Bab 83 : Goodbye

89 1 0
                                    

Saat ini, keluarga Anggara berkumpul atas perintah Aldrich. Mereka semua menatap layar proyeksi yang tiba-tiba saja menampilkan angka dengan hitungan mundur.

Beberapa menit sebelum layar itu hidup, ada seorang laki-laki yang menghampiri Anton dan Dian. Dia menyapa mereka, menyerahkan sebuah amplop yang berdesain apik, lalu berkata dengan sopan dan hati-hati. "Mohon diterima. Tolong buka ini besok di rumah Anda, Tuan."

Anton mengernyit bingung. Menatap amplop di tangannya lalu menatap lelaki di depannya itu. "Apa ini?"

"Itu saja tugas saya. Saya pamit undur diri." Laki-laki itu membungkuk hormat ala kerajaan, lalu pergi.

"Pa?" Dian memanggil sang suami. Dia memandang suaminya terheran-heran, tangannya memegang lengan kekar Anton.

Anton menggeleng tidak mengerti. Amplop apa ini? Dan siapa orang itu?

"Pa, Ma, lihat itu," tunjuk Dinar pada layar proyeksi di hadapan mereka.

3

2

1

Terpampang wajah Kinan di sana. Dia tampak sibuk oleh sesuatu.

Semua orang yang dekat dengan Kinan lagi-lagi dibuat bingung. Spontan mereka celingukan mencari keberadaan Kinan. Dan detik itu juga mereka baru menyadari Kinan tidak ada. Mereka bertanya-tanya, apa Kinan sedang live? Tapi bagaimana bisa cepat sekali sampai di rumah?

Akhirnya tatapan Kinan terfokus ke depan. Dia berdehem untuk mempersiapkan diri. "Emm, malam semua."

Beberapa orang menjawab, karena mengira sedang melakukan videocall.

"Ah, ini bukan live ataupun videocall," ujar Kinan seakan tahu. Mereka jadi dibuat semakin heran, kalau bukan itu semua, masa iya Kinan bisa berkata seperti itu?

"Ini vidio yang sengaja Kinan buat."

"I just want to say a little ... Abang, selamat atas kelulusan kalian. I proud of you. Meskipun kalian sering bolos, tapi kalian bisa. Kalian berhasil melewati semuanya..."

"Setelah ini pasti kalian akan disibukkan sama kehidupan masing-masing, jadi tolong kalian jangan pernah berantem atau bahkan sampai lost relationship."

"Adek kenapa?" gumam Adi. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak.

"Besok coba kalian lihat di kamar biasa Kinan tidur waktu dibasecamp. Adek udah nyiapin hadiah buat kalian. Masing-masing ada namanya jadi kalian gak bisa rebutan. Jangan lupa dibuka, ya." Kinan tersenyum manis. Agaknya saat itu Kinan membayangkan betapa bahagianya raut wajah kakak-kakaknya itu. "Oh iya! Gimana perasaan kalian sama kehadiran kak Joe dan bang Zico? Bang Galih? Abang seneng, kan? Bang Agil, sekarang udah ada kak Joe, abang bisa manfaatin dia sepuasnya."

Entah kenapa, mendengar suara kekehan Kinan itu malah membuat semua remaja laki-laki disana meneteskan air mata. Mereka bingung. Kenapa mereka menangis? Kinan tertawa kenapa mereka malah menangis? Itu pun hanya sebuah vidio. Bisa saja hanya prank dari Kinan, kan?

"Inget semua yang Kinan bilang ya. Kalau kalian gak butuh Kinan lagi, silahkan kalian mabuk-mabukkan, ngerokok, melakukan hal gak senonoh, dan semua hal buruk lainnya. Dan setelah itu, Kinan bener-bener hilang dari dunia kalian."

"Kinan udah nepatin janji. Seratus delapan puluh hari, bahkan udah lebih. Makasih udah mau nurutin semua kemauan Kinan selama ini. Kalian udah berusaha ... sekarang waktunya kalian nikmatin hidup kalian masing-masing."

Kinan diam. Dia mengulum bibirnya. Cewek itu tampak menoleh, lalu tidak lama kemudian muncullah seseorang yang sangat mirip dengan Kinan, duduk dipangkuan Kinan.

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang