Ada tubuh yang tergeletak di sana.
Membuat kedua orang itu memberhentikan langkah, lantas mendekati tubuh tersebut secara perlahan.
"Seperti orang mesum." Skya--lelaki dengan rambut kucir pendek itu sedikit tertawa, melihat tubuh tersebut tidak menggunakan sedikit pun kain.
Seseorang di samping Skya, Jiwa berlutut sedikit, untuk melihat lebih dekat. Dia tidak pernah melihat wajah itu, dalam pikirannya sangat asing.
"Mungkin dia hanya pendatang, kelihatannya seperti orang Eropa." Skya menghela napas pelan setelah dia mengeluarkan tawa ringannya lagi, kemudian melirik Jiwa yang ikut menatapnya sehingga membuat kontak mata dengan Skya.
Skya mengangkat kedua bahu, kembali bangkit sembari memegangi dagunya, berpikir.
"Apa kamu mau membawa dia?" tanya Skya, tetapi Jiwa sama sekali tidak bergeming dan tetap menatap tubuh tersebut.
Jiwa menoleh ke arah kanan, di mana seseorang yang lain berdiri tegak. Orang itu masih gemetaran, mungkin karena kejadian kemarin, dia masih belum melupakan semuanya. Kengerian itu tampak menghantui dirinya, meski begitu, orang yang ditatap Jiwa tetap mendekat sedikit.
"Oh? Kamu tidak mengerti kata-kataku, Jiwa?" Skya yang menyadari hal itu, lagi-lagi tertawa pelan.
"Enggak, aku mengerti." Jiwa menghela napasnya pelan. "Secara gak langsung, kita bisa buat dia di pihak kita sementara."
Kema mengembuskan napasnya ringan. "Jiwa bilang, dia ingin membawa orang itu agar berpihak padanya."
Skya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Oh ... jadi kamu mau mencari pihak. Apa karena dia orang Eropa? Dan agar bisa membuat orang-orang berpihak karena si biang onar itu memiliki beberapa orang dari luar daerah di pihaknya?"
"Iya." Jiwa berdiri, sedangkan Skya hanya menganggukkan kepalanya.
Sesuai dengan perkataan mereka. Orang itu dibawa ke salah satu rumah di mana menjadi tempat mereka sejak awal. Itu adalah sebuah rumah bertingkat dua yang cukup kecil. Melihat bangunannya yang masih kokoh, dan tidak ada kerusakan sedikit pun sangat cocok dijadikan tempat tinggal di tengah-tengah kekacauan seperti ini.
Orang itu membuka matanya perlahan, segera mengubah posisinya menjadi duduk, lantas meraba seluruh tubuh. Aneh, tidak ada yang rusak, tangan kiri dan kaki kanannya masih ada, semuanya utuh, tidak ada yang terluka sedikit pun. Bahkan pakaian yang ia gunakan juga berbeda.
Sebenarnya ada apa?
"Kamu ...."
Lio tersentak, menoleh ke pintu ruangan, melihat seseorang yang berjalan membawa segelas air putih.
"Siapa?" Lio berujar, membuat seseorang itu sedikit memberikan senyumannya. "Ah, dan di mana aku? Bukankah seharusnya aku sudah gugur?"
Kema terdiam, dia mengingat pemberitahuan sekilas yang persis seperti pengumuman seorang peserta gugur. Namun, tidak ada penjelasan spesifik lain, hanya ada nomor dukungan. Kema pikir pemberitahuan itu memang tentang gugurnya peserta, tetapi ada kesalahan pada sistemnya.
Ternyata tidak, semua orang sepertinya merasakan hal yang sama.
Apakah nomor dukungan di dalam pemberitahuan itu adalah seseorang di hadapannya saat ini?
"Mengapa kamu gugur?" Kema mengangkat satu alis, membuat Lio terdiam sesaat.
"Iya, ya, kenapa?" Lio sadar, kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sebelumnya ada seseorang yang mengajak ribut, dia menghilangkan beberapa bagian tubuhku seperti tangan dan kaki. Kemudian dia juga membuat kepala dan tubuhku terpisah, jadi aku pikir seharusnya aku sudah gugur."

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE A PLOT
FantasiaSebuah karya telah dijadikan sebagai bahan kompetisi di awal tahun. Semua orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis luar biasa. Tanpa mereka tahu jika kompetisi yang mereka alami bukan hanya sebuah kompetis...