Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"enggak! Emangnya gue si Juan apa? Gue itu lurus lahir batin!"
"Helleh! Katanya doang! Nanti juga liat cowo chindo melengkung lo!"
"Kagak ye anjir!"
Di bawah pohon rindang, di atas motor Scoopy berwarna hitam dengan stiker anjing.
Terlihat beberapa orang lelaki yang terlihat asik bercanda gurau. Alvin kenal salah satu dari mereka.
Namanya Rian.
"Rian!" Panggil Alvin.
Namun bukan hanya Rian yang menoleh. Tapi juga ketiga temannya. Yang satu berwajah jokes, yang satu berwajah kalem dan satunya lagi.. tidak asing dengan wajah sangarnya.
"Eh, vin. Kenapa? Mau kemana?" Tanya Rian akrab.
Alvin menunjukkan catatan belanjaan yang ada di tangannya sambil tersenyum lebar.
"Di suruh bu bela belanja, ob yang piket izin soalnya. Terus ob yang lain sibuk beresin aula bareng anak osis.." ujarnya menjelaskan.
"Ooh.. sendirian? Gak bareng seon? Yuno?"
Alvin menggeleng singkat sambil sesekali curi-curi pandang pada lelaki berwajah sangar yang tengah duduk di atas motornya.
"Mereka lagi latihan padus.." katanya.
"Kenapa liatin gue?"
Rian dan dua temannya auto mendelik.
"Pede banget lu anjir!"
"Temen lo emang lagi liatin gue!"
Alvin jadi gugup sendiri, "Bu-bukan gitu.. motor.." katanya cepat.
"Oh, ini motor lo?"
Alvin mengangguk singkat. Lelaki itu malah mengadahkan tangannya.
"Siniin kuncinya!" Pintanya.
"Mau lo apain motor orang?" Tanya teman Rian yang bernama Mahen.
"Dia kan mau belanja buat keperluan sekolah, jadi biar gue temenin.."
Alvin mengeryit heran mendengar itu. Tak hanya Alvin, Rian Mahen dan Juan pun dibuat bingung.
"Katanya lurus?" Ledek Juan.
Garen auto memberi tatapan mautnya, "gue cuma mau nemenin dia doang. Bukan ngajak dia kawin!" Tukasnya.
