43. Dua Kubu (12)

3 0 0
                                        

Seluruh daerah nyaris dikuasai keheningan untuk tiga hari terakhir. Mereka beraktivitas tanpa adanya kekacauan. Benar, tanpa diiringi kekacauan, karena mereka sedang sibuk menyiapkan kekacauan.

Samuel, menatap tajam seseorang yang berada hadapannya. Seseorang itu tidur, bahkan Samuel tidak pernah melihatnya terbangun sejak awal tampak wujudnya.

Raga Arth yang masih belum selesai ada di sana. Sepertinya banyak sekali yang dibutuhkan Mike, hingga lelaki itu sama sekali belum menyelesaikan satu pun tugasnya lagi selain membuat raga Arth. Tentu saja, Samuel juga belum menyelesaikan tugasnya untuk membuat kemampuan baru agar mereka dapat cepat-cepat membangkitkan Arth.

Mau bagaimana lagi? Kemampuan Samuel sama seperti yang lainnya, alias memiliki batasan yang setara.

"Samuel, cepatlah menjauh dari sana."

Pemuda itu menoleh, melihat seorang laki-laki yang memandangnya sinis. Itu Mike, yang sedikit bergidik saat Samuel memberikan senyuman riangnya.

[Nama: Samuel
Nama Pena: (belum didapatkan)
Nomor: MAP-77-SML
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 18 Tahun
Jenis Kemampuan: Alur
Kemampuan: Pembuat Ide
Tingkat: A+
Peringkat:
Kemampuan yang dipakai: 70%]

"Kamu benar-benar tidak akan mengizinkanku untuk melihat Arth, Val?" tanya Samuel hanya mendapatkan tatapan tajam dari Mike.

Samuel berdecih, agak kesal karena dirinyalah yang satu-satunya mendapatkan perlakuan kasar dari Mike. Pada dasarnya, lelaki 24 tahun itu memiliki sikap periang yang akan membuat siapa pun merasa kesal padanya. Anehnya, sekarang Samuel merasa jika dirinya yang membuat Mike kesal.

"Tidak, pergi kamu." Mike mengibas tangannya. "Bahkan kamu sendiri tidak membuat ide baru."

"Hei, kamu pikir ide itu langsung ada kah?" Samuel diam sejenak, memegangi dagunya bingung. "Memang langsung ada, sih, tapi tidak semudah itu untuk didapatkan."

Mike tidak menggubris dan tetap pada pekerjaannya; melihat persentase dari tubuh Arth yang masih di bawah 20%, menyebalkan saat Mike mengingat banyak hal yang menghambatnya hingga dia harus bertemu dengan pemimpin kubu lawannya--Rafael.

Tak lama, seseorang sepantaran Samuel juga datang. Itu Rei, yang tampaknya bersiap-siap keluar dengan sebuah jubah berwarna putih. Dia hanya menatap sinis Samuel, setelah itu melangkah untuk menghampiri Mike.

"Kenapa semua orang begitu membenciku?" Samuel mengembuskan napasnya. "Hei, diskriminasi itu tidak diperbolehkan di dunia ini kalian tahu?"

Lagi-lagi diabaikan, cukup untuk membuat Samuel mendengus kesal.

"Untuk apa kedatanganmu?" Mike membalikkan badannya, melemparkan senyum ramah seperti biasa kepada Rei.

"Aku hanya meminta izin untuk keluar sebentar. Shelly tidak ada, sepertinya dia masih bersama John." Rei sedikit membuka jubahnya untuk mengambil pill yang terletak di saku celana. "Aku juga akan mengawasi mereka dari kejauhan."

Mike mengangguk. "Itu bagus, apa kamu punya tujuan lain?"

"Aku sebenarnya ingin memeriksa sesuatu," jawab Rei sebelum dia kembali mendapatkan balasan dari Mike.

"Baiklah, tapi sebelumnya apakah aku boleh meminta bantuan?"

Mike beranjak dari tempatnya, meninggalkan Rei dan Samuel yang hanya berdiri tegak di samping meja Arth. Mata Rei tidak sengaja melirik Arth yang terus bergeming semenjak pertama kali melihatnya.

"Menurutmu berapa ukurannya?" tanya Samuel tiba-tiba.

"Apa?" Rei menoleh ke arahnya sembari mengernyitkan alisnya, bingung.

MAKE A PLOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang