Fitting baju, gedung, tes food, souvernir, dan segala perintilan soal pernikahan sudah selesai di urus. Dan sekarang, tinggal menunggu detik detik hari h. Tepat tujuh hari sekarang, hari pernikahan caca dan deva akan di gelar."Kak, ayah dan bunda mau ngobrol sebentar boleh ? " izin Rifky.
Caca mengangguk, menggeser tubuhnya. Memberi tempat untuk ayah dan bundanya duduk. Dengan posisi caca yang ada ditengah keduanya.
"Kenapa yah bun ? kek serius banget sih" tanya caca memulai obrolan.
"Pernikahan kakak kan akan digelar seminggu lagi, apa kakak gak punya rencana atau niatan buat ngundang mama Sinta ke acara pernikahan Kakak nanti ? Bagaimanapun, mama Sinta kan mama kamu kak " tanya Rifky hati hati.
Rifky dan Nadine sudah menceritakan semua nya tentang Sinta pada caca, tanpa ada yang ditutupi. Tak kala Sinta tiba tiba datang ke rumah, saat ulangtahun caca yang kelimabelas tahun waktu itu. Caca tidak memberikan respon apapun, karna baginya bunda Nadine lah ibunya.
Eh caca hanya mengedikan bahunya, entahlah. Caca sama sekali tak berharap mama nya itu hadir di hari bahagianya.
"Kalau memang kakak gak mau, yaudah gak apa apa. Itu kan acara pernikahan kakak, jadi hak kakak untuk mengundang siapa saja yang mau Kakak undang di hari bahagia kakak"
"Kalau aku terserah ayah dan bunda saja, tapi aku rasa sih gak perlu. Untuk apa ? Dia aja gak pernah menganggap aku ada kan ? "
"Bagaimanapun dia ibu kamu kak, tapi bunda gak akan maksa kamu untuk mengundangnya kok. Tapi yang perlu Kakak tau, sejahat jahat nya seorang ibu, pasti di lubuk hati terdalam nya menyayangi anaknya"
"Tapi dia enggak bun, dia hanya perlu uang dari aku dan ayah saja. Selebihnya ia tak menganggap kehadiran aku sedikitpun " ucap caca dengan menahan tangisnya, caca tak mau membuang air matanya secara sia sia untuk perempuan seperti itu.
Yah memang seperti itu faktanya, Sinta hanya menghubungi tak kala meminta uang saja. Entahal Sinta dapat nomer telpon caca dari siapa, yang pasti Sinta selalu menghubungi caca tak kala butuh uang. Apalagi menurut berita yang di dapat, hidup sinta sangat pas pasan dan sekarang menetap di Bandung bersama suami barunya yang hanya seorang buruh serabutan biasa.
"Kalau memang kakak gak mau yaudah. Itu kan hak kakak " ucap nadine merengkuh tubuh caca kedekapannya, menengkan. Nadine tau sekali apa yang di rasakan anaknya sekarang. Hati anak mana yang gak hancur ketika tak di anggap oleh ibunya, begitupun caca.
"Ayah bangga punya anak kakak, ayah sangat menyayangi dan mencintai kakak. Kakak harus tau itu " ucap Rifky.
Tangis yang dengan susah payah caca tahan, runtuh sudah di pipi mulusnya. Kata kata yang ayahnya ucapnya, terasa menggetarkan hatinya. Caca bisa merasakan kalau ayahnya itu sangat menyayanginya, bahkan sang bunda yang notabene bukan ibu kandungnya pun, sangat mencintainya.
"Dan kakak juga perlu tau, kalau bunda dan arsha sangat sangat mencinta kakak. Apalagi sebentar lagi putri bunda yang cantik ini akan menikah, bunda yakin deva akan menjaga dan menyayangi kamu seperti kita menjaga dan menyayangi kamu sayang "
"Kakak bisa merasakan itu, makasih ya. Maaf kalau selama ini caca belum bisa jadi anak yang baik buat ayah dan bunda "
"Itu sudah kewajiban kita kak, sebagai keluarga kita harus saling menjaga dan menyayangi. Kakak tak perlu minta maaf, karna selama ini kakak sudah jadi anak yang sangat baik buat ayah dan bunda"
Air mata berganti dengan senyum yang sempurna melengkung dibibir caca, memeluk bundanya semakin erat. Senyum sang ayah dan bunda pun ikut melengkung di bibirnya masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu (Selesai)
RomanceLanjutan dari - Takdir ( mempertemukan kita lagi ) . Yang nungguin lanjutan dari kisah keluarga bahagia ayah Rifky dan bunda Nadine wajib baca !!!