Amaran menatap beberapa pill yang terkumpul di atas mejanya. Cukup tajam penglihatan gadis itu, tetapi Amaran membawa pikirannya untuk memikirkan sesuatu di luar ruangan.
Tampak, beberapa orang yang sibuk untuk mengurus hal lain, tetapi hanya Amaran yang terdiam melamun karena telah mendapatkan sesuatu di benaknya.
Itu tentang River yang mulai jujur dan kekhawatiran kelompok Rafael yang sulit menerima serta memberikan informasi.
Satu-satunya jalan Amaran untuk semua ini hanyalah melarikan diri untuk lebih mendekat ke arah gedung yang ditempati Rafael dan yang lainnya. Namun cukup sulit untuk berlari jauh dari tempat ini. Sekali saja pergerakan Amaran terlihat, gadis itu merasa tidak bisa diselamatkan.
"Kamu sedang memikirkan apa?"
Amaran menoleh ke belakang kemudian mendongak melihat seorang wanita yang datang dengan beberapa alat di tangannya.
"Oh, Shelly."
Shelly duduk di samping Amaran menatap lekat-lekat gadis itu agar dia bisa memberikan suatu bocoran padanya, meskipun tidak mungkin karena Amaran memiliki kepribadian yang tidak banyak bicara.
Semenjak kejadian yang ada di babak pertama, Shelly selalu merasakan adegan yang berulang setiap kali melihat Amaran. Shelly yang tiba-tiba tewas bersama teman-teman gadis itu menyisakan John dan Amaran yang kemudian bergerak sebelum pahlawan sebenarnya datang.
Jika kembali memikirkan itu, tidak ada salahnya Shelly yang semakin ingin melanjutkan proyek besar yang saat ini mereka buat.
"Pertama, untuk membangkitkan kembali Arth Elvis."
Amaran dan Shelly menoleh, menatap ke depan melihat seseorang yang datang mengisi bangku lainnya.
Berusia juga, seperti Shelly dan Arth, pikir Amaran. Orang yang kini berbicara adalah seorang laki-laki dengan jas hitam, seperti seorang pebisnis yang datang untuk memulai sebuah rapat.
Dasar, mana ada Amaran sepintar itu untuk bergabung dengan bisnis perusahaan?
"Itu Tuan Bert," ujar Shelly, mengambil gelasnya kemudian mengaduk dengan sedotan.
"Apa dia juga sekuat Arth?"
"Tidak, Maran. Lagi pula Arth tidak sekuat itu, dia hanya membawa pengaruh yang besar." Shelly meminum minuman yang ada di gelasnya sebelum kembali berujar, "Hanya saja lelaki itu sangat menyebalkan, bukan? Aku mengerti semua orang yang merasa ingin menghancurkannya, tetapi kami membutuhkan dia."
"Apa maksudmu Arth Elvis?"
Shelly mengangguk setelah mendengar pertanyaan Amaran.
Tak lama, semakin banyak orang yang datang dengan penampilan khas mereka masing-masing.
"Ada banyak orang asing di sini," ucap Amaran cukup membuat Shelly menghentikan kembali kegiatan meminumnya.
"Ada banyak orang luar yang di undang kemari. Kamu tahu Kimura Rei?"
Amaran mengangguk, karena John pernah mengenalkan lelaki itu padanya.
"Nah, dia adalah salah satu orang yang juga penasaran dengan dunia di luar kompetisi." Shelly tertawa pelan. "Sebenarnya aku tidak sepenasaran itu, aku hanya sedang membantu mereka dan mengisi waktu luang."
"Jadi orang-orang tidak perlu heran jika suatu saat dirimu dan John mengkhianati kelompok ini?"
Wajah Shelly masih ceria, tetapi wanita itu segera meletakkan kembali gelas yang dipegangnya ke atas meja. Matanya terpejam, memperlihatkan wajah penuh senyum ramah.
"Sebenarnya aku tidak tahu apa tujuanmu dalam mengatakan hal itu. Namun, apakah aku bisa mengiyakan semua itu?" Shelly tertawa pelan, mungkin hampir saja dia melepaskan tawanya itu sampai semua orang yang ada di dalam ruangan menaruh atensi padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE A PLOT
FantasíaSebuah karya telah dijadikan sebagai bahan kompetisi di awal tahun. Semua orang yang mengikutinya adalah orang-orang yang berkeinginan menjadi seorang penulis luar biasa. Tanpa mereka tahu jika kompetisi yang mereka alami bukan hanya sebuah kompetis...