Tempat itu terlihat hancur. Alat-alat besi yang awalnya berjajar tanpa diketahui apa alasan kegunaannya bertebaran di atas tanah, beberapa yang berbahan kaca pecah dengan posisi tidak beraturan.
Lentera yang menjadi satu-satunya sumber cahaya adalah benda yang masih dapat diselamatkan. Dia jauh dari tempat di mana kedua orang tersebut bertarung tanpa henti, dan hanya sekedar memberikan petunjuk kepada mereka jika ada yang ingin melarikan diri.
Namun, keduanya sama-sama maju. Mereka mendapatkan luka di sekujur tubuh, serta memar yang tersebar di bagian mana pun. Beberapa tulang tampak patah, terlihat dari gerak-gerik mereka yang sulit untuk menggerakkan lengan atau kaki, sehingga mereka diam dalam kondisi menelungkup.
"Wow! Apa yang kalian lakukan?"
Kimura Rei, menoleh secara perlahan ke arah seseorang yang baru saja datang dari lorong yang sama. Orang itu tampak kebingungan saat Rei menggerutu, berceloteh sesuatu dengan bahasa Jepangnya yang sama sekali tidak bisa dimengerti oleh kedua orang di lorong tersebut.
Satu orang lagi datang dari arah berlawanan, seorang gadis berambut merah muda yang mengangkat satu alisnya dengan sebuah senter terang di tangannya.
"Hancur sekali tempat ini...." Amaran membelakak, segera berlari ke arah lelaki yang hanya diam meresapi segala kesakitan yang datang pada sekujur tubuhnya, karena Amaran tahu bahwa orang itu adalan Darren Flavian. "Ya ampun, kenapa kamu bisa sampai ke sini? Tempat ini cukup jauh!"
Dia mendongak, kemudian melirik seorang lelaki bersurai putih yang hanya mengedipkan matanya beberapa kali. Samuel, membuka mulutnya, tersenyum lebar ke arah Amaran, memiringkan kepala sok imut lantas melambaikan tangannya untuk menyambut kedatangan gadis tersebut.
"Kita kembali lagi!" seru Samuel membuat Rei yang hanya diam memperhatikannya berdecak, lagi-lagi lelaki Jepang itu kembali mengumpat, tentunya dengan bahasa yang tidak Samuel mengerti. "Ini seperti reuni masalah River, ya? Kecuali anak kecil dan laki-laki itu, dan tentunya tidak ada Rei di sini."
"Tutup mulutmu," ujar Amaran, malas berbicara.
Pasalnya, Amaran bingung memikirkan bagaimana cara dirinya membawa Darren yang sama sekali tidak dapat bergerak? Apalagi dia bertemu dengan seorang yang tampaknya akan bersiap-siap untuk menyerang kapan saja.
Mana bisa Amaran bertarung dengan satu senjata, itu pun senjata kecil yang mungkin dapat Samuel rusak hanya dalam satu jentikkan jari.
Namun, ada hal lain yang Amaran pikirkan tentang laki-laki berambut salju tersebut. Secara mendadak dia mengingat percakapan antara Rafael dan wanita tua bernama Camielle. Mereka mengatakan jika Camielle sedang mencari anaknya yang bernama Samuel?
Jika dipikir-pikir memang terlihat seperti itu. Camielle memiliki rambut berwarna putih juga sama persis seperti Samuel. Wajah mereka sedikit mirip, serta ciri fisik yang hampir menyerupai.
"Maran, ya?"
Amaran terdiam, memutar bola matanya dengan sinis, lantas mencoba memapah Darren yang terus merintih kala dirinya berusaha untuk membuat lelaki itu berdiri seimbang dengannya. "Benar, apa aku diperbolehkan untuk pergi dari sini? Aku minta maaf, akan membosankan jika aku bertarung denganmu juga seperti mereka."
Samuel tertawa pelan. "Tentu saja! Tidak apa-apa, lagi pula tidak ada siapa pun di sini, termasuk para pengurus di atas sana." Samuel berdeham, ikut membantu Rei yang mencoba menggerakkan lengannya. Namun, di saat yang bersamaan Rei tiba-tiba menepis tangan putih Samuel. "Hei, kamu kenapa?! Aku mencoba membantumu!"
"Ah diam, bukankah seharusnya kamu masih ada tugas di atas sana? Janganlah merepotkanku."
"Aduh, Kimura Rei yang paling ikemen...." Samuel memicingkan matanya, sekaligus membuat manik mata itu menajam. "Ada orang yang tidak ingin aku temui datang menemui mereka, kamu tidak ingin aku merepotkanmu lebih dari itu, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE A PLOT
FantasySebuah karya telah dijadikan sebagai bahan kompetisi di awal tahun. Semua orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis luar biasa. Tanpa mereka tahu jika kompetisi yang mereka alami bukan hanya sebuah kompetis...