Duapuluh enam

1.6K 95 6
                                    




"Nenek izin masuk ya " izin nenek elisya.

Caca menganggukan kepalnya, nenek pun masuk. Duduk di sisi ranjang samping caca, merengkuh tubuh sang cucu kepelukannya.

"Orang hamil tuh gak boleh sedih, apalagi sampai nangis. Pamali tau, kasian sama jabang bayinya "  ucap nenek menghapus air mata yang lolos di pipi caca.

"Nenek tau, apa yang dilakukan bunda itu salah. Tapi bunda melakukan itu karna sayang sekali sama kakak, jadi kasih bunda waktu dan ruang ya. Nanti nenek akan coba bicara sama bunda " lanjut nenek.

"Bunda memang gak memaksan aku untuk ikut ke sini nek, tapi bunda tak memberi aku ruang untuk memilih sedikitpun " balas caca.

"Iya, nenek tau. Sekarang kakak jangan sedih ya, nenek akan bicara kan soal ini sama bunda"

"Kalau bunda tetep gak boleh in caca pulang gimana ? "

"Apakah bunda pernah melarang caca pulang ke deva ?" Tanya nenek balik.

"Bunda gak pernah secara langsung melarang caca untuk pulang, tapi dari perkataan bunda caca bisa tau kalau bunda tak mengizinkan caca untuk pulang nek"

"Beri bunda waktu dan ruang ya, dengan seiringnya waktu bunda pasti paham kok. Kalau sekarang kakak punya suami, dan sudah seharusnya seorang istri bersama suaminya apapun yang terjadi "

"Tapi caca gak mau bikin bunda marah dan sedih nek " balas caca, dari awal ia mangut saja ya karna ia tak ingin membuat sang bunda sedih.

"Bunda gak akan marah kok, kalau sedih itu sudah sewajarnya seorang ibu ketika berjauhan dengan anaknya. Nanti nenek akan coba kasih pengertian ya sama bunda"

Caca mengangguk, tangisnya sudah reda. Nenek dengan telaten menghapus air mata yang lolos di pipi mulus cucunya.

Mood ibu hamil emang sangat susah di tebak, terkadang orang di sekiranya harus selalu bisa mengerti keadaannya.



Tante Dea dan Rara sudah pulang, nenek menyuruh keduanya untuk pulang. Karna keadaan rumah sedang kurang baik.

"Bun, sepertinya kita perlu membicarakan soal keputusan bunda yang membawa caca kesini deh " kata ayah saat masuk ke kamar dengan bunda.

"Ayah mau ikut nyalahin bunda seperti kakak ? kan dari awal bunda gak pernah memaksa kakak untuk ikut pulang dengan kita, eh kenapa sekarang seolah olah bunda yang memaksanya " balas bunda sedikit ngegas.

Sepertinya bunda masih terbawa suasana bund....

"Siapa yang mau menyalahkan bunda? Ini bukan kesalahan siapapun. Tak ada salahnya kan, kita membahas soal ini demi anak kita "

"Asal ayah tau, bunda melalukan ini demi kebaikan anak kita. Disana dia gak ada yang ngursuin, bunda gak tega membiarkan anak bunda sendirian disana "

"Ayah tau ini demi kebaikan caca, tapi anak kita gak nyaman disini bun, dia ingin pulang bersama suaminya "

"Gak nyaman kata ayah ? Dia tinggal disini bukan setahun dua tahun ya, bertahun tahun. Tapi dia gak pernah ngeluh kan ? Terus yang membuat nya gak nyaman dimana ? "

"Anak kita sekarang sudah menikah, dia memilik suami yang harus dia urus. Maka dari itu dia tak nyaman berada disini, karna ia meningagalkan kewajibannya sebagai seorang istri "

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang