Tujupuluh dua

1.5K 98 6
                                    




Rasanya baru kemarin, caca berjuang antar hidup dan mati demi melahirkan aira kedunia ini. Kini, Caca kembali sedang menunggu detik detik itu. Dimana, caca akan kembali berjuang guna melahirkan malaikat kecilnya.

"Masih keluar nggak yang darahnya ?" Tanya deva cemas, tak kala istrinya baru saja keluar dari kamar mandi.

Beberapa hari ini deva di buat cemas bukan kepalang, karna beberapa hari terakhir caca sesekali mengeluh mules serta ada sedikit bercak darah yang keluar.

"Ada mas, tapi sedikit banget"

"Kita ke rumah sakit sekarang ya" ajak deva lagi lagi, mungkin ini udah yang ke Duapuluh kalinya deva mengajak istrinya ke rumah sakit.

"Nanti aja lah mas, orang aku gak mules kok. Lagian ini hal yang wajar mas, menjelang detik detik melahirkan"

"Mas takut yang, takut kamu kenapa napa"

Caca mendekat ke arah suaminya, mengelus lengan suaminya lembut "tenang ya, aku akan baik baik aja kok mas" ucap caca menengkan.

"Harus baik baik aja"

Caca tersenyum mengangguk, meyakinkan suaminya.

Sudah hampir seminggu ini deva tak pergi ke kantor. Ia cukup trauma dengan kelahiran aira dulu, jadi ia tak mau kejadian itu terulang lagi. Ia memutuskan untuk berjauhan sedikitpun dari istrinya, agar ia bisa mendampingi istrinya selalu.

"Kamu tiduran ya yang, biar mas usap usap punggung kamu" titah deva. Akhir akhir ini caca paling suka di elus punggungnya, entah mengapa rasanya nyaman sekali.

Caca mengangguk, ia merebahkan tubuhnya menyamping. Deva pun ikut naik ke ranjang, duduk di belakang istrinya.

"Aku udah agak mules mas, tapi belum intens mulesnya" lapor caca.

Deva yang sedang mengelus punggung istrinya pun, tiba tiba menghentikan kegiatannya "kita ke rumah sakit sekarang ya" ajak deva cepat, seketika ia menegang.

"Nanti aja mas, nunggu mulesnya intens dan kuat. Sekarang aku masih bisa tahan mas, jadi nanti aja ke rumah sakitnya" balas caca, caca merubah porsinya.

Baru saja caca bilang mulesnya masih belum terasa kuat, eh tiba tiba perutnya terasa melilit degan mules yang terasa kuat sekali.

"Kok ini basah yang ?" Tanya deva semakin cemas, tak kala ada cairan yang lolos keluar diantara kedua paham istrinya.

Caca berusaha setenang mungkin, ia tak mau membuat suaminya semakin tegang "Ini air ketuban ku mulai rembes mas, kita ke rumah sakit sekarang ya" ajak caca.

"Kamu mau lahiran ?" Tanya deva cepat.

"Shhh....kayanya sih iya mas" balas caca, ia berusaha menahan mulesnya yang tiba tiba terasa mencabik perutnya kuat.

"Yaudah, kamu tunggu dulu disini. Mas mau masukin barang barang ke mobil dulu ya" titah deva.

Caca mengangguk, masih berusaha menahan gelombang cinta yang sedang terasa kuat sekali  meremas perutnya.

Deva bergegas berlari keluar, terlihat sekali raut wajah panik dan cemas darinya.

Caca merasa masih kuat untuk sekedar jalan, ia tak mau membuat suaminya panik dan cemas. Jadi, caca memutuskan untuk turun kebawah sendiri saja.

"Ya Allah yang, kok kamu malah turun sendiri sih. Kalau kamu jatoh, atau kenapa napa gimana coba" cerocos deva, segera merangkul tubuh istrinya.

"Aku masih kuat kok mas, lagian cuma jalan doang"

"Tapi ini kamu mau lahiran yang, kalau kenapa napa gimana coba"

"Aku baik baik aja mas. Kamunya gak usah panik gitu, santai aja sih. Kalau kamu Panik, akunya jadi ikut panik"

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang