Empatpuluh delapan

1.6K 87 11
                                    





Sudah hampir jam sepuluh malam, tapi deva tak kunjung pulang juga. Beberapa kali caca menghubungi suaminya, katanya sih sudah di jalan pulang. Tapi mengapa sampai sekarang belum sampai juga. Mana aira rewel gak mau lepas darinya lagi, untuk makan saja caca tak bisa. Karna aira benar benar tak mau lepas darinya.

Bi rati, mang Eros sudah berusaha membujuk aira untuk di gendong dengannya, tapi aira selalu menolak. Yang ada aira akan menangis kencang sekali, seolah sedang kesakitan. Dan aira akan diam dan tenang, tak kala di dekapan bundannya.

"Stttt....sttttt.... Bobo ya nak ya" caca sibuk berjalan ke sama kemarin, menimang aira. Berharap aira akan cepat tertidur.

Tapi sudah hampir duajam caca menimang aira, nak bayi itu tak kunjung tertidur. Bahkan sudah berkali kali caca menyusu aira, tak nak itu tak kunjung ngantuk juga.

Caca menoleh dengan cepat ke arah pintu, saat ada suara pintu dibuka. Senyumnya terlukis, ia lega, tak kala melihat kehadiran suaminya.

Deva menutup pintu rapat rapat, berjalan ke arah istrinya yang sedang menggendong aira.

"Kata bi rati, aira lagi rewel ya. Kenapa ?"

"Gak tau mas, dia gak mau lepas dari aku. Mana gak mau tidur lagi, maunya ditimang kaya gini"

"Sabar ya, mas mandi dulu. Nanti gantia sama mas" kata deva, ia bisa melihat wajah lelah istrinya. Sungguh deva sangat tak tega melihatnya.

Caca mengangguk, deva pun bergegas masuk ke kamar mandi untuk segera bersih bersih.

Caca duduk di sofa dekat box aira, ia berniat akan kembali menysusui anaknya ini. Siapa tau kali ini aira akan tidur.

"Bobo ya sayang ya, ini udah malam nak"kata caca, mengelus pipi anaknya lembut. Nak bayi itu sedang sibuk menyesap sumber nutrisinya.

Aira biasanya akan mau di gedong dengan siapapun, tapi kali ini aira benar bener tak kau lepas darinya. Yang biasanya akan tidur saat sudah di susui pun, kali ini tak kunjung tidur. Sungguh caca jadi tak tenang, ia takut ada hal yang sedang anaknya rasakan.

"Dia tidur yang ?" Tanya deva, saat keluar dari kamar mandi.

"Tidur mas, tapi sesapannya masih kuat ini"

"Mau mas suapi makan ?" Tanya deva lagi, menurut bi rati istrinya ini belum makan.

"Kamu ?"

"Aku udah makan tadi di luar, tapi kalau kamu mau, kita makan bareng ya. Biar mas suapin kamu, gimana ?"

Caca mengangguk, perutnya sudah berisik minta di isi. Deva pun berlalu keluar, guna mengambil makanan.

Tak berselang lama, deva kembali. Dengan satu nampan di tangannya. Dan ia pun ikut gabung, duduk di sofa samping istrinya.

"Dia masih nyusu juga ?"

"Udah enggak, tapi ini masih gak bisa lepas mas" keluh caca.

"Coba lepasin yang, siapa tau dia mau lepas"

"Susah mas, yang ada nanti dia bangun dan nangis lagi"

"Yaudah deh biarin aja kalau gitu, kasian dia nya. Sekarang makan ya, biar mas suapin"

Caca mengangguk, deva pun mulai menyuapi makan istrinya.

"Aku gak mau pake ikan mas, sayurnya aja" pinta caca.

Deva mengangguk, dengan telaten ia menyuapi istrinya makan. Dan sesekali ia pun ikut memasukan makanan ke mulutnya.

"Minum dulu yang" titah deva, makanan di piring sudah berhasil di tandaskan.

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang