Yang nungguin forbidden 5 udh aku up di trakteer ya guys..
**
Jema selalu senang setiap kali Haksa datang berkunjung kekosannya, bukan hanya karena laki-laki itu yang banyak sekali membawa makanan tapi juga karena sifat lucu dan sedikit manja laki-laki itu. Haksa itu menggemaskan.
Meskipun hari ini Haksa datang tengah bolong seperti ini, ditambah Jema yang memang baru bangun tidur, membuatnya sedikit tidak fokus dengan obrolan yang dilemparkan laki-laki itu. Seperti beberapa saat lalu, saat Haksa baru saja datang, laki-laki itu langsung mengambil dua piring untuk tempat nasi Padang yang ia beli dari luar, menyuapinya yang malas-malasan diatas ranjang dengan omelan-omelan ringan sebab tengah bolong seperti ini Jema baru bangun.
"Lo tu anak gadis, masa iya bangunnya sing gini!" begitu katanya.
Tidak berhenti disitu, Haksa berlanjut mengajaknya makan cemilan yang beberapa waktu ini sangat ia sukai—chocobi. Alasan terbesarnya karena mengatakan stiker kartun kesayangannya yang sama menyebalkan seperti Haksa.
Dan sekarang, laki-laki itu tengah sibuk mengekorinya kesana-kemari, menyandarkan kepalanya diatas pundak dengan wajah murung yang menyebalkan.
"Ma, lo nggak kuliah?" tanyanya.
Sementara Jema tengah sibuk mencuci piring kotor bekas makan keduanya, "gue ada kelas jam 3 nanti, kenapa?"
Sempat diliriknya Haksa yang masih setia bersandar diatas pundaknya, lantas ia beranjak kembali naik keatas ranjangnya yang tidak terlalu besar. Haksa malah pindah kebelakangnya, membuat Jema berada diantara kakinya dan kepala laki-laki itu yang kembali berada diatas pundaknya.
"Kenapa?" ketus Jema, sebab Haksa tidak juga bersuara. Jemarinya sibuk memeluk Jema, sementara bibirnya malah mengerucut menggemaskan.
Tidak mendapatkan jawaban, Jema lantas mengambil ponsel dan bermain beberapa permainan disana, membiarkan keduanya dalam posisi seperti ini. Jema merasa nyaman dengan perlakukan Haksa yang demikian.
"Ma.. Jema."
"Hmm?"
Haksa mendusal didalam ceruk leher Jema, memberikan kecupan disana dengan tangan yang semakin erat memeluk, "gue kangen."
Baru saja Jema ingin bersuara, suara ponsel milik Haksa terdengar nyaring ditelinga membuatnya lantas melirik wajah Haksa yang berubah tegang sebelum mengangkatnya tanpa merubah posisi keduanya.
"Hallo?"
"..."
"Aku nggak bisa jemput kamu bee, kan aku udah bilang kalau aku lagi bimbingan."
Jema menegang ditempatnya, bukannya tidak tau kalau Haksa memiliki kekasih dan posisinya hanya sebagai seorang teman yang bertemu saat mereka dihimpunan. Kejadian tempo hari saat hujan datang jelas tidak bisa keduanya lupakan, sama-sama pengalaman pertama dan sialnya malah membuat kecanduan. Sekarang, keduanya tidak bisa lepas satu sama lain, Jema butuh Haksa begitupula dengan Haksa.
"..."
"Jangan manja, ojol ada!"
Jema tersenyum, entah kenapa ia merasa Haksa selalu memprioritaskan dirinya dibandingkan sang kekasih. Lantas ia mengusap tangan Haksa yang berada diatas perutnya.
"..."
"Jangan ganggu aku, sampai aku chat kamu duluan."
Sesaat setelah panggilan dimatikan, Haksa tersenyum kearahnya, meletakan ponselnya sembarangan sebelum mengecup pipi Jema.
"Rena?" tanya Jema basa-basi, padahal ia tau pasti siapa yang laki-laki itu hubungi.
"Iya," balasnya sambil mencium sensual leher Jema.
"Kenapa?"
"Minta jemput."
"Kenapa nggak lo jemput?"
"Gue kangen lo."
Mata keduanya bertemu, saling menatap satu sama lain. Seolah tau lewat tatapan sayu Haksa, Jema tertawa, "kangen?"
Haksa berdecak sebal, ia tau Jema mengerti apa yang ia maksud. Lantas ia mengeratkan pelukan diperut Jema, menghirup banyak-banyak bau dari tubuh Jema yang hanya dibalut baju tidur berbahan satin yang sangat seksi.
Jema menahan rasa geli yang ditimbulkan dari perbuatan Haksa barusan, mencoba untuk tenang meskipun ia mulai kewalahan saat lidah laki-laki itu ikut andil menggerayangi lehernya.
"Gue kangen dijepit, Ma," matanya semakin sayu ditutupi kabut nafsu saat keduanya kembali bertatapan, jemarinya turun mengusap paha dalam Jema dengan sensual. Meraba bibir vagina Jema dengan jemari panjangnya.
"Ahhhh Haksa.."
"Kontol gue kangen dijepit memek lo," bisiknya sensual ditelinga Jema.
Kelanjutannya ada di trakteer xixi
Anyway ada yg mau pt 6 forbidden? Atau pt 4 problematic boy?
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children