Limapuluh

1.8K 102 8
                                    




"Nda"

"Nda"

Caca yang sedang nyenyak memejamkan matanya pun, terpaksa bangun. Tak kala mendapat guncangan dari aira.

"Kenapa ra ?"

"Ra mau makron"

"Nanti ya sama ayah belinya, bunda lagi pusing kepalanya sayang"

"Ra mau karang bunda, pisss" ucapnya seperti biasa, memohon.

"Kan tadi aira udah makan cupcake, beli macaron nya nanti ya. Kalau ayah sudah pulang" bujuk caca.

Air matanya aira luluh, dengan bibirnya yang mencabik seolah merajuk.

"Mending sekarang nen bunda yuk, kita bobo. Setelah Bobo nanti kita beli" tawar caca.

"Ara mau karang nda"

"Kalau mau sekarang, aira berarti gak boleh nen bunda lagi ya" ancam caca.

Aira tuh kalau soal merajuk dan minta sesuatu, persisi sekali dengan bundannya. Harus banget di kabulkan.

"Huwahhhhh.....Nda ahat" mendengar ancaman sang bunda, eh tangis aira menggelegar.

Mau tak mau caca bangkit, meraih aira ke pangkuannya. Nih anak emang paling hobby menguji kesabarannya.

"Udah ya jangan nangis, aira kan sudah besar. Nanti kita beli ya"

Eh tiba tiba tangisnya reda "beli karang nda?"

"Sekarang aira nen dulu ya, setelah nen nanti kita beli" ucap caca pada akhirnya, yah kalau sudah nen pasti aira akan Bobo.

"Makron nya gemana Nda ?"

"Nanti kita beli, sekarang aira nya nen dulu. Setelah nen kita beli ya"

Aira mengangguk, menyambar puting sang bunda. Menyesapnya dengan sangat rakus.

Senyum terlukis di bibir caca, tak kala melihat anaknya yang sangat semangat menyusu. Yah walaupun sering menguji kesabarannya, aira selalu mampu membuatnya tersenyum dengan berbagai tingkah menggemaskannya.

"Abis nen, beli makron ?" Tanya aira disela menyesap sumber nutrisinya.

Caca mengangguk, tersenyum. Dengan tangan yang sibuk merapihkan rambut rambut yang menghalangi kecantikan anaknya.

"Ara udah nen nya, karang beli makron" kata aira, melepas sesapannya.

Berharap aira akan tidur pupus sudah, nih nak gemoy malah menangih janjinya.

"Ayo nda, ra mau karang"

Caca mengangguk, terdengar caca menghela nafasnya.

Sebenarnya caca sangat malas untuk keluar rumah. Kepalannya yang berdenyut, ditambah pertengkaran dengan sang suami tadi pagi. Tapi nih anaknya sudah menagih janjinya, yah mau tak mau caca mengiyakan.




 Tapi nih anaknya sudah menagih janjinya, yah mau tak mau caca mengiyakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang