Mereka dengan sigap menjaga keseimbangan agar tidak jatuh di tengah-tengah tanah yang terombang-ambing bagaikan ombak mengamuk.
"Apa ini ...." Ardan merasakan tanah bergetar, sedangkan di depan sana, latar yang dibawa oleh Satra sama sekali tidak bergerak, tetap diam seperti sebelumnya.
Ardan menoleh, melihat Lova yang juga ikut terkejut setelah dia merasakan tanah bergerak hebat. Matanya bergerak ke penjuru sudut pandang hingga dirinya langsung berlari menghampiri Ardan yang tampak kebingungan.
"Maafkan aku, tapi apakah ada yang aneh?" Ardan memalingkan pandangannya, melihat Satra yang terus-terusan mengubah latar tempat, begitu pula Samuel yang juga terus melayangkan beberapa serangan.
"Jelas, tempat ini mungkin akan hancur." Lova berdeham. "Kamu warga pribumi, 'kan? Tempat ini sangat luas dengan banyaknya pulau besar, mungkin kita akan segera dihabisi di sini."
"Apa maksudnya?"
Lova menghela napas ketus. "Biasanya jika dunia sudah aneh seperti ini, berarti ada yang salah dengan sistem atau pengurus di luar kompetisi sedang beraksi." Lova mengangkat kedua bahunya. "Jangan berpura-pura tidak tahu."
Ardan mengangkat satu alis.
"Karena aku tahu bahwa kamu mengetahui informasi lebih banyak."
BRUAGH!
"Kamu melayangkan objek dari taman bermain itu untuk menghantam aku?!" Samuel berteriak, dia justru menginjak beberapa bahan bangunan yang sudah berantakan di sana. "Jenius juga kamu memanfaatkan kemampuanmu."
Satra berdecih, mendengar bacotan Samuel yang tidak ada habisnya. Hingga Satra tidak berani lagi memindahkan tempat lain kerena persentase kemampuannya. Dia berhenti di sana, membawa menara yang cukup tinggi dengan dirinya yang berada di atas sana.
Samuel menganga, sebelum dia merasakan goncangan luar biasa. Ah, tapi mungkin itu hanyalah efek dari serangan Satra membuat Samuel terus melanjutkan banyak serangan tidak terlihat yang ia lempar terus-terusan.
"Serangan ini hanya air, sih." Samuel mengangkat kedua bahunya sekilas sebelum dia merentangan tangan kanannya, memunculkan sebuah senapan besar yang kemudian langsung ia arahkan pada Satra. "Ahahaa! Aku melihat ini dari musuh di babak sebelumnya!"
"Terlalu banyak informasi, bodoh!" Satra menjatuhkan dirinya dari menara itu, kemudian menarik gagang dari menara tersebut yang entah mengapa tidak begitu kokoh.
Jelas-jelas, menara itu mungkin telah hancur sebelum Satra memindahkan tempat itu ke sini.
Ardan menutupi wajahnya setelah dia merasakan tanah-tanah mulai keluar dari tempatnya, lantas bertebaran di udara. Lova sendiri hanya bisa menerima terpaan angin yang membuat rambutnya berantakan ke belakang.
"Ugh, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Ardan mencondongkan tubuhnya, mencoba melihat kegaduhan yang mereka buat di tengah-tengah tanah yang berterbangan.
"OI SATRA."
BUGH!
"Aduh!" Samuel mengaduh, memegangi kepalanya yang baru saja terkena lemparan gagang besi menara oleh Satra. "Tunggu, mengapa malah aku yang mendapatkan serangannya."
Menara itu menghilang perlahan, Satra menghela napasnya, mengibaskan rambut ke belakang, lalu berjalan pelan ke arah Samuel.
"Kita cukupkan sampai sini."
"Huh? Mengapa?"
BRRRUUKK!!
Matanya membelalak, terutama Samuel yang langsung menolehkan kepala. Dia melihat bangunan yang dibuat Tala runtuh. Kakinya bergerak, berlari ke daerah bangunan tersebut, sebelum reruntuhannya menghilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE A PLOT
FantasySebuah karya telah dijadikan sebagai bahan kompetisi di awal tahun. Semua orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis luar biasa. Tanpa mereka tahu jika kompetisi yang mereka alami bukan hanya sebuah kompetis...