Enampuluh tujuh

1.4K 89 21
                                    






Tiga hari sudah kejadian Sinta datang ke rumah berlalu, dan selama tiga hari ini Sinta tak pernah datang lagi, menampakkan batang hidungnya.

Yah mungkin saja Sinta menepati janjinya, untuk tak datang lagi ke rumah caca dan deva.

Bahwasanya dia datang hanya sekedar untuk meminta maaf atas kesalahanya, tidak untuk mengganggu atau mengusik kehidupan caca.

Pagi ini caca sedang menemani nak gadis membongkar mainanya, yang pertama akan dicari aira saat bangun tidur selain ayah dan bundanya adalah tumpukan mainanya.

Pagi ini caca sedang menemani nak gadis membongkar mainanya, yang pertama akan dicari aira saat bangun tidur selain ayah dan bundanya adalah tumpukan mainanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas kok udah rapih sih, ini kan masih pagi" kata caca, tak kala melihat suaminya turun dari tangga sudah menenteng tas kerjanya.

"Mas harus cek progres pembangun hotel yang di Bogor yang, jadi mas pergi sekarang ya" izin deva, berjalan ke arah anak dan istrinya.

"kamu kan belum sarapan mas, sarapan dulu ya"

"Nanti aja deh disana, mas takut kejebak macet soalnya yang"

"Yaudah deh, tapi janji ya harus sarapan"

Deva mengangguk, mengecup pucuk kepala istrinya.

"Hati hati, kalau udah nyampe dan otw pulang kabarin aku"

Deva mengangguk, berjongkok di dekat sang anak yang sedang sibuk dengan mainanya.

"Ra"

"Hmm" guman aira tanpa menoleh, ia sedang sibuk dengan gambar gamabarannya.

"Kalau ayah dan bundanya manggil tuh nengok dong nak, gak baik loh kaya gitu" samber caca.

Nak piyik terdengar menghela nafansya, dan menoleh "ara na lagi liat na baca dambar dambar nda"

"Iya bunda tau, kan ayah nya manggil ra. Jadi nengok dulu dong"

"Emang ada papa sih yayah ? Na pandil ara"

"Ayah pergi kerja ya, aira jadi anak yang baik di rumah. Jangan bikin bunda susah"

Aira mengangguk, mencium punggung tangan ayahnya.

Deva pun mengecup kedua pipi gembul sang anak, dan bangkit kembali.

"Hati hati mas" kata caca, mencium punggung tangan suaminya.

Deva mengangguk, setelahnya ia pergi berlalu.

"Kita mandi yuk, aira kan belum mandi" ajak caca, tak kala suaminya sudah pergi.

"Ara na masih mau main dambar damar nda"

"Mandi dulu abis itu kita main lagi, nanti kita mewarnai. Gimana ?" Tawar caca.

"Ara na mau mandi sama bekbek tapi na"

"Boleh, yuk kita mandi" balas caca, bangkit dari duduknya.

Baru saja caca dan aira akan melangkah menaiki anak tangga, eh suara bi rati sudah mengitrupsi, menghentikan langkah caca dan aira.

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang