"Besok kita temui mereka. Sekalian kami mau berterimakasih."
Aldrich mengangguk paham. "Nanti biar Al hubungi mereka dulu."
Drrtt... Drrtt... Drrtt...
Ponsel Ragil bergetar, ketika mengecek siapa yang menelepon ternyata Kinan. Langsung saja Ragil menerima telefon itu.
"Kenapa, dek?"
"Bang Dinar."
Ragil memberikan ponselnya pada Dinar. "Adek mau ngomong."
Dinar mengambil, berbeda dengan yang lain, Aldrich tampak bingung. Bukankah adiknya tadi ke atas? Lalu kenapa telefon?
"Kenapa?"
"Mau gak?"
"Apa?" tanya Dinar sembari memiringkan kepala bertanya.
"Martabak."
"Mau!" Dinar bersorak.
"Sini cepet."
"Oke!"
Dengan hati senang, Dinar menyerahkan ponsel Ragil lalu berlari menuju kamar sang adik. Sesampainya di kamar sang adik, Dinar duduk dipangkuan cewek yang tengah fokus menonton TV sambil memakan martabak pesanannya.
Kinan menyomot satu irisan martabak, ketika ingin memasukkannya ke mulut, Dinar duduk menghalangi pandangannya pada TV. Menatap sang kakak beberapa detik, menyuapkan martabak di tangannya tadi dan diterima baik oleh Dinar.
"Duduk sendiri."
Dinar menurutinya, mendudukkan diri di sebelah Kinan, tangannya mengambil sepotong martabak yang wadahnya sudah berpindah di atas kaki Kinan.
Keduanya sama-sama diam, Dinar fokus menonton serial spongebob kesukaan Kinan, sementara Kinan, sibuk mengamati wajah sang kakak dari samping.
Bulu mata lentik yang basah, mata hitam yang bersinar dengan area mata yang merah, hidung yang juga memerah. Astaga!
Mata Kinan jatuh pada bibir natural Dinar yang terdapat bercak coklat. Lama menatap bibir Dinar yang bergerak mengunyah, Kinan tersadar karena Dinar tertawa.
Kinan terpaku. Jantungnya berdegup kencang. Jadi begini rasanya dibuat jatuh berkali-kali dalam pesona Dinar? Padahal biasanya cowok itu terlihat jelek.
"Adek kenapa?" tanya Dinar yang heran karena cewek itu memegangi dadanya dengan mata yang membulat menatapnya.
Kinan memajukan wajahnya, mencium bibir Dinar singkat, lalu menjilat sisa-sisa coklat. Tiba-tiba keduanya seolah mengecil, saling tatap mencerna kejadian beberapa detik lalu, tidak lama kemudian, wajah keduanya memerah bak kepiting rebus. Kompak mereka menunduk malu.
Kinan mendongak, meraih dagu Dinar agar ikut menatapnya. "First kiss abang buat Kinan, begitupun punya Kinan."
Dinar mengangguk lalu tersenyum manis. Menatap Kinan yang tengah membersihkan bibirnya yang belepotan.
"Bibir abang bagus, Kinan suka," ujar Kinan apa adanya. Tangannya yang masih bertengger membelai lembut bibir Dinar.
Dinar tersenyum lagi, berhambur memeluk Kinan tanpa aba-aba membuat Kinan sedikit terkejut. "Adek lucu, abang suka."
Kinan tersenyum tipis, balas memeluk Dinar tidak kalah erat. Mendadak Kinan ingin menggoda kakaknya itu. Dia berkata sembari mendorong Dinar agar melepas pelukannya. "Jadi kalo adek jelek abang gak suka?"
"Gak gitu~"
Kinan berdecih, menatap Dinar tidak suka. "Ngaku aja."
Dinar mendongak, menggeleng brutal, lanjut menatap sang adik memelas. "Beneran. Abang gak maksud begituu."
![](https://img.wattpad.com/cover/299440949-288-k329998.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brotherhood
Подростковая литератураProses Revisi Hanya memceritakan tentang kehidupan sehari-hari Kinan yang memiliki tingkat kemalasan dan kelesuan akut. Tidur, bermain, makan. 3 combo yang menyenangkan.