Enampuluh sembilan

1.4K 104 7
                                    






Jalanan di akhir pekan seperti ini pasti selalu macet dimana mana, aira sudah mengeluh ingin cepat sampai rumah. Tapi jalanan tak bisa di ajak kompromi, berakhir anak ini merengek tak karuan.

"Ara na mau tepet tepet nampe rumah"

"Sabar ya, ini kan bentar lagi juga sampai ra. Kalau ara mau Bobo, Bobo aja. Biar bunda pukpuk sayang"

"Ara na kan dah Bobo nda, tape Bobo teyus" keluhnya, yah bagaimana tak cape. Nih anak tidur dari Bandung sampai masuk ke daerah Jakarta, mungkir hampir enam jam karna kemacetan.

"Yaudah, sekarang aira mau nya apa ?" Tanya deva.

"Ara na mau tepet tepet nampe rumah"

"Ini bentar lagi juga sampai ra, sabar ya"

"Duduk dibelakang ya, nonton coco melon" tawar deva.

"Nonono" balasnya menggelengkan kepala, menyenderkan kepalnya di dada bundanya.

"Yaudah kalau Nono aira nya sabar ya, nanti sampai rumah kita makan eskrim coklat"

"Nono, ara na hali ini dah matan estrim dua kali nda" balasnya menggemaskan. Tumben tumbenan nih sadar.

"Oh iya bunda sampai lupa, aira kan sudah makan eskrim dua kali ya. Berarti sampai rumah kita langsung mandi, setelah itu kita makan kentang goreng sama naget"

"Socis ?"

Caca mengangguk,

Seketika wajahnya yang ditekuk kembali sumringah, kalau lagi mode seperti ini aira tuh perlu di tawarkan hal hal yang ia suka. Agar mode nya membaik.

Dua hari di Bandung sangat melelahkan bagi caca, rasanya badannya terasa remuk semua. Selain suaminya yang terus menggempurnya, nih aira pun pasti selalu minta berpergian.

"Besok kita cek ya ke tante nia" ajak deva.

"Yah emang jadwal checkup ku mas besok"

"Yaudah deh sekalian berarti"

"Emang kenapa sih kamu ngajakin aku chackup"

"Kamu kayanya kecapean yang, jadi tak ada salahnha kan untuk memastikan semuanya agar baik baik aja"

"Itu semua kan, gara gara kamu mas" balas caca, ia melupakan kehadiran aira.

"Gara gara aira juga, kamu kan lelehnya gara gara jalan jalan terus. Bukan hanya gara gara aku ya" balas deva membela diri.

"Tapi tetep aja mas, ulah kamu yang banyak berkontribusi"

Deva menoleh pada istrinya, menyungginkan bibirnya "maaf" cicitnya, mencium punggung tangan sang istri yang sudah berada di genggamannya.

Mode onfire caca pun seketika meleleh, ia pun ikut menyungginkan bibirnya tersenyum.

"Yayah jangan tium tium nda teyus, ara na tak suka" protes aira.

Caca sedikit terkejut dengan perkataan aira. Kapan suaminya menciumnya, eh kok nih aira bisa perotes seperti itu sih.

"Kapan ayah cium cium bunda ra, orang ayah lagi sibuk nyetir kok" belas deva.

"Tadi yayah tium tium tangan nda"

Caca menghela nafansya lega, ia takut kegiatan ia dan suaminya dua hari ini tertangkap oleh anaknya. Makanya aira sampai bicara seperti itu, tapi ternyata bukan.

Bisa bisanya aira bicara kekgitu, sepertinya  aira udah bener bener paham dengan apapun yang terjadi di sekitarnya. Jadi mulai sekarang, keduanya harus lebih hati hati lagi kalau ingin melakukan apapun.

Takdirku Bersamamu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang