Duapuluh lima

1.6K 91 6
                                    



"Kak, makan yuk sayang "

"Nanti aja bun, kakak belum lapar "

"Jangan gitu dong kak, dari kemarin kan kakak belum makan apa apa. Kasian anak kamu, dia juga butuh asupan sayang "

"Kalau di paksa makan nanti mual bun, nanti juga kakak makan kok kalau lapar "

"Ayo lah kak makan, demi anak kakak. Bunda bawa ke sini ya makannya "

"Nanti juga kakak makan bun, sekarang kakak belum lapar "

"Jangan gitu lah kak, kasian anak kakak. Yaudah sekarang kakak mau makan apa sayang ? Biar dibeliin " tawar bunda membujuk.

"Gak usah bun, kakak lagi gak mau makan apa apa. Beneran deh, kalau udah lapar kakak pasti makan"

"Yaudah, kalau gitu bunda tinggal dulu ya. Pokonya kakak harus makan "

Caca mengangguk,

Seminggu sudah caca berada di Jakarta tanpa deva. Seminggu berpisah tak pernah sekalipun menghubungi nya, bahkan Chat Chat yang caca kirim pun tak pernah deva hiraukan.

Caca sangat merindukan suaminya, ia ingin pulang. Tapi keadaan sepertinya susah untuk membuatnya berontak, sang suami yang jadi harapannya pun seolah olah menghilang.

Berpisah kembali dengan deva, sungguh kali ini caca tak sanggup. Apalagi anak yang di kandungannya sangat membutuhkan deva.

Entahal caca harus melakukan apa sekarang. Pernah sekali ia minta pulang, tapi bunda tidak mengizinkannya. Rumah ternyaman tempat nya dulu berlindung pun, kini terasa asing baginya.

"Kak .. "

Caca menoleh ke sumber suara, terlihat ayah yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Ayah boleh masuk kan ? "

Caca mengagguk, lantas ayah masuk. Duduk di sisi ranjang samping putrinya.

"Kakak kenapa ? Kata bunda kakak gak makan dari kemarin, bahkan beberapa hari ini kakak tak pernah makan kalau gak bunda paksa "

Air mata caca runtuh "aku kangen suamiku ayah, aku mau pulang  " ucap caca dalam tangisnya.

Ayah merengkuh tubuh caca ke dalam dekapannya, mengelus punggungnya pelan menengkan. Melihat putrinya seperti ini rasanya hati ayah sakit, tapi apa yang istrinya perbuat pun tak sepenuhnya salah. Ingin melindung dan menjaga anaknya.

"Ayah telpon deva untuk jemput kakak ya "

"Aku udah hubungi mas deva bekali kali ayah, tapi mas deva gak pernah ada jawaban"

"Nanti ayah yang coba hubungi deva yah, kalau pun deva gak mau jemput kamu. Nanti biar ayah yang akan mengantarkan kakak pulang ke Bandung. Jadi sekarang udah ya nangisnya, kasian anak kakak nanti sedih liat bundanya nagis " balas ayah. Mengahapus air mata yang lolos di pipi caca.

Deva tak menghubungi caca sama sekali, tapi tanpa sepengetahuan siapapun, berkali kali deva menghubungi ayah menanyakan kabar soal caca.

Tangis caca mereda, beringsut dari pelukan ayahnya. Bagaimanapun ia tak boleh egois sekarang, karna ada nyawa lain yang tumbuh di rahimnya "bunda gimana ? Bunda kan gak izinin kakak pulang ayah " tanyanya.

"Soal bunda, kakak tenang aja ya, nanti ayah yang akan bicara. Kalau perlu kita minta bantuan nenek " balas ayah.

Seperti kejadian beberapa waktu lalu, saat bunda gak mengizinkan caca pindah. Nenek lah yang bertindak menasihati bunda, sampai akhirnya bunda pun luluh mengizinkan Caca pindah ikut bersama suaminya.

"Sekarang kakak makan ya, terus minum obat nya. Biar cucu ayah kuat dan sehat "

"Kakak mau makan sama mas deva " rengek caca.

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang