Menjadi ibu baru benar bener sangat butuh penyesuaian, bukan hanya waktu tidur yang terganggu, terkadang melalukan kegiatan apapun harus serba cepat.Seperti saat ini, yang biasanya caca akan betah berlama lama di kamar mandi pun terpaksa harus secepat kilat. Karna takut aira akan menangis mencarinya.
Saat caca keluar dari kamar mandi, bertepatan dengan suaminya yang masuk kembali ke dalam kamar. Memasang senyum yang manis sekali padanya.
Caca tak berniat meresponnya, ia menghindar. Bergegas caca berjalan ke arah rak perlengakapan mandi aira, karna setalah di jemur aira akan segera dimandikan.
Merasa tak di respon oleh istrinya, deva menutup pintu kamar rapat rapat. Setelahnya, ia berjalan ke arah istrinya, yang sedang sibuk berdiri memunggunginya.
Caca yang sedang sibuk menyiapkan perlengkapan mandi aira pun tersentak kaget. Tak kala tiba tiba ada dua tangan keker melingkar dipinggangnya sangat posesif. Caca sudah tau siapa pelakunya, yang pasti itu kelakuan suaminya.
"Lepasin ihhh ... aku mau mandiin aira" kata caca, berusaha berontak dari pelukan suaminya.
Tapi sayangnya, pelukan deva sangat erat, jadi caca tak bisa berkuti sedikitpun "kenapa sih, ini masih pagi loh bun. Kok marah marah mulu sih, ayah ada salah ? " tanya deva, dengan dagu yang ditopangkan di bahu istrinya.
"Kamu juga marah marah tadi sama aku "
"Kapan ? Ayah gak pernah marah marah tuh sama bunda "
"Tadi pagi "
Deva memutar bola matanya berpikir, lah bukannya istrinya yah yang marah marah, kok sekarang jadi ia yang di salahkan sih "ayah gak marah marah kok, kalau ada perkataan ayah yang bikin bunda gak nyaman tadi pagi, maaf ya sayang. Ayah gak sengaja" Ucap deva, biarlah ia yang mengalah.
Caca memutar tubuhnya, kini posisinya sudah berhadap dengan suaminya. Dengan tangan suaminya yang masih melingkar posesif di pinggangnya.
"Kenapa sayang ? Kok nangis sih. Mas ada salah sama kamu ?" tanya deva cepat, saat menyadari istrinya itu menangis.
Caca menggeleng, ia pun tak paham dengan perasaannya saat ini. Semalem ia sangat kesal dengan suaminya itu, eh sekarang mengapa ia merasa bersalah. Karna tadi pagi sudah marah marah tak jelas pada suaminya.
"Terus kenapa ? Kok kamu nangis sih, ada yang sakit ? "
Caca menggeleng kembali,
Deva jadi bingung harus berbuat apa, baik baik saja tapi kenapa istrinya ini menangis. Pada akhirnya, Deva pun merengkuh tubuh istrinya ke pelukannya, siapa tau akan membuat istrinya tenang "udah ya jangan nangis, kalaupun ada sesuatu yang bikin kamu gak nyaman, bilang sama mas sayang. Biar mas tau" kata deva, mengelus punggung istrinya.
Caca beringsut, melerai pelukan suaminya "aku kesal sama kamu mas, kamu semalam gak nemenin aku berdagang, mana aira gak mau ditaro di kasur lagi, rewel semalaman" keluh caca, dengan air mata yang masih lolos di pipinya.
"Mas gak bermaksud untuk gak nemenin kamu sayang. Semalam kepala mas sakit, dan setelah mas minum obat mas tidur, nggak ngeuh kalau aira rewel semalam. Mas minta maaf ya, karna mas nggak peka"
Caca mengangguk, tangisnya pun mereda. Caca tuh gampang memaafkan dan melupakan sesuatu yang sudah terjadi. Hanya saja caca butuh di dengarkan, guna mengeluarkan unek unek yang mengganjal di hatinya.
"Udah ya, jangan nangis lagi " tutur deva, menghapus air mata yang sudah lolos di pipi istrinya.
"Aku juga gak suka, kamu makan ninggalin aku, mana gak nawarin aku lagi" keluh caca lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu (Selesai)
RomanceLanjutan dari - Takdir ( mempertemukan kita lagi ) . Yang nungguin lanjutan dari kisah keluarga bahagia ayah Rifky dan bunda Nadine wajib baca !!!