Nola yang sudah tenang, menyandarkan kepala ke bahu Tory. Mereka duduk di tepi ranjang klinik. Tory yang merangkul itu, mengusap-usap bahu Nola lembut. Ia tidak lagi bertanya-tanya, karena videonya sudah beredar di grup kampus.
Air mata tidak lagi jatuh. Ada perasaan lega sekaligus kosong jauh di dalam hati. pikiran Nola kian melayang, tidak sempat singgah untuk memikirkan hukuman.
Setelah membiarkan hampir satu jam untuk Nola menenangkan diri, Kavi masuk ke klinik. Dengan pelan ia meminta Nola untuk ke ruang dosen menghadap ketua jurusan.
Tory menolak tegas, tetapi Nola malah turun dari ranjang tanpa sepatah kata. Gadis itu tidak menghiraukan panggilan Tory. Melangkah gontai melewati Kavi menuju ruang dosen. Kedua laki-laki itu segera mengekor. Sempat berebut keluar di ambang pintu yang terbuka hanya satu daun, membuat perawat yang berjaga hanya geleng-geleng kepala.
Setibanya di ruang dosen, Nola tidak terkejut sama sekali. Ia meneruskan langkah dan duduk di bangku yang sudah ditunjuk ketua jurusan. Tidak hanya perempuan tadi dan teman-temannya yang sedang duduk di meja panjang yang dikelilingi kursi beroda. Ketua jurusan beserta beberapa dosen juga turut hadir.
Gadis itu duduk tertunduk memandang kedua tangan yang bersembunyi di bawah meja, saling meremas. Tidak menoleh sedikit pun ketika suara pintu terbuka. Di saat yang lain, terutama dari jajaran mahasiswi menjerit dalam hati.
Tidak lama Kavi menempati satu kursi yang masih kosong, ketua jurusan mulai angkat bicara. Dan meminta beberapa saksi untuk memberikan bukti.
Satu ponsel milik mahasiswi tersebut diletakkan ke atas meja. Ketua jurusan di dampingi dosen-dosen menyaksikan dengan saksama. Kavi pun ikut melihat.
Jantung Nola berdegup semakin kencang. Keringat dingin mengucur di bawah arahan AC. Pikirannya kian ke sana kemari. Sesekali ia melirik dengan ekor mata, tatapan tajamnya berhasil menciutkan nyali perempuan yang tadi dicekik.
Begitu video berakhir, Nola lekas mengangkat wajah. Bagaikan menantang prajurit, ia membusungkan dada. Menarik napas dalam-dalam.
"Selama ini saya menolong teman-teman mengerjakan tugas. Tidak pernah saya berani menolak. Karena, karena saya cuma mau belajar di kampus ini dengan tenang. Rupanya teman satu angkatan saya mempromosikan saya ke kakak tingkat yang sekarang jadi teman sekelas saya. Mereka jadi ikut-ikutan, tapi saya tidak pernah mau. Semua tugas, semua, Pak, Bu, semua tugas mereka minta saya yang kerjakan. Apalagi kalau tugas dari Kavi." Dada yang membusung, akhirnya menikung karena di desak air mata.
Seakan tidak ada yang mau peduli, Kavi langsung mendekat, memberikan secarik tisu dari tempat tisu yang tersedia di salah satu bufet. Mengusap pelan punggung yang berguncang.
Salah satu dosen menyalahkan perbuatan Nola. Ketua jurusan tampak masih berpikir sebelum membenarkan. Saat itu juga ketukan pintu terdengar, tanpa ada yang mempersilakan masuk, Moira sudah berdiri setengah kikuk.
Tanpa basa-basi perempuan itu memberikan ponselnya kepada Kavi yang sudah menadahkan tangan. Tangisan Nola berganti menjadi sebuah tanda tanya.
Ketua jurusan dan dosen kembali menyaksikan beramai-ramai. Rupanya ponsel itu menyimpan video dari awal kejadian. Tidak seperti kebanyakan video yang beredar, yang hanya menampilkan sudut pandang di mana orang yang menyaksikan pasti dengan mudah menyalahkan Nola.
Wajah mahasiswi yang duduk di sisi kanan meja mendadak kehilangan senyumannya. Beberapa dari mereka memelototi Moira. Namun, perempuan itu hanya membalasnya dengan juluran lidah.
***
Akibat peristiwa kemarin, sejak pagi Nola tidak keluar kamar. Padahal papa sedang merenovasi kafe bersama rekan-rekannya. Gadis itu hanya ingin merenung.
Semua pelaku bullying telah mendapat tindakan tegas dari jurusan. Pembelaan serta kesaksian Kavi dan Moira yang bersatu, berhasil melepaskan Nola dari bidikan hukuman. Harusnya itu bisa menenangkan bagai obat penenang, tetapi perasaan Nola malah jadi campur aduk.
"La." Panggilan itu sudah yang ke sekian kalinya. Namun, baru sekali didengar Nola.
Dengan malas gadis itu menyingkap selimut dan membuka pintu. Tory dan senyum merekahnya menyambut di depan pintu. Belum saja menyuruh Tory masuk ke kamar, Moira mengejutkan. Ia muncul dari tempat persembunyian; di balik punggung Tory.
Perempuan itu melangkah melewati Nola. Duduk di tepi ranjang setelah meletakkan bungkusan makanan ke atas nakas.
"Gila, ya! Satu jam lebih kita ketuk pintu," protesnya yang langsung merebahkan diri di kasur.
Tory membenarkan sambil menunjukkan buku jemari yang tidak kenapa-kenapa sedikit pun. Nola hanya berdiri menyaksikan dua orang yang saling berbagi kasur untuk merelakskan punggung.
Seakan baru teringat sesuatu. Dalam sekejap, Moira langsung duduk dan meraih bungkusan di atas nakas. Lalu menarik Nola keluar. Mendudukkan gadis itu ke kursi meja makan.
Bungkusan makanan di buka di atas meja, tepat di hadapan Nola. Aroma dari sebungkus nasi kuning lauk daging menguar begitu saja. Tanpa disuruh, Nola langsung mengambil sendok yang memang tersedia di atas meja makan. Dan melahap dengan ganas.
"Laper," komentar Tory yang baru keluar kamar. Ia melirik Moira yang ikut tertawa kecil.
"Habis ini ikut kita. Bantuin papamu renov kafe," kata Moira yang menarik satu kursi untuk duduk. "Iya, tadi kita beli nasi kuning. Rencananya mau ajakin kamu, tapi ponselmu gak aktif. Eh, tahunya malah ketemu papamu, dia beli nasi kuning juga," lanjutnya.
Nola sempat terdiam sebentar dan melanjutkan hingga tidak ada sebutir nasi pun yang tersisa di bungkus. Meneguk sedikit air dan melesat menuju kamar mandi. Tidak lupa ia meminta waktu lima menit kepada Tory dan Moira.
Segarnya kucuran air membuat kepala Nola kembali ringan. Pikiran demi pikiran yang sempat tidak mau minggat itu, perlahan mengabur. Hingga Nola bisa bernapas lega.
Usai berpakaian, mereka langsung menuju kafe dengan Moira sebagai sopir. Selain karena memang itu mobilnya, Nola dan Tory tidak ada yang bisa menyetir.
"Untuk apa bisa nyopir, kalau ada yang supirin," seloroh Tory yang mendapat umpatan dari Moira.
Sementara Nola hanya menyumbang senyuman sambil memandang jalan. Tidak lama, mereka tiba di kafe. Moira memarkir mobilnya tepat di sebelah sebuah mobil yang sepertinya di kenal oleh Nola.
Gadis itu mulai menggali ingatan, tetapi tidak menemukan siapa pemilik mobil itu. Hingga ia melihat Kavi tengah membantu papa. Bahkan papa memperkenalkan dosen itu kepada satu orang yang baru datang untuk membantu. Profesi saat ini sekaligus profesi Kavi nanti di kafe diterangkan papa tanpa ada yang bertanya.
Papa apa-apaan sih?
Dengan rambut diikat, kaos oblong dan celana jin sobek di bagian lutut, Kavi benar-benar tidak ada tampang dosen kalau sudah bekerja berat. Makanya lawan bicara papa tidak percaya. Begitu juga dengan yang lainnya yang ikut setuju.
Satu deheman Moira membuat semua yang tengah bekerja menoleh serempak, termasuk Kavi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosa Nola di Kampus Ganas [TAMAT]
Teen FictionBlurb: Kata Tory, Nola, sahabatnya si paling "gak enakkan" itu memiliki "dosa" di kampus Garuda Nusantara. Benarkah itu? Apa sebenarnya yang Nola rasakan akan kehadiran "si dosa"? ========================= Dimulai: 1 September 2022 Tamat: 30 Novemb...