Day 6 : Basecamp

157 8 0
                                        

"Itu adek lo?" tanya cowok yang tadi membawa buku pada Dinar.

"Hn. Kenapa? Buat masalah sama lo?"

"Enggak."

Bukan takut. Namun, memang cewek itu tidak membuat masalah dengannya. Apalagi dia tadi sedang dalam keadaan tidur.

Cowok itu merasa bersalah.

"Loh, katanya ke sini? Kok gue belom liat dari tadi." Adi celingukan.

"Tidur. Pusing tadi," Asta menjawab.

"Ini jam berapa? Dia belum makan, kan?" tanya Ragil sambil menatap satu persatu temannya.

"Jam empat. Iya, belom makan," Raja yang sedang menatap ponsel, menjawab.

Ragil mengangguk, "Biar gue bangunin."

Ragil beranjak dari duduknya, naik tangga menuju lantai dua.

"Anjir, gue gak sabar pen liat mukanya!" Bima berkata riang.

"Lihat muka Dinar aja," timpal Raka.

"Maksudnya?" Bima bertanya, alisnya berkerut.

"Dek, bangun dulu, yuk." Ragil menepuk-nepuk pelan pipi Kinan.

"Bangun." Kali ini dia mencubit hidung Kinan.

"Emmh... nanti~" suara serak itu menjawab malas. Tubuhnya semakin meringkuk.

"Mau makan dulu atau mandi?"

"Nanti, bang."

"Sekarang! Mandi atau makan?" tegas Ragil.

"Mandi~" jawab Kinan masih menutup mata.

Ragil langsung mengangkat Kinan dan membawanya ke kamar mandi.

Menutup pintunya dan bergerak mengambil kaos entah milik siapa dan celana legging milik Kinan yang memang sudah tersedia di sana.

Setelah itu, dia duduk di tepi ranjang sembari menunggu Kinan selesai.

Dua puluh menit kemudian, Kinan baru selesai mandi. Keluar memakai bathrobe.

"Keluar dulu, bang."

"Ga di kamar mandi aja gantinya?"

"Mager."

Ragil menghela napas. Keluar kamar dan berdiri di depan pintu yang sudah ditutup.

Bersender pada tembok dan menutup matanya.

Dua menit berlalu.

"Udah belum?"

"Bentar," jawab cewek di dalam sana.

Tiga menit kemudian.

"Udah?"

"Udah."

Cowok itu masuk dan menghampiri cewek yang tengah duduk bersila di lantai.

Dia berjongkok di depan Kinan. Lalu, berkata, "Ayo, naik."

Kinan langsung nemplok ke punggung Ragil. Menempelkan dagunya ke pundak si cowok.

Ragil berdiri, berjalan keluar.

"Mau makan apa?"

"Mie ayam."

"Beli dulu ya."

Kinan mengangguk.

"Eh, itu... dia?" tanya Bima saat melihat Ragil menggendong seorang cewek di belakangnya.

Kinan yang tahu menjadi pusat perhatian mendadak, langsung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ragil. Dia bergumam panik, "Bang, gue mau diterkam."

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang