Disambut seruan tanda setuju dari yang lainnya. Nola menutup telinga karena gemuruh yang menginjak dirinya begitu menyakitkan.
Untung Tory berhasil menembus kerumunan sebelum mereka mulai main serang fisik. Dan ia tidak sendiri. Ada Janet yang langsung membantu begitu melihat ada ramai-ramai.
Mereka berdua kualahan sebab yang dilawan bagaikan gangster. Gangster yang tidak terima nilai mata kuliahnya C dan lebih-lebih yang memberikan nilai C adalah dosen idola mereka.
Atas instruksi Tory, Nola semakin menunduk, menutup kepala dengan kedua lengan ketika timbul keanarkisan. Janet berteriak kepada siapa pun untuk membubarkan aksi dari gangster aneh ini.
Tidak lama datang banyak mahasiswa, terutama teman sekelas Tory dan Janet. Mereka membantu, tetapi tidak bisa dengan sekuat tenaga, sebab lawannya adalah para perempuan.Lengkingan kian memekakkan telinga. Kicau burung saja tidak mau menandingi, karena yakin akan kalah. Hingga empat orang satpam, petugas akademik dan dosen yang sedang diributkan turun tangan.
Massa akhirnya berhasil dipecah, mereka dibubarkan paksa. Hanya Moira yang tersisa. Ia berdiri di hadapan Nola yang tengah dilindungi Tory dan Janet. Tampilannya sangat acak-acakan."Gak ada IPK tiga! Kamu lihat nanti!" hardiknya sebelum berlalu. Jari telunjuk yang menunjuk tajam terasa menusuk bagi Nola. Meski terhalang Tory dan Janet.
Semua masih berdiri di sekeliling Nola, mendengarkan penjelasan Tory juga kesaksian Janet. Dan menurut Kavi, jurusan akan mengadakan rapat internal terkait hal ini.
Dengan tangan gemetar, Nola menarik ujung jaket Tory. Ia ingin pulang.
"IPK yang sudah kamu lihat, tidak bisa direvisi," ucap Kavi sebelum Nola dirangkul Tory menuju tempat parkir.
***Tory tidak bisa membiarkan Nola menikmati kesedihannya sendiri. Ia juga tahu kalau Nola tidak mungkin bisa membagi kesedihannya ke papa. Karena sudah janji pada bunda, maka laki-laki itu tetap menjemput Nola untuk makan malam di rumahnya.
Selepas magrib, Tory sudah tiba di rumah Nola. Ia mengobrol dengan papa yang sayangnya tidak mau ikut makan malam. Papa mengaku jam tidurnya sekarang tidak bisa digeser.
Obrolan dua orang laki-laki itu semakin menghangat karena papa membuatkan singkong goreng dan menyajikannya dengan sambal bawang rambut. Sambal yang sejauh ini tidak bisa diragukan cita rasanya.Nola keluar kamar dengan kacamata hitam besar yang hampir menutupi seluruh wajah. Melihat itu, sontak membuat papa tertawa. Sedangkan Tory tersedak. Tenggorokannya disesaki rasa pedas dari sambal yang langsung tertelan, sedangkan sepotong singkong kembali ke luar dari rongga mulutnya.
"Gak biasa lihat orang cantik nih, gini," ledek Nola seraya memberikan secangkir kopi dari atas meja, yang memang milik Tory.
"Kamu tuh ngapain malam-malam pakai kacamata segede gaban?" celetuk papa.
Nola hanya tersenyum menanggapinya. Lalu memburu Tory untuk segera berangkat.
Usai berbalas lambaian tangan, mereka melaju menuju rumah Tory. Begitu keluar kompleks, Nola langsung membuka kacamata yang rupanya sudah ditunggu Tory di spion sebelah kiri.
"Astaga! Di matamu ada telur!"
Nola langsung mencubit pinggang Tory hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan. Sebenarnya ia ingin tertawa, tetapi jika ditarik ke belakang, kejadian siang tadi di kampus memang cukuplah untuk membuat seorang Nola shock.
Angin malam yang bertiup pelan, membawa debu-debu dari semenisasi jalanan beterbangan. Nola menggantikan kacamata dengan menurunkan kaca helmnya. Dan itu menjeda Tory untuk kembali mengejek.
Setelah habis semenisasi, motor Tory melesat di atas aspal hitam yang tidak seberapa mulus dibanding aspal ibukota lainnya. Hingga tiba di rumah. Sang bunda sudah menunggu di ruang tamu.
Karena sudah mendapat cerita dari Tory, maka bunda hanya merentangkan kedua tangan ketika motor sudah berhenti di carport. Sorot mata yang teduh membuat Nola lekas menghambur ke dekapan bunda.
Wanita itu tidak membahas mata telur Nola, ia justru tertarik dengan IPK tinggi yang berhasil diraih sahabat anaknya itu.
Nola pun dengan menggebu-gebu menceritakannya. Hingga ditegur Tory karena gadis itu lupa mencopot helm sampai ke dapur.
Aroma makanan menggeliat bebas begitu langkah kaki tiba di dapur. Hidung Nola kembang kempis menghidu baunya. Sedangkan Tory sudah mencomot satu ekor udang asam manis.
Bunda yang sebenarnya juga sudah lapar langsung saja menyilakan mereka berdua untuk makan. Ia menyendok empat centong nasi ke piring Tory, dua centong ke piring Nola, dan dua centong lagi ke piringnya sendiri.
Setelah itu Nola mengambil satu sendok udang asam manis dan tidak lupa menambahkan sambal baby cumi ke atas nasinya. Ia pun makan bermandikan peluh.
Bunda berhasil mengusir rasa sedih Nola walau sekejap dengan makanan enak yang disajikan. Gadis itu sangat lahap. Sampai-sampai berebut udang goreng dengan Tory. Kelakuan mereka yang tidak berubah sejak SMP.
Melihat keduanya sudah selesai makan, bunda beranjak hendak mengambil puding dari dalam kulkas. Nola ikut membantu. Dan mereka lanjut menikmati segarnya puding buah dan salad buah buatan bunda.
Masih menikmati suapannya, ponsel bunda berdering. Membuatnya bergegas meninggalkan meja makan dan menerima panggilan telepon. Lama Nola dan Tory di meja makan. Mereka bercerita apa saja yang jauh dari kehidupan kampus.
Sayangnya ponsel Nola yang bergetar menghancurkan keyakinan. Terlihat isi dari surel yang baru diterima, bahwa IPK Nola menjadi 2.99.
"Gak mungkin," gumam Tory yang ikut melihat layar ponsel Nola.
Nola menangis. Menyesal. Jika bisa diulang, ia ingin mengerjakan tugas siapa saja. Membantu siapa saja yang perlu bantuannya. Tidak mau lagi menolak permintaan, apalagi orang itu adalah Moira.
"Ini pasti salah," tegas Tory.
Tidak, Nola yakin ini tidak salah. Ini hukuman buatnya yang sudah berani menolak Moira. Risiko yang paling Nola takutkan pada akhirnya terjadi. Tangisan pun kian pecah hingga mengundang bunda untuk memeluk dan menenangkan.
Atas saran bunda, Tory mencoba untuk menelepon Kavi. Baru berdering beberapa kali, dosen itu langsung menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Nola di Kampus Ganas [TAMAT]
Teen FictionBlurb: Kata Tory, Nola, sahabatnya si paling "gak enakkan" itu memiliki "dosa" di kampus Garuda Nusantara. Benarkah itu? Apa sebenarnya yang Nola rasakan akan kehadiran "si dosa"? ========================= Dimulai: 1 September 2022 Tamat: 30 Novemb...