Enampuluh delapan

1.4K 91 10
                                    





Kalau sudah berada di Bandung, pokoknya aira milik oma dan opa. Jadi, ayah deva dan bunda caca bisa bermesraan dengan tenang, tanpa ada gangguan dari nak piyik.

Dari semalam sampai, sampai pagi ini aira masih di kuasa oma dan opanya. Bahkan anak itu sama sekali tak mencari keberadaan ayah dan bundanya.

Yah mungkin aira paham, kalau sedang berada di Bandung, itu waktunya ayah dan bunda honeymoon sepuasnya.

Dengan nafas yang memburu, deva ambruk di atas tubuh istrinya. Sampai sampai deva lupa dengan keberadaan anak di kandungan sang istri.

Ini adalah ronde kesekian kalinya untuk deva dan caca. Tak puas dengan pertempurannya semalam, subuh subuh sekali deva kembali menggempur istrinya.

"Jangan tidur dulu mas, copot dulu akunya gak nyaman"

"Bentar dulu yang, milik ku masih nyaman di dalam kamu"

"Tapi akunya ini keberatan mas, kamu nimpa perut aku"

Nimpa perut aku ? Seketika deva pun tersadar, dengan cepat ia menarik miliknya dari lobang kenikmatan istrinya, beringsut dari atas tubuh istrinya.

"Tolong ambilin tisu yang di nakas dulu mas, badanku lengket semuanya ini" keluh caca lagi, beberapa kali pelepasan, dengan sengaja deva mengeluarkannya di atas perutnya.

Dengan malas deva meraih kotak tisu yang tak jauh darinya, dan bangkit guna membersihkan sisa sisa percintaannya. Kalau buang di luar tuh emang sangat meribetkan.

"Sini tissu nya mas, biar aku bersihin sendiri aja" pinta caca.

"Biar sama aku aja yang, kamu kan susah kalau berishin paha kamu" balas deva, ia mulai mengelapkan tissu di kulit istrinya.

Caca mengalah, ia hanya pasrah saja.

"Yang terakhir aku lepas di dalam gak apa apa kan yang ?" Tanya deva, ia sedikit bersalah. Takut takut istrinya ini akan merasa mual.

"Gak apa apa mas, lagian kan udah terlanjur. Mau di gimana in lagi"

"Aku takut kamu mual yang"

"Nanti aku minum obat mual ku, Insyallah gak apa apa kok"

Mendengar penuturan istrinya, deva bisa sedikit bernafas dengan lega. Semoga saja istrinya ini tak akan mual mual.

"Mas mau mandi dulu, kamu tidur aja dulu yang. Istirahat ya, kamu pasti cape" titah deva.

Caca bangkit dari rebahannya, ia tak enak pada mertuanya kalau harus kembali tertidur dan keluar saat hari sudah sangat siang "gak mau, aku mau mandi aja sama kamu"

"Yakin ?" Tanya deva, menaik turunkan alisnya menggoda. Seolah oleh deva kek dikasih lampu hijau oleh istrinya.

Caca mengangguk "tapi mandi aja gak lebih"

"Gas tipis tipis mah gak apa apa sayang, mumpung gak ada yang gangguin kita"

Caca menggeleng dengan cepat "nggak, aku gak mau ya. Nih perutku udah kek apa tau mas keguncangan guncang, kamu mau anak kamu kenapa napa"

"Yah enggkalah yang, masa iya aku mau anak ku kenapa napa di dalam sana sih"

"Yaudah mandi aja, jangan minta lebih"

"Yaudah deh" balas deva pasrah.

Bangkit dari ranjang, deva menggendong tubuh istrinya masuk ke kamar dalam mandi. Hanya untuk mandi ya, bersih bersih. Tak lebih dari itu.

Sekitar limabelas menit, keduanya keluar dari kamar mandi. Kali ini keduanya hanya mandi, tak mendekam di kamar mandi berjam jam seperti biasanya.

"Mas turun duluan ya yang" izin deva.

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang