Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lain kali hati-hati, kak. Kalo udah luka begini kan kasian kakak, jadi gak bisa main basket lagi.."
"Masih bisa, jin. Kan yang luka sikut, bukan kaki.."
"Tetep aja! Nanti kalo kesenggol pemain lain gimana?! Apalagi kalo yang nyenggol kak doha sama kak mingyu, bisa-bisa kaka jadi patung gepeng!"
"Yaudah, iya, ujin.."
Gyuvin mengalah saja. Karena tidak mungkin ia membantah sang adek pacar. Kasian, dek pacar kalo marah malah makin kiyowok😖
Gyuvin menyeka keringat di kening Yujin dan merapikan tatanan rambutnya dengan lembut.
"Jangan banyak gerak dulu, kak. Aku jadi susah ngobatinnya.." peringat Yujin.
"Padahal kaka cuma nyeka keringat kamu.."
Yujin berdecak kesal. Diraihnya tangan Gyuvin lalu meletakkannya diatas pahanya.
"Keringatan itu gak sakit, tapi sehat. Jadi biarin aja," dumelnya lalu lanjut menempelkan perban di siku Gyuvin yang luka tergores lapangan.
"Kamu udah makan belum sih?"
Yujin menggeleng singkat. "Aku kan nunggu kaka." Jawabnya.
"Nah, udah selesai!" Yujin berseru senang.
"Ayo ke kantin dulu.."
•••
Gyuvin memarkirkan motornya di garasi. Setelah melepas helm, lelaki tinggi nan tampan itu berjalan santai memasuki rumahnya.
Gyuvin baru saja pulang, setelah mengantar dek pacar pulang.
"Gyuvin!"
Panggilan itu berasal dari ruang keluarga. Dan yang memanggilnya adalah Hanbin, papahnya. Gyuvin pun langsung menghampiri sang papah dan duduk disampingnya.
"Tumben udah pulang? Biasanya papah lembur mulu..?" Selorohnya mengejek sang papah.
Hanbin terkekeh geli. Ia mengusap bahu anaknya dengan lembut. Dan tidak sengaja matanya menangkap objek menarik di siku Gyuvin.
