Samuel menatap jauh-jauh Shelly yang tengah berjalan memunggunginya, semakin melangkah sampai menghilang dari pandangan lelaki itu. Mendesah pelan disertai semilir angin yang melewati, menerpa rambut lurusnya dengan begitu lembut.
Lelaki berkulit putih dengan tinggi badan jangkung itu hanya melihat dari balkon markas kelompoknya. Mendengar jika tempat tinggal yang satunya telah rusak akibat para penjaga yang mencoba untuk menghadang seorang pemuda bernama Lio, sedangkan untuk gedung yang sering dijadikan tempat diskusi dihancurkan secara paksa karena sudah tidak berguna.
Padahal ini malam hari, tetapi Samuel sama sekali tidak sedikit pun merasakan hawa yang masuk ke dalam kulitnya. Rasanya semua udara sama saja, membuat lelaki itu bisa selalu keluar di setiap saat.
"Kamu tidak menulis lagi kali ini?" Kimura Rei, datang dengan pakaian kasualnya, tidak seperti biasa di mana dia selalu menggunakan jubah dan pelindung di sekujur tubuhnya untuk melindungi tubuh itu dari luka sedikit pun.
Namun, itu semua sia-sia menurutnya. Mau bagaimanapun Rei sedikit trauma dengan serangan serta perlawanan yang ia dapatkan dari River.
Lelaki Jepang itu ikut melihat langit-langit di samping Samuel, menyodorkan sebuah kotak yang berisikan beberapa benda penghilang stres.
"Jika aku ingatkan bahwa usiamu masih berada di bawah delapan belas tahun...."
"Urusee. Tahu kamu akan seperti ini, aku tidak akan mengambilkannya untukmu." Samuel terkekeh, setelah itu menerima kotak penuh gulungan tembakau bungkus yang baru saja diberikan Rei.
Samuel mengambil sebuah korek, lantas menyalakannya untuk mengaktifkan satu buah sigaret yang kini berada di tangannya. Setelah dia mengisap benda itu satu kali, kemudian melepaskan asapnya, Samuel menyeringai melirik Rei yang memicingkan mata ke arahnya.
"Kasar sekali lelaki Jepang ini."
"Kamu mengerti itu?" Rei mengangkat satu alisnya, membuat Samuel yang baru saja mengisap sigaretnya tersenyum bangga.
"Begini-begini aku juga pernah menonton anime." Samuel kembali tertawa kencang, lagi-lagi diakhiri dengan isapannya terhadap gulungan tembakau yang ia genggam.
Rei menghela napasnya berat. "Jika aku bisa kembali lagi ke Asia, aku akan mencarinya."
"Sepupumu itu?" Samuel mengangkat kedua alisnya singkat.
"Hm. Kedua orang tuanya telah menitipkan dia padaku. Sejujurnya aku sangat tidak ingin bertemu dengan gadis itu, dia cukup menyebalkan dan semua tingkah lakunya sama sekali tidak mencerminkan seorang gadis." Rei mengembuskan napasnya, membuat kedua tangannya ditompang pagar balkon. "Kami berdua seumuran, tetapi dia sangat manja dengan semua orang, membuatku harus terus berada di dekatnya."
Samuel tertawa pelan. "Tapi kamu tetap mencoba menepati janjimu untuk menjaganya, 'kan? Mau seaktif apa pun anaknya, dia tetaplah seorang gadis. Jika kamu tidak mau mengkhianati paman dan bibimu aku bisa mengantarmu, kita tinggal berbicara pada wanita itu."
"Shelly maksudmu?" Rei sedikit bergidik, entah mengapa ketika harus berurusan dengan wanita itu, dia merasakan kemerindingan yang cukup rumit.
"Tenanglah, kepribadian aslinya cukup asik kok. Sayangnya dia tetap mencerminkan wanita-wanita seusianya~" Samuel kembali tertawa pelan, sebelum dia mengisap lagi sigaretnya. "Aku mengajakmu juga untuk pergi dari sini, aku ingin melihat dunia yang lebih luas."
Kimura Rei, sedikit membulatkan matanya tatkala ia melihat Samuel yang menatapnya dengan lekat.
"Karena pertama kali aku melihat orang lain, aku pikir lebih banyak yang lebih unik."

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE A PLOT
FantasySebuah karya telah dijadikan sebagai bahan kompetisi di awal tahun. Semua orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis luar biasa. Tanpa mereka tahu jika kompetisi yang mereka alami bukan hanya sebuah kompetis...