Dua

3.2K 147 4
                                    



Hari ini sungguh sangat melelahkan bagi caca, berharap bisa pulang lebih awal eh berakhir pulang larut malam. Belum lagi jalanan ibu kota yang tak bisa diajak kompromi, ditambah hujan yang mengguyur kota ini. Lengkaplah sudah.

Sang bunda sudah menelpon berkali kali menanyakan dimana keberadaannya, bahkan menyarankan mengirim Arsha menjempunya. Tapi caca menolak saran sang bunda, karna bisa bisa ia semakin terjebak macet kalau menunggu di jemput Arsha.

"Kenapa gak bilang dari awal sih kak, kalau bakal pulang larut gini. Kalau gitu kan bunda bakal nyuruh ayah atau arsha buat jemput kamu " cerocos bunda Nadine dengan wajah khawatir nya, saat caca baru saja menginjakan kakinya di dalam rumah.

"Kakak gak tau akan pulang larut bun, soalnya pemilik pabrik kainnya banyak ngajak kakak ngobrol. Masa iya mau kakak tinggal gitu aja sih "

"Kan bisa hubungin ayah atau bunda, biar ayah jemput kamu kak " timpal ayah Rifky.

"Aku gak sempet hubungin siapapun yah , soalnya tadi kita langsung lanjut makan malam bersama jadi yah kakak sungkan lah kalau nolak "

"Lain kali jangan gitu lagi yah, bunda dan ayah takut kamu kenapa napa. Mana diluar hujan lebat lagi" balas Nadine.

Caca tersenyum mengangguk " caca masuk ke kamar dulu ya, mau mandi "

"Kamu udah makan ? "

"Udah bun "

"Yaudah kalau gitu abis bersih bersih langsung istirahat, besok kita harus ke rumahnya tante nia buat acara aqiqahan anaknya ila "

"Oke bunda " balas caca berlalu naik ke kamarnya.

Masuk ke kamarnya caca bergegas bersih bersih, karna badannya sudah sangat leleh sekali minta di istirahatkan.

Kini, caca sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur menatap langit langit kamar nya. Semenjak pertemuannya dengan rian, dan rian mengabari kalau deva akan pulang minggu ini, pikirannya jadi sering melayang layang mengingat laki laki itu.

Jika menurut yang rian kabari padanya, deva akan landing sore ini. Yang artinya dave sudah sampai ke tanah air dari sore tadi, tapi berkali kali ia mengecek ponselnya tak ada pesan atau sambungan telpon dari laki laki yang selalu ia tunggu kedatangannya.

Caca tak pernah mengganti nomer telponnya, tapi deva tak pernah menghubunginya sekali pun. Bahkan deva sudah berjanji akan langsung menemuinya ketika dia kembali. Tapi sudah hampir enam jam dari kepulannya ke tanah air, deva belum menghubunginya atau datang menemuinya sesuai janjinya.

Sungguh itu semua terasa sangat mengganggu pikiran dan hati caca, caca takut bahkan sangat takut sekali. Ia takut, hal yang ia takutkan selama ini akan terjadi pada hubungannya dengan deva. Ia belum siap, bahkan tak akan siap sampai kapanpun kehilangan laki laki yang amat ia cinta.

Ia gelisah, ya ia sangat gelisah. Matanya yang terasa sangat berat pun gak kunjung terpejam.

Mungkin sekarang tak ada salahnya ia menghubungi rian, untuk memastikan soal deva. Agar ia sedikit tenang dan tak terlalu gelisah memikirkan laki laki itu.

Hallo yan, maaf ya gue ganggu lo tengah malam gini.

Oh gak apa apa kok ca, kenapa ? Ada yang bisa gue bantu ?

Gue mau tanya soal deva , boleh ?

Boleh, ada apa sama deva ?

Dia udah sampai di Indonesia kan ?

Udah kok ca, kalau gak salah tadi sore deh dia sampai Indo. Bahkan dia sudah Chat gue tadi, ngajak ketemu besok.

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang