"Hubunganmu sama dosen itu apa sih?" tanya Benny disela-sela suapan nasi ayam kremesnya.
Selama KKN, Nola tidak punya pilihan lain selain mencari warung untuk makan siang bersama Benny. Jatah makanan penutup yang cacat, seringkali masuk ke tenggorokan sesuai perintah kepala dapur. Namun, tetap saja mereka masih mencari nasi.
Usai meneguk es teh, Nola menjawab jujur. Bahwa Kavi hanyalah dosen. Jadi, hubungan mereka pun sebatas dosen dan mahasiswa.
"Ah, masa?"
Enggan menanggapi, Nola melanjutkan makan. Paket lima belas ribu komplit es teh, selalu menjadi pilihan utama mereka kala siang menyapa. Sesekali juga menyantap soto banjar. Namun, karena jarak yang terlalu jauh, maka sering kali harus dikalahkan. Padahal soto banjar yang bertabur telur bebek itu paling nikmat disantap kala hujan datang melanda seperti sekarang.
Benny sudah selesai makan, kini ia menyesap rokok. Sama seperti Tory yang membuang asap ke arah bawah, samping, atau mana saja agar tidak terhirup Nola, Benny pun demikian.
Dengan mata yang tidak bergeser sedikit pun dari wajah Nola, ia seakan terpana. Sesekali tersenyum. Sebuah senyum yang memamerkan deretan gigi yang rapi.
Tiba-tiba ia menceletuk, mengatakan kalau Nola cantik. Nola pun tersedak. Meski suara Benny harus beradu dengan suara hujan yang jatuh di atas atap seng, tetapi telinga gadis itu begitu tajam bisa memilah mana suara manusia dan hujan.
Benny hanya menertawakan Nola, tidak memberikan minum, atau gerakan yang menunjukkan kepanikan. Masih dengan rokok yang dijepit di jemari, ia belum mau mengalihkan pandangan. Membuat Nola salah tingkah. Meski begitu, gadis itu tidak rela menyembunyikan rasa lapar. Ia terus saja menyuap nasi ayam kremes hingga habis bersisa tulang.
Benny berdiri, membayar untuk dua porsi makanan. Sejak pertama kali makan siang bersama, selalu Benny yang mentraktir. Pada awalnya Nola keberatan dan bersikeras, tetapi laki-laki itu berhasil meyakinkan kalau kekayaan yang dimiliki keluarganya tidak akan habis hanya karena mentraktir makan siang seorang gadis.
Benny terkenal kaya raya. Bukan hanya di kampus, tetapi di Kota Tepian. Keluarganya memiliki usaha di perairan. Seperti penyewaan tongkang dan kapal untuk perusahaan batu bara.
Karena hujan masih lebat, mereka hanya menunggu di warung. Duduk dan bercerita. Nola hanya bagian pendengar saja. Menurut Benny, banyak perempuan yang mendekatinya hanya menginginkan kemewahan saja.
"Mulai besok aku cari makan siang sendiri aja deh, takut dinilai matre juga," ledek Nola.
Dengan mata berbinar seperti kucing yang memohon, Benny menangkupkan kedua tangan di hadapan Nola. Bahkan ia bertekuk lutut, memohon agar gadis itu mau berteman dengannya yang sudah tidak memiliki teman yang tulus lagi.
Nola tertawa, mereka tahu jika sama-sama saling bercanda. Namun, dosen yang sedang berada di dalam mobil depan warung itu, tidak tahu. Ia segera turun dan menarik Nola agar masuk ke dalam mobil.
"Jangan paksa dong." Benny berhasil merebut Nola.
"Paksa? Saya enggak paksa. Ini sudah jam berapa? Harusnya kalian di hotel. Bukan malah leyeh-leyeh di warung."
Nola berpindah ke sisi Kavi, tangan kanan dicengkeram erat. Tidak mau kalah, Benny ikut mencengkeram tangan kiri Nola. Mereka berdua berdebat. Tidak peduli tatapan pengunjung warung.
Nola yang malu, segera mengentak kedua tangannya hingga terlepas, "Kalian apa-apaan sih?"
Dalam sekejap, Kavi menggendong Nola masuk ke dalam mobil. Tanpa ia sadari, Benny mengekor dan duduk di jok belakang. Bukan hanya Kavi yang terkejut, Nola pun ikut terkejut.
"Kalau kamu khawatir Nola terlambat balik ke hotel. Harusnya kamu juga khawatirin aku dong. Iya dong? Kan aku juga KKN di hotel yang sama kaya Nola," cerocos Benny sebelum Kavi mengeluarkan suara.
Perdebatan kembali terjadi, kuping Nola mulai memanas. Ia memutuskan keluar, menutup pintu mobil keras-keras, "Stop! Cukup! Kalian ke hotel aja bedua! Aku bisa sendiri!"
Kavi dan Benny bersamaan menyusul gadis yang sudah kembali ke warung. Berdiri mepet di dinding kayu dengan tangan bersedekap dan bibir mengerucut.
"Kita ke hotel yuk." Ucapan Kavi dan Benny yang bersamaan mengundang tanda tanya besar bagi pengunjung yang mendengarnya.
Nola semakin tidak enak, tetapi juga tidak tahu harus berbuat apa. Kakinya melangkah menuju mobil. Namun, karena hujan masih rintik-rintik, Kavi dan Benny berlomba menyelimuti tubuh Nola dengan jaket masing-masing. Sayangnya, jaket denim buluk milik Benny lah yang lebih dulu mendarat di pundak Nola.
Dengan rahang mengeras, Kavi melangkah cepat menaiki mobil lebih dulu. Sedang Nola melangkah bersama Benny dalam naungan jaket denim buluk. Mereka duduk di jok belakang.
Di spion tengah, Benny menjulurkan lidah kepada Kavi yang matanya juga sedang menatap spion tengah tanpa sepengetahuan Nola.
***
Malam ini, setelah berbulan-bulan disibukkan kegiatan KKN, Nola datang ke kafe 0A. Ia mengundang Benny yang ternyata sudah datang lebih dulu. Menikmati puding dan secangkir kopi.
Nola menyapa karyawan terlebih dahulu sebelum duduk bersama Benny. Ia juga menyempatkan menengok Moira di dapur. Perempuan itu memasak sambil bernyanyi dan menari mengikuti irama musik idm.
"Nola?" sapanya setengah terkejut ketika menyadari gadis itu tengah berdiri di ambang pintu dapur.
Mereka pun menguraikan peluk dan mengakui rindu yang sudah penuh dalam hati masing-masing. Karena pesanan sedang banyak, maka Moira kembali bekerja. Sambil memasak, ia bertanya mengenai hal terberat dan terindah apa yang sudah dialami Nola selama KKN.
Cerita gadis itu tidak bisa diperpanjang, karena ada Benny yang menunggu. Terpaksa menyudahi, meski Moira masih penasaran. Apalagi ketika Nola menyebutkan nama Benny. Moira jelas tahu siapa Benny.
"La, kalau bisa jangan sama Benny, deh. Ya, boleh berteman, tapi jangan terlalu dekat. Paham kan maksudku?"
Di telinga Nola, ucapan Moira terdengar lebih mirip sebuah peringatan. Gadis itu mendengkus, tidak paham kenapa Moira melarang.
Sudah pacaran sama Kavi, masih juga mau ngembat Benny! Rakus amat sih!
Nola duduk di hadapan Benny dengan segelas es cokelat yang dibawanya dari dapur. Wajah yang tertekuk mengundang pertanyaan dari Benny. Namun, Nola segera menepis.
Mengajak Benny menyelesaikan laporan harian yang harus dikumpulkan malam ini juga. Mereka begitu konsentrasi mengerjakannya. Hingga tidak sadar ada Kavi yang duduk di meja samping. Bukan hanya duduk, dosen itu juga memperhatikan.
"Yes! Selesai!" teriak Benny mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi dan terkejut setelah melihat ke samping.
Sebelum mendengar ucapan Benny, Kavi lebih dulu berucap bahwa ini kafe, siapa pun berhak datang. Tentu saja Benny tidak percaya, ia terus saja meledek Kavi yang dicurigai telah menguntit Nola.
Sebenarnya Nola tidak peduli. Namun, karena konsentrasinya harus terpecah akibat suara perdebatan dua orang itu, maka Nola mau tidak mau beranjak.
"Mau ke mana?" ucap Benny dan Kavi bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Nola di Kampus Ganas [TAMAT]
Teen FictionBlurb: Kata Tory, Nola, sahabatnya si paling "gak enakkan" itu memiliki "dosa" di kampus Garuda Nusantara. Benarkah itu? Apa sebenarnya yang Nola rasakan akan kehadiran "si dosa"? ========================= Dimulai: 1 September 2022 Tamat: 30 Novemb...