Caca masih enggan bangkit dari tempat tidur, dengan nizam yang setia berada di dekatnya. Dari semalam perutnya benar benar tak bisa di ajak kompromi, ditambah saat ini kepalnya terasa berdenyut."Nda"
Caca membuka matanya, tak kala mendapat goncangan dari sang anak. Sebenarnya caca tak benar benar tidur, ia hanya memejamkan matanya saja. Berharap, rasa mual dan pusingnya bisa berkurang.
"Izam mau mam"
"Kan tadi udah makan sama ayah" balas caca, yah baru saja sekita satu jam yang lalu nizam makan. Eh sekarang sudah minta makan lagi.
"Izam lapar nda"
"Kalau mau makan minta sama bi rati ya, bundanya lagi pusing. Adek Bisa kan sendiri ?"
"Nda sakit ?"
Caca menggeleng "enggak, kepala bunda cuma lagi agak pusing aja. Kalau adek mau makan, minta sama bi rati yah"
Nizam ikut ikutan menggeleng "tak na, Izam mau sama nda" balasnya.
"Bunda bedannya lemes dek, kepalnya pusing. Jadi adek sama bi rati ya, nanti bunda susul, kalau bunda udah mendingan"
"Nononoo ... Izam mau sama nda" pintanya merengek, nih kalau soal merengek persis kek kakaknya.
"Sama bi rati juga sama aja sayang"
Nizam menggeleng gelengkan kepalnya merajuk,
"Yaudah kalau gak mau, terserah kamu aja" putus caca, merubah posisinya. Membelakangi nizam.
Baru saja caca berbalik, eh tangis nizam sudah terdengar di telinganya.
Caca diam, ia masa bodo dengan anaknya yang menangis. Buaknnya caca tidak peduli atau tidak kasian, tapi saat ini badannya bener bener sedang tidak bisa di ajak kompromi.
"Huwahhhh .... nda. Izam mau mam"
Tangisnya semakin pecah, terdengar sangat menggelegar di telinga caca. mau tak mau caca berbalik, guna menengkan anaknya.
"Nenen ya, setalah itu bobo sama bunda" ucap caca, meraih anaknya.
Tangis nizam mereda, beringsut mendekat pada bundanya.
"Mau nenen ?"
Nizam menggeleng "Izam mau mam"
"Makannya disini ya, kalau mau sama bunda"
Nizam mengangguk,
"Bunda minta tolong ambilin ponsel bunda, bunda mau telepon bi rati nya" titah caca.
"Izam mau mam sama nda"
"Iya sama bunda, tapi makannya disini ya"
Nizam mengangguk, mengambil ponsel sang bunda. Dan segera menyerahkannya.
Caca pun bergegas menghubungi bi rati, guna meminta untuk di bawakan makanan.
"Nasi pake nuget aja bi, jangan lupa sama air putih ya. Nanti langsung bawa aja ke kamar"
Menutup sambungan telepon nya, caca pun kembali menaruh posel nya di atas nakas samping ranjang. Ia kembali merebahkan tubuhnya.
"Kok nda bobo lagi sih ?"
"Enggak Bobo kok, cuma bunda tiduran aja. Sambil nunggu bi rati"
Nizam mangut mangut,
Sepertinya nizam memang benar bener lapar, terbukti. Saat sudah selesai mengahabiskan makannya, anak itu langsung tertidur dengan nyenyak.
Nizam dan aira tuh tak banyak berbeda, hanya saja nizam lebih lincah dan jarang merengek seperti kakaknya.
Yah kalaupun minta sesuatu, nizam masih bisa dikasih pengertian dan tidak selalu harus cepat seperti sang kakak. Hanya baru kali ini, nizam menangis gara gara ingin makan dengan sang bunda. Bisanya ia tuh oke oke aja, mau makan dengan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu (Selesai)
RomanceLanjutan dari - Takdir ( mempertemukan kita lagi ) . Yang nungguin lanjutan dari kisah keluarga bahagia ayah Rifky dan bunda Nadine wajib baca !!!