Pagi pagi sekali nak piyik sudah sibuk bergelut dengan pensil warna dan buku gambarnya. Soal muka memang ayah semua, tapi hobby dan tingkah polah pokoknya bunda punya.
"Kita ngobrol yuk bun, ayah mau berangkat ke Bekasi soalnya pagi ini"Pergi ke Bekasi sama ngobrol apa urusannya bapak deva mahardika. Yah kalau mau pergi, pergi aja kali. Guman caca dalam hati.
Caca diam seperti biasa, sudah berlalu sehari semalam pun, kejadian kemarin pagi rasanya masih terngiang di pikirannya. Tapi perasaan hatinya sudah sedikit membaik saat ini.
Karna tak dapat respon dari istrinya, deva bangkit kembali dari duduknya"Yaudah kalau masih gak mau bicara, ayah pergi ya" izin deva pada akhirnya, mengecup pucuk kepala istrinya. Setelahnya berganti pada aira yang sedang sibuk dengan pensil warnanya.
Lebih baik sekarang deva mengalah, mungkin istrinya masih butuh waktu untuk menelahan semua ini.
"Yayah ati ati ya jalan na" tutur aira, saat ayah nya akan pergi berlalu.
Deva tersneyum, mengangguk "aira baik baik ya sama bunda, jangan bikin bunda susah ya nak" pesan deva.
Aira mengangguk, deva pun berlalu pergi.
Caca tak paham dengan perasaan yang sedang ia rasakan saat ini, tapi perkataan suaminya kemarin pagi sangat menyakitkan hatinya. Yah walaupun saat ini ia sedang berusah berdamai dengan diri dan perasaannya.
"Ra mandi yuk" ajak caca.
Aira menggeleng, mode susah mandi seperti biasa.
"Bunda mau main ke rumahnya kakak elea, kalau aira gak mau ikut yaudah"
"Nonono nda" balas aira cepat.
"Nonono ikut ?"
"Ara na itut nda" balasnya merentangkan kedua tangannya, kode minta di gendong.
"Kan perut bunda ada adik bayi nya ra, aira jalan ya"
"Pelut nda da dik badi ?"
Caca mengangguk, aira turun dari kursinya menggandeng tangan sang bunda. Senyum caca pun seketika tersungging, melihat tingkah anaknya.
Sangat pengertian dan menggemaskan sekali calon kakak satu ini.
Mandi kali ini tak ada drama seperti biasanya, kalau sudah mau bertemu dengan kakak elea aira sangat bersemangat sekali.
"Yayah na nda malahan ?"
Caca menautkan alisnya, sungguh ia tak paham dengan yang di katakan anaknya ini "maksudnya ra ?"
"Belantem nda" balanya.
Terdengar caca menghela nafasnya, anaknya masih kecil tapi sudah paham dengan situasi yang terjadi di dekatnya "enggak kok, aira kata siapa ayah dan bunda marahan ?" Tanya caca, memutar tubuh aira menghadap ke arahnya. Rambutnya sudah selesai ia kepang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku Bersamamu (Selesai)
RomanceLanjutan dari - Takdir ( mempertemukan kita lagi ) . Yang nungguin lanjutan dari kisah keluarga bahagia ayah Rifky dan bunda Nadine wajib baca !!!