Enampuluh tiga

1.5K 95 8
                                    





Makan ketoprak sudah, beli martabak sudah, eh bumil masih tak mau kembali ke rumah. Katanya sih lagi ingin menghabiskan waktu berdua. Yah bayangkan saja, keduanya benar benar saling diam lebih dari seminggu.

"Rara kalau sudah marah serem ya yang, mas kaget pas dia telpon tiba tiba marah marah sama mas" adu deva.

Caca hanya nyengir, sodaranya yang satu itu emang gitu. Pokoknya terdepan dalam situasi apapun.

"Tapi tuh Fadlan, keknya sabar banget deh ngadepin ke absrutan Rara"

"Fadlan sudah terlatih mas, Rara tuh emang energik orangnya. Dan sedikit agak kepo dikit juga sih"

"Pantes"

"Pantes apa ?" Tanya caca heran, nih kenapa suaminya tiba tiba ngomong pantes.

"Itu kata kamu Rara sedikit kepo"

"Emang Rara kenapa sama kamu ?"

"Dia Chat aku tiap waktu yang, nanyai soal hubungan kita"

"Terus kamu gak dimarah marahin lagi kan sama dia ?"

Deva menggeleng "hanya saja dia suka banget ceramahin aku, tapi aku berterimakasih juga sih sama dia"

"Untuk ?"

"Yah sedikit banyak, rara sudah membantu untuk memperbaiki hubungan kita"

"Dia tuh emang gitu mas, paling peduli. Dia adalah orang yang akan pasang badan paling depan untuk sodara sodaranya"

Deva melirik ke arah istrinya tersenyum, mengecup punggung tangan sang istri yang ada di genggamannya.

Caca pun menyunggingkan bibirnya,

Sekesal dan semarah apapun caca pada suaminya itu, tapi tempat pulang paling nyaman dan menengkan, yah tetap berada didekat suaminya.

"Makasih ya yang"

"Buat ?"

"Segalanya"

"Contohnya apa ?"

"Terimakasih karna kamu sudah bersedia memaafkan semua kesalahan mas, padahal mas sangat yakin, kalau kata kata mas sangat menyakiti dan melukai hati kamu"

"Aku sedang berusaha melupakan nya mas, jadi jangan di ungkit ungkit lagi ya. Toh itu sudah lewat juga kan"

Deva tersenyum, mengangguk. Hati ia rasanya sangat lega dan tenang sekali sekarang, seperti burung yang bebas dari sangkarnya. Sekaligus ia pun sangat bersyukur sekali, perempuan yang sangat ia cinta telah kembali dalam dekapannya.




Setalah membeli singkong keju yang tiba tiba caca inginkan, keduanya pun memutuskan untuk segera pulang. Karna malam sudah sangat larut sekali.

Baru saja membuka pintu, tangis aira sudah terdengar menggelegar sekali mengisi rumah ini. Deva dan caca bergegas naik ke atas, untuk melihat keadaan aira. Keduanya takut terjadi hal hal yang tak di inginka pada anaknya itu.

Masuk ke kamar aira, terlihat aira yang sedang di gendongan oleh bi rati kesana kemarin. Aira sedang menangis kencang sekali, dengan cepat deva dan caca berjalan ke arah anaknya.

"Yayah nda" ucap aira di tengah tangisnya, ia meronta ronta dari gendongan bi rati tak kala melihat kehadiran ayah dan bundanya.

Deva bergegas meraih tubuh gembul anaknya itu ke gendongannya "udah ya nangis nya ya, ini kan udah ada ayah dan bunda sayang" kata deva mengelus punggung aira, menenangkan.

Tangis aira pun perlahan mulai mereda di dalam gendongan ayahnya. Hati caca dan deva bisa sedikit bernafas dengan lega melihatnya.

"Aira kenapa bi ? Kok nangisnya kenceng banget sih" Tanya caca.

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang