Karena merasa mendapat chat, maka setelah menghabiskan roti cokelat dan segelas cokelat hangat, Nola langsung mengerjakan tugas. Seperti kendaraan yang baru diisi bahan bakar, kecepatan otak menemukan jawaban menjadi mudah, tidak lagi macet.
Sebelum pukul sembilan, Nola sudah menyelesaikan sepuluh soal esai. Sementara Moira sibuk mengganti warna cat kuku sambil mengobrol dengan Tory. Gadis yang pagi ini mengenakan kemeja kotak-kotak gelap itu tidak tertarik untuk ikut mengobrol. Ia sibuk membereskan laptop dan buku ke dalam tas.
Begitu berdiri hendak melangkah, Moira mencegah. Perempuan itu meminta Nola untuk menunggu sebentar. Sebab ia ingin pergi ke kelas bersama-sama.
Nola duduk kembali, melipat tangan di atas meja sambil menonton keadaan sekitar. Setiap satu menit, gadis itu mengubah posisi tangan. Hingga akhirnya bertanya pada Moira yang masih saja mengobrol. Namun, kali ini ia tidak lagi mewarnai kuku, hanya meniup-niup agar lekas kering.
Jawaban perempuan itu masih sama; sebentar. Tidak mau menunggu, Nola yang paling bisa membuat jarum jam minder itu, segera melangkah. Meninggalkan Moira yang berusaha menyusul dengan susah payah. Karena cat kuku belum kering, maka Tory membantu memasangkan tas. Dalam sekejap, Moira langsung melesat.
Mencengkeram tangan Nola yang hampir membuka pintu kelas. Dengan napas tersengal-sengal, sekali lagi Moira meminta Nola untuk menunggu.
Gadis itu akhirnya mau menunggu. Begitu Moira berhasil menstabilkan napas, dengan cepat ia mendorong pintu hingga terbuka lebar. Kehadiran mereka yang tepat di pukul sembilan, mendapat sorotan dari semua pasang mata di dalam kelas.
Melangkah beriringan menuju kursi kosong yang masih tersedia di bagian paling depan. Selagi masih melangkah, desas-desus yang ramai mengerubung pendengaran, mendadak bungkam.
Nola yang penasaran, segera menoleh ke belakang. Rupanya Kavi ikut mengiring langkah mereka berdua. Gadis itu sempat mematung. Menghadap Kavi bukan karena terpesona, melainkan ingin mempertanyakan perihal tugas.
Namun, belum sempat membuka mulut, Moira dengan cepat menarik Nola untuk duduk. Mengingatkan akan ada gosip yang beterbangan kalau sampai Nola mengobrol dengan Kavi di depan kelas.
Gadis itu menurut, duduk di samping Moira dengan hati yang panas. Sedang dosen di depannya, dengan santai meneruskan lanjutan materi beberapa hari yang lalu.
Selama mengajar, Kavi tidak sedikit pun mengungkit perihal tugas yang sudah diselesaikan Nola. Sampai tiba di akhir pertemuan, dosen itu melangkah santai meninggalkan kelas usai pamit.
Tanpa merapikan buku dan membawa ransel, Nola hendak menyusul. Namun, lagi-lagi Moira mencegah. Ia mengajak Nola untuk bertanya kepada kating terlebih dahulu.
Mereka pun mendatangi kating yang asyik mengejreng gitar di sudut kelas. Begitu melihat Moira mendekat, kumpulan laki-laki itu menghentikan nyanyian. Tidak berani menggoda, hanya melempar pertanyaan kenapa.
"Selain Nola, siapa lagi yang kamu kirim pesan terusan yang isinya tugas?"
"Cuma Nola. Kavi yang minta," jawabnya seraya memperlihatkan isi chat Kavi.
Hih! Dasar dosen aneh! Benci! Benci! Benci!
Sebelum Nola melesat, Moira lebih dulu mencengkeram pergelangan tangan gadis itu. Meminta untuk lebih santai. Membawanya ke kursi untuk mengambil tas, lalu berjalan menyusuri koridor. Pegangan Moira pada tangan Nola mendapat banyak pertanyaan dari manusia-manusia kepo. Sayangnya hukuman di depan mata menanti mereka jika sampai merundung kembali.
Moira berusaha menekan rasa marah Nola dengan mengajaknya ke taman. Nola duduk dengan posisi yang kian berubah. Sementara Moira hanya bersandar sambil membuka market place pada gawai.
Untuk menarik perhatian, Moira sengaja sedikit memekik, memberitahu Nola jika sedang ada diskon untuk produk incarannya. Jiwa perempuan mana yang tidak goyah ketika mendengar kata diskon?
Nola beringsut mendekat, melihat etalase kosmetik yang memenuhi layar gawai Moira. Perempuan itu memasukkan satu lipcream warna terbaru dari sebuah merek terkenal. Namun, ketika hendak melakukan pembayaran, sayangnya tidak mendapat subsidi ongkos kirim. Mengingat, ongkos kirim ke Kota Tepian tidaklah sedikit.
Alhasil, Moira menyerahkan gawainya pada Nola. Membiarkan gadis itu melihat-lihat. Nola pun hanyut dalam kumpulan kosmetik yang tersebar bagaikan racun. Melihat, membandingkan, dan tidak lupa bertanya pada Moira; ini bagus gak.
Tory menyusul dengan tiga botol minuman kopi kemasan. Serta sekotak wafer tiramisu. Menyapa Nola, tetapi gadis itu tidak hirau sama sekali. Begitu Tory melihat apa yang sedang ditatapnya, ia pun bisa mengerti dengan cepat.
Setelah sekian lama, Nola mengembali gawai Moira.
"Jadi yang mana?" tanya Moira seraya tersenyum semringah. "asem! Gak jadi pesan? Selama itu kamu milih-milih? Ah, aku juga gak jadi beli kalau gitu," lanjutnya setelah melihat keranjang yang tidak bertambah satu produk pun.
Nola hanya meminta maaf, kemudian menarik Tory menjauh. Di bawah salah satu pohon, mereka duduk. Tory menyiapkan telinga untuk mendengar keluh kesah Nola yang sudah beberapa hari tidak didengarnya.
Cerita pun dimulai dari kafe. Berakhir di tugas dari Kavi barusan. Tory berpikir sejenak, lalu memastikan apakah Nola yakin ingin mengerjai Kavi jika di kafe?
Gadis itu mengangguk mantap. Dan hal itu membuat Tory menarik kesimpulan secara cepat. Bahwa Kavi pasti akan membalasnya juga di kampus.
***
Karena mata kuliah terakhir berakhir pukul tiga, maka malam ini Nola ke kafe menggunakan ojek motor. Gadis itu bersikeras agar papa tinggal di rumah saja, mengingat besok ada jadwal cuci darah. Ia meminta papa beristirahat.
Tidak ada perdebatan seperti biasanya, papa menuruti apa kata Nola. Ia hanya ingin anak gadisnya merasa tenang dan senang. Besok pun kalau ada jadwal kuliah Nola yang bentrok dengan jadwal cuci darah, papa berencana pergi ke rumah sakit sendirian saja. Tidak mau lagi merepotkan anaknya.
Tepat pukul enam sore, Nola sudah tiba di kafe. Menyusun kursi, menyiapkan apa yang harus disiapkan. Sementara karyawan yang lain ada yang menyapu, mengepel, meskipun kemarin malam saat kafe tutup sudah disapu.
Saat melihat Kavi tiba, otaknya mulai menyusun rencana di luar kendali. Sengaja menyingkir dari pandangan Kavi. Ketika Kavi masuk, ia keluar dan berdiri di dinding sisi pintu masuk. Namun, sudah menghabiskan lima belas menit untuk berpikir, rencana nakal tersebut tidak jua muncul. Nola pun kembali ke dalam membantu rekannya.
Tiba pukul tujuh malam, tulisan buka pada papan acrylic dipamerkan di depan pintu kayu. Pengunjung pertama mereka adalah sepasang muda-mudi yang masih mengenakan seragam SMA. Nola menyambut hangat.
Mereka memesan dua porsi nasi ayam popcorn BBQ beserta dua gelas es jeruk. Usai mencatat, Nola langsung menyerahkan kertas catatan kepada pramusaji lainnya untuk ditempel di dinding pesanan. Namun, sebelum menyerahkan, Nola menambahkan tulisan; dengan taburan bon cabe.
Senyum curang ditutup dengan jemari. Nola bergegas berdiri di depan pintu masuk untuk menyambut pengunjung berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Nola di Kampus Ganas [TAMAT]
Teen FictionBlurb: Kata Tory, Nola, sahabatnya si paling "gak enakkan" itu memiliki "dosa" di kampus Garuda Nusantara. Benarkah itu? Apa sebenarnya yang Nola rasakan akan kehadiran "si dosa"? ========================= Dimulai: 1 September 2022 Tamat: 30 Novemb...