Dengan perasaan canggung, Gwen duduk ditempatnya biasa, perasaanya benar-benar campur aduk, seolah hawa disekitarnya berubah menjadi horor, bahkan sekarang ia bisa merasakan tubuhnya bergetar cukup hebat.
"Soal tadi-"
"Nggak usah dibahas pak!" ucapnya hingga tanpa sadar sedikit berteriak.
Joe berdehem cangggung, "ayo berangkat sama saya."
"Nggak! eh- maksudnya hmm- biar saya naik ojol aja, iya."Gwen jadi salah tingkah sendiri, kejadian tadi benar-benar membuatnya sangat canggung terhadap Joe, padahal sebelumnya kedekatan mereka sudah cukup bagus.
Tidak ingin menambah kecanggungan diantara keduanya, akhirnya Joe mengalah membiarkan Gwen pergi dengan kendaraan umum sementara dirinya melanjutkan urusannya. Selama diperjalanan ia benar-benar menjadi tidak fokus, pikirannya terbagi menjadi dua- antara tujuannya dan tubuh indah Grace yang menghantuinya. Namun didetik berikutnya Joe menepis semua pikiran kotor itu, bagaimana bisa ia berfikir hal jorok padahal Gwen lebih muda dari putri bungsunya sendiri, bukankah selama ini ia menganggapnya sama seperti Helga?
Joe tidak ingin urusannya malah berantakan dan menghancurkan segalanya, jadi ia buru-buru kembali kerumah meskipun awan hitam mulai datang dan perlahan mulai membasahi bumi dengan cukup derasnya. Ditengah perjalanan sayup-sayup ia melihat siluet familiar yang tengah merapihkan penampilannya karena hujan, dress merah muda itu kuyup karena derasnya hujan, rambutnya basah bukan main, sesaat Joe terkekeh kala melihat wajah Gwen yang kesal karena kehujanan.
Gwen sendiri langsung terkejut kala suara klakson mengejutkannya, ia memicingkan mata sebelum sipemilik mobil membuka kaca mobilnya, "lho pak Joe?"
"Ayo masuk Gwen, hujannya makin deres."
"Nggak usah pak, biar saya naik ojol aja nanti."
Setelahnya Joe tidak mengatakan apapun lagi, dengan setelan serba hitamnya itu, Joe keluar mobil dengan sebuah payung, menghampiri Gwen yang masih terpaku ditempatnya. Tanpa mengatkan apapun, Gwen merasakan pundaknya diraangkul mendekat, tubhnya diajak perjalan tanpa keinginnya untuk masuk kedalam mobil.
Gadis itu menyadarkan dirinya saat Joe memberikannya selembar hoodie dari bangku belakang entah milik siapa, "hah?"
"Kamu bengong mikirin apa? pakai hoodienya, badan kamu mengigil itu."
"Hah? iya pak."
Meskipun tubuhnya masih basah, tapi ia tetap mengenakan hoodie yang diberikan Joe tanpa protes. Perjalanan keduanya begitu membosankan, hanya saling diam sambil mendengarkan musik jadul kesukaan Joe dan hujan diluar sana. Keduanya masih sama-sama canggung, Joe yang biasanya banyak bercerita sore ini hanya diam seribu bahasa.
"Kita udah sampe Gwen, kamu mau dimobil aja?"
"Eh iya pak." Gwen lantas membuka mobil terburu-buru mendahului tuannya setelah mengucapkan terimakasih.
***
Gwen tersenyum senyum sendiri ditempatnya sambil mengeringkan rambut dengan selembar handuk, bagaimana bisa ia merasakan merah dipipinya hanya karena seorang pria tua yang harusnya ia anggap seperti ayah atau bahkan kakeknya sendiri. Ia menatap pantulan dirinya sendiri dicermin, melihat betapa wajah itu begitu bersemu, jantungnya pun ikut berdebar- mungkinkah ia menyukai pria tua itu?
Gadis itu menatap jam didinding yang menunjukkan pukul dua dini hari, sebelum menyambar teko air minumnya di samping ranjang yang telah kosong. Bahkan handuk yang meililit ditubuhnya belum ia ganti dengan piyama, namun ia sudah mengendap-endap menuju dapur yang sangat dekat dengan kamarnya, dengan pelan-pelan ia membuka kulkas untuk mengambil air dingin dan mengisinya kedalam teko.
Gwen tersenyum melihat tekonya terisi penuh dengan air dingin, tubuhnya sudah berbalik tapi malah dikejutkan dengan keberadaan Joe dibelakangnya tengah meneguk air dari sebuah gelas hingga tanpa sengaja teko yang berada ditangannya jatuh dan mmebuat teko itu pecah berkeping-keping bersamaan dengan air didalamnya tumpah.
Keduanya spontan memunguti serpihan kaca dilantai, membuat Joe bisa melihat paha mulus gadis itu tanpa disadari.
"Maaf pak saya nggak sengaja."
"Kamu baru mandi?"tanya Joe.
Gadis itu mengangguk sebelum menyadari pakainnya yang kurang pantas, lantas membuatnya bangkit dan hendak berlari jika saja pria tua itu tidak menahnnya. Ditariknya kedua tangan Gwen keatas kepala dan menyandarkan punggungnya pada kulkas dibelakang mereka, Joe menarik pinggulnya seduktif, "kamu sengaja ngegoda saya ya?"
Kelanjutannya ada di trakteer ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children