Suasana di seluruh sudut tempat begitu hening. Semua orang diam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya setelah pemberitahuan terakhir di babak pertama itu muncul. Mereka masih belum bisa menerima apa yang datang. Termasuk orang-orang yang telah resmi gugur di babak pertama.
Di sebuah gedung yang cukup besar dengan beberapa orang yang berjalan-jalan mengitari halaman, tampak sedang mencari suatu inspirasi untuk tulisan mereka. Itu mungkin untuk orang-orang yang memiliki niat mendalam di kompetisi kali ini.
Meski begitu, banyak yang merasa semuanya sama saja. Mereka hanya terduduk di sekitaran gedung, memainkan apa saja yang bisa dijadikan teman. Tidak termasuk dengan seorang pria yang baru saja menempati sebuah kursi di ruangan yang agak luas.
Menyusulnya seorang gadis ber-hoodie yang menutupi sekitaran kepalanya, bahkan hanya satu per empat wajahnya yang dapat terlihat. Gadis itu menghampiri pria yang dia anggap sebagai 'pemimpin' di depannya, sebelum tangan kanannya bergerak untuk mengambil satu buah cemilan yang terletak di atas piring.
"Ketika kamu bertindak, alangkah baiknya izin terlebih dahulu." Dan benar, dia mendapatkan ocehan yang kemudian diabaikan olehnya. Gadis itu tampak tidak peduli, bahkan dia merebut satu piring penuh cemilan itu untuk dikonsumsinya sendiri.
Gadis itu memilih salah satu tempat duduk di ruangan tersebut, dan duduk dekat dengan si pria yang kini menatapnya datar.
"Kamu serius tidak akan menulis untuk babak ini, Kak? Aku dengar-dengar, hampir setengahnya peserta ingin beristirahat," ujarnya sembari memasukkan beberapa cemilan ke dalam mulutnya. "Si nomor satu juga, katanya tidak akan menulis. Padahal jika Kakak menulis, Kakak akan mendapatkan peringkat pertama bahkan memperoleh hak cipta lho, Kak."
Pria itu menggelengkan kepalanya atas saran dari gadis yang mengajaknya bicara. "Tidakkah menurutmu juga begitu? Heaven pasti kelelahan karena dirinya baru saja kehilangan orang berharga untuknya. Sedangkan aku, hanya ingin melanjutkan rencana."
"Si protagonis itu?" tanya gadis itu, meletakkan kembali piring dengan cemilan yang hampir habis ke atas meja pria di hadapannya.
"Benar, aku akan membuat dia bersinar di saat si pengendalinya telah hilang sementara."
Gadis itu memakan beberapa sisa bubuk cemilan di tangannya, sebelum dia menyeringai senang.
"Ide bagus, Kak. Kalau begitu, apakah Kakak akan mengizinkanku untuk mencari seseorang yang pernah aku ceritakan padamu?" Gadis itu beranjak, menghampiri pria di depannya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie, kemudian memberikan senyum manisnya. "Mungkin dalam beberapa hari ini aku tidak akan menemui orang-orang yang berada di daerah sini."
"Skya?" Pria itu mengangkat kedua alisnya membuat gadis yang awalnya merenung langsung mengangguk bahagia. "Baiklah, jika kamu benar-benar berambisi untuk mencari dia. Tapi jika suatu saat kamu patah hati, jangan salahkan aku."
"Selain aku, Eden juga meminta untuk ikut bersamaku ke daerah lain itu...."
"Ya, ya, terserahmu. Bawa apa saja yang menurutmu dapat membantu termasuk Eden. Sekarang, alangkah baiknya kamu keluar," titahnya mengibaskan tangan agar gadis itu cepat keluar. Dengan wajah berseri-seri, gadis ber-hoodie itu benar-benar melambaikan tangannya untuk menyembunyikan keberadaannya dalam beberapa waktu ke depan. "Aku lebih senang dia berkelana selamanya untuk memperbaiki stok cemilanku."
Pria itu menggelengkan kepalanya. Merasa pusing dengan anak zaman sekarang yang terkadang membuat dirinya terheran-heran. Dia segera mengambil pill untuk melihat informasi yang berdatangan padanya. Termasuk data orang-orang yang telah mengumpulkan naskah di babak kedua.
"Yah, selamat. Rafael...."
* * *
Sepanjang hari, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada merenung di sisi jendela. Itu yang dirasakan Lio semenjak dia berhasil mendapatkan pakaian barunya dari kru Alesia.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE A PLOT
FantasySebuah karya telah dijadikan sebagai bahan kompetisi di awal tahun. Semua orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis luar biasa. Tanpa mereka tahu jika kompetisi yang mereka alami bukan hanya sebuah kompetis...