Main kerumah Ika mungkin akan menjadi favorit baru bagi Gwen setelah ia mengetahui bahwa sahabatnya itu memiliki seorang kakak laki-laki super tampan. Laki-laki yang memiliki hidung mancung, rahang tegas, tatapan tajam dan jangan lupakan tubuh tingginya yang atletis.
Sore ini, ia memang sudah ada janji dengan Ika untuk main kesebuah cafe baru di Senayan dan jelas saja ini akan menjadi sebuah aksi lancarnya untuk mendekati atau paling tidak melihat wajah tampan yang baru-baru ini menghantui pikiran.
"Tante, Ika-nya ada?" tanya Gwen saat masuk kedalam rumah gadis itu.
"Ada Gwen, masuk aja.. naik kelantai dua, pintu sebelah kanan. Dia lagi main game sama abangnya."
Gwen praktis bersorak ria didalam hatinya, tidak perlu cari-cari alasan lagi untuk bertemu laki-laki itu, ibunya sendiri yang mengarahkannya untuk bertemu.
Setelah sedikit basa-basi, Gwen naik kelantai dua rumah besar ini, memasuki sebuah kamar yang sebelumnya diarahkan oleh ibu sang sahabat.
Gadis itu mengetuk pintu beberapakali, merapihkan rambutnya dan penampilannya sebelum kembali mengetuk pintu. Tidak ada suara apapun didalam sana, membuat Gwen mengernyit bingung, "udah pada selesai main game kali ya?"
"Masuk aja Gwen, kamar Abang memang kedap suara," ucap ibunya Ika saat naik keatas entah mau kemana.
"Nggakpapa tan?"
"Iya, masuk aja. Kalau nunggu mereka bukain pintu bakalan lama."
Gadis itu menunjukan gigi-giginya dengan canggung sebelum membuka pintu kamar bernuansa putih itu, bisa ia lihat kedua kakak adik itu tengah berteriak-teriak heboh dengan stik game ditangan masing-masing.
"Udah dateng lo!?" ucap Ika tanpa mengalihkan pandangannya.
"Masuk Gwen, sini sini!" kata Ika, lagi-lagi tanpa melihat kearahnya.
"Anjing! Kalah lo! Kalah lo!" teriak Jovan.
"Nggak adil lo bang!"
Dengan kikuk ia duduk disamping Ika, membiarkan gadis itu menyelesaikan permainannya sambil sesekali melirik pada Jovan yang berada tepat disamping Ika.
Gwen tersenyum lebar, wajahnya benar-benar tampan dilihat dari sisi manapun, belum lagi celana kolor dan kaos tanpa lengan yang dikenakan Jovan hari ini—benar-benar seksi.
"Mau ikutan main?" tanya Jovan. Akibat terlalu serius melihat wajah Jovan, ia sampai tidak sadar kalau permainan di round ini sudah usai.
"Eh.. a-aku nggak bisa main game bang."
"Ajarin bang," kata Ika dengan nada enteng.
"Sini," kata Jovan mengulurkan stik game-nya pada Gwen.
"Nggakpapa?"
"Iya, sini."
Dengan ragu ia bangkit dari tempat duduknya, menatap manik Jovan yang setengah tersenyum didepannya. Jovan menarik tangan Gwen hingga gadis mungil itu duduk diatas pangkuannya.
Gwen terkejut bukan main, apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana bisa ia fokus bermain game kalau dipangku laki-laki yang ia suka seperti ini. Bahkan Ika tidak menanggapi apapun, apa Jovan memang seperti ini kalau bersama teman adiknya yang lain?
"Pegang ini," katanya sambil memberikan stik game ditangannya pada Gwen.
Dengan jantung berdebar mau mati, ia memegang stik game itu sementara tangan Jovan meletakan tangannya sendiri diatas tangan Gwen.
"Yang ini untuk lompat, ini lari.. nanti kalau ada musuh kamu langsung menjauh aja pakai yang ini," katanya menjelaskan dengan begitu teliti.
Bukanya memperhatikan instruksi yang Jovan berikan, Gwen malah sibuk memperhatikan Jovan yang berada lebih tinggi diatas pundaknya, menatap pada stik game ditangan keduanya sebelum laki-laki itu menatapnya.
"Ngerti?"
Gwen mengangguk patah-patah, meskipun sebenarnya, ia samsekali belum mengerti apapun tentang apa yang diajarkan.
"Main satu ronde, abis itu kita jalan," kata Ika.
Permainan berjalan cukup sulit, karena Gwen samsekali tidak mengerti tentang ini semua, namun kelihatannya Gwen sudah mulai menikmati apa yang sedang mereka mainkan, gadis itu seolah lupa kini ia berada diatas pangkuan Jovan.
Jovan sendiri sejak tadi meringis diam-diam, menatap punggung gadis diatas pangkuannya sementara bagian tubuh disebelah selatannya terasa nyeri karena Gwen yang bergerak tidak karuan.
"Kalah lo! Kalah lo anjing!" umpat Ika.
"Curang!"
Entah mereka sudah mengulang permainan yang keronde berapa, namun yang pasti Jovan cukup menikmati gerakan pinggul gadis itu diatas penisnya, sudah dua hari tidak bermain setelah kejadian dengan Megan tempo hari dan sekarang Gwen datang.. apa ia bermain dengan Gwen saja?
Jovan aka karakter dari cerita problematic boy ya gais
Kelanjutannya ada di trakteer yaaa xixi
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children