"Bisakah kamu membantuku?"
Amaran melangkah perlahan ke arah Lio. Tangan kanannya bergerak, terulur disertai dengan senyum yang sama sekali tidak bisa Lio tebak apa maksudnya.
"Aku memiliki rencana, di mana kamu dan aku akan bekerja sama. Aku akan menghubungimu untuk mengetahui bagaimana caranya berinteraksi dengan mereka. Sekaligus melihat apa yang sedang terjadi di luar sana." Amaran menggerakkan tangan kanannya, menggambarkan sesuatu dari gerak-gerik yang ia buat. "Apa ada kesalahan di sana sehingga mereka tidak melihat kecurangan yang bisa saja membuat orang-orang menghilang?"
Lio mengerjap beberapa kali.
Lio sadar jika Amaran memiliki kemampuan layaknya seorang pengamat segala tahu. Apa maksudnya ... dia akan menggunakan kemampuannya itu untuk melihat dunia di luar kompetisi?
"Kamu tahu apa alasan mereka membawaku saat itu?" Amaran menghela napasnya. "Ternyata mereka berniat untuk melatih kemampuanku agar aku bisa melihat dunia luar kompetisi yang selalu mereka pertanyakan. Kelompok Arth memang segila itu, 'kan?"
Lio tidak tahu, Amaran memiliki keberanian untuk bertindak sejauh ini.
"Tidak sesuai," ujar Lio. "Aku tidak mengerti apa maksudmu, semuanya berada di luar nalarku ...."
"Maksudku itu, aku ingin kita beraksi menghentikan chaos ini dan melibatkan orang-orang di luar kompetisi." Amaran melirik ke belakang, melihat kekacauan yang masih berlangsung di bawah sana. "Aku tidak pernah setuju sebenarnya, tetapi semuanya terasa janggal."
Helaan napas kembali terdengar dari mulut Lio. "Kalau begitu apa rencanamu, libatkan saja aku." Lio mengepalkan tangannya, menahan emosi. "Karena aku juga tidak setuju dengannya. Sistem itu seolah-olah dimanipulasi."
Amaran mengangguk. "Benar, 'kan? Kita semua adalah pihak yang dirugikan di sini."
"Lalu bagaimana?"
"Cari sesuatu mulai dari sekarang. Entah siapa pun yang bisa dimintai pertolongan selama aku mencoba untuk melihat orang-orang di luar sana. Semua ini memungkinkan, 'kan?" tanya Amaran, tersenyum lebar.
Dimintai pertolongan?
Selang beberapa menit mereka berbicara, Lio segera berlari dari atap tersebut, menginjak beberapa pilar yang menganggur di sekitar bangunan untuk sampai ke bawah tanpa melewati tangga bobrok di dalam bangunan.
Dia mendongak, melihat Amaran yang memberikan ibu jarinya. Lio menganggukkan kepalanya, segera berlari dari sana untuk menghampiri Darren yang tampak kesulitan di seberang sana.
Sebenarnya Lio sudah mendapatkan ide dengan ide lain, tetapi dia ingin memberitahukan sesuatu ini kepada Darren. Entah hanya perasaanya atau apa, tetapi Lio merasa jika Amaran menyembunyikan sesuatu dari Darren. Apalagi mereka jarang--atau bahkan tidak pernah mengobrol belakangan ini.
Lio menerjang sebuah bebatuan dari reruntuhan yang berpotensi untuk ia injak, segera melewati satu per satu reruntuhan tersebut hingga sampai ke daerah yang dipenuhi rumput. Setelah sampai di sana, wajah Lio sedikit terkejut, banyak orang kacau-balau, bertebaran di sekitar tanah.
Benar kata Amaran, semuanya harus segera diselamatkan.
"Darren!" Lio berteriak, memanggil nama seseorang di tengah kakacauan. Tidak akan ada orang yang menaruh perhatian padanya saat ini, mereka sibuk dengan lawan masing-masing, entah itu bersama yang lemah, atau bersama yang kuat.
Terkecuali Darren yang mengenali suara itu.
Dia mengepalkan tangan kanannya, membuat Rei yang sedang menyerangnya itu tiba-tiba terjungkal ke belakang. Sayangnya tidak semudah itu untuk Rei lakukan, lelaki itu terus menyerang Darren, layaknya seorang pemburu yang sudah tidak kuat untuk menghabisi mangsanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE A PLOT
خيال (فانتازيا)Sebuah karya telah dijadikan sebagai bahan kompetisi di awal tahun. Semua orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis luar biasa. Tanpa mereka tahu jika kompetisi yang mereka alami bukan hanya sebuah kompetis...