52. Dua Kubu (21)

0 0 0
                                        

Rei mengangkat tangannya perlahan, mencoba untuk meraih akar pohon yang timbul dari tanah. Matanya menatap langit yang dipenuhi warna biru, akibat cahaya dari sebuah sistem berukuran besar yang baru saja memaksa untuk menerobos langit.

Kepala Rei bergerak, melihat seseorang yang memiliki luka di sekujur tubuhnya sedang bersusah payah untuk berjalan ke arah bangunan yang baru saja runtuh. Namun, belum sampai lelaki itu melangkah sekali lagi, tiba-tiba dia ambruk, bersimpuh di atas tanah.

"Rafael ...."

Rei paham, akan ada hukuman untuk lelaki itu.

[Kami minta maaf atas kesalahan sistem. Babak ketiga resmi dihentikan, karena kami menemukan pelanggaran yang terlibat atas berhentinya sistem secara manual]

Sistem di atas menghilang, sekarang berada tepat di hadapan Rei. Lelaki Jepang itu mencoba bangkit untuk melihat Rafael lebih dekat.

Beberapa orang berdatangan, tetapi tidak ada yang berani untuk mendekati lelaki itu. Mungkin karena sebuah sistem yang mengelilinginya, bagaikan rantai yang sedang mengikat Rafael agar tidak melarikan diri.

"Pelanggaran?"

"Dia telah memplagiat salah satu alur dari peserta sebelumnya yang telah gugur. Kamu tahu River? Si nomor satu babak kedua itu telah menjadi bahan plagiatnya."

Rei menatap sekeliling, beberapa orang mulai berbicara satu sama lain. Pihak Rafael bahkan sedang kesulitan untuk mengambil keputusan, karena di balik itu semua mereka tidak mau pemimpin mereka ikut gugur.

Rei tidak tahu harus berpikir bagaimana, di lain hal dia merasa jika Rafael pasti tidak akan gugur semudah itu.

"Rafael!" Seorang gadis berlari, tetapi Rei langsung menahan tangannya, meskipun sekujur tubuhnya mengalami banyak luka akibat serangan-serangan yang diberikan oleh Rafael sebelumnya.

Entah kenapa bisa dirinya terluka begitu saja oleh seseorang yang hanya memiliki kemampuan penguasaan karakter.

Bagaikan hipnotis.

"Ugh, mengapa bisa seperti ini?!" Alesia mencoba melepaskan dirinya dari Rei, tetapi tetap saja, tenaganya jauh berbeda dari lelaki Jepang itu. "Hei, lepaskan dulu! Aku harus menyelamatkannya!"

Hipnotis yang bukan hanya sekadar hipnotis.

"Tenanglah, kamu bisa terseret juga jika seperti itu." Rei semakin menarik Alesia, mencoba menenangkan gadis itu sebisanya. "Rafael telah melakukan pelanggaran luar biasa. Mungkin bukan hanya karena kasus plagiarisme, tetapi ada hal lain juga."

"Apa?"

"Hanya dugaanku." Rei berdeham pelan. "Lebih baik kamu tunggu di sini, mungkin akan ada beberapa panitia yang datang, sama seperti peraturan pada babak kedua."

Alesia akhirnya duduk, tubuhnya sudah tidak bisa menahan semua keseimbangannya. Meskipun hanya membuat beberapa senjata dan mendukung pertarungan di belakang, Alesia tampak sangat lelah. Kemampuannya pasti terkuras banyak, sebab dirinya telah banyak membuat peralatan.

Dugaan Rei yang pertama, yaitu peraturan di babak ketiga tidak ada, karena Rafael telah memanipulasi itu semua. Maka dari itu sistem juga ikut meminta maaf karena orang itu telah mengendalikannya. Jika memang seperti itu, dia harus lebih berhati-hati.

Akan ada banyak orang yang mencoba untuk menghancurkan dunia ini dengan menggunakan segala cara, dan masalah saat ini baru yang pertama.

Rei menoleh ke arah daerah dengan bangunan yang baru saja runtuh. Apa di sana baik-baik saja?

"Aahhh, kenapa pelanggaran seperti ini selalu saja ada?"

Mereka semua menoleh ke atas langit. Melihat seorang wanita berambut putih, beberapa orang di sana tampak terkejut, sepertinya mereka pernah melihat orang itu. Berbeda dengan lelaki muda di samping si wanita, lelaki itu memiliki rambut yang sama putihnya, kulitnya begitu putih, mengingatkan Rei pada Samuel.

MAKE A PLOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang