Day 28 : Who loves

47 2 0
                                        

"Btw, olahraga nanti katanya ada tanding basket sama kelas sebelah."

"Oh ya?"

"Iya. Soalnya kelas sebelah gurunya gak ada jadinya digabung sama kelas kita."

"Oh gitu."

"Bangke!" umpat Zaki kesal sambil menggeplak kepala belakang Angga.

"Aduh. Apaan sih, lo!" Angga melotot pada Zaki.

"Lo yang apaan! Gue ngomong panjang lebar dan respon lo datar bener gitu. Kit ati gue. Lo pikir dicuekin gitu enak?!"

Angga dengan santai membenarkan kaos olahraganya. Tanpa berniat sedikitpun menanggapi celotehan si Zaki.

"Anjing. Lo gak dengerin gue lagi?!"

"Toxic banget mulut lo." Angga yang sedang mengenakan sepatu, mencibir.

"Makanya dengerin kalo gue ngomong. Berasa kek orgil, ngomong sendiri."

"Itu tau."

"Sialan!!" Zaki melempar sepatunya ke arah Angga yang sudah berlari diiringi suara tawa. Masih pagi-pagi begini suasana hatinya sudah dibuat jelek aja. Kalau dipikir lagi kan buat tambah badmood.

Zaki berjalan mengambil sepatunya dengan hati yang masih dongkol. Demi apapun dia sebal sekali.

Sekarang ini waktunya pertandingan sahabat. Khusus untuk murid cowok saja. Dan mereka sudah siap di posisi masing-masing setelah pemanasan keliling lapangan basket tiga kali.

Wakil dari kedua tim berdiri saling berhadapan dan di tengah ada guru pembimbing yang menjadi wasit. Wasit melempar bola ke atas, kedua tim pun melompat bersaing untuk mendapatkan bola lebih dulu.

Seperti itulah kira-kira awal dari permainan bola basket.

Kedua tim tidak ada yang mau mengalah. Meraka beradu demi mendapatkan poin lebih tinggi.

Vano memerhatikan Dio yang sedang dikepung dua orang. Saat Dio berusaha menghindar, tapi bola berhasil direbut. Tidak biasanya Dio seperti itu, pikir Vano.

Akhirnya setelah cukup lama mengamati cara bermain Dio, Vano memutuskan untuk mendekatinya. Vano menepuk pundak Dio yang sedang mengelap keringat di dahinya. Vano tersenyum saat Dio menoleh.

"Lo kenapa?"

Dio bingung. Vano datang dan secara tiba-tiba menanyakan hal seperti itu. Memangnya dirinya kenapa?

"Kenapa apanya?"

"Lo gak fokus. Udahan aja, ya?"

Dio menggeleng. "Gue gak papa."

"DIO AWAS!!" Teriakan teman-teman kelasnya mengalihkan perhatiannya. Saat dia akan menoleh, kepalanya sudah terlanjur terhantam bola dengan sangat keras.

Vano melotot kaget. Dia tidak melihat ada bola yang melambung mengarah ke arahnya dan Dio. Cowok itu langsung berjongkok, memegang bahu Dio dan menatap khawatir sahabatnya itu. "Lo gak papa?"

Dio menggeleng pelan. Dia masih memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.

"Lo gakpapa? Maaf, gue gak sengaja. Gue gak tau lo ada di sini tadi," ucap seorang siswa penuh penyesalan.

"Udah-udah. Vano, bawa Dio ke UKS," suruh wali kelas Vano, selaku guru olahraga. Dia menatap khawatir Dio.

"Baik, pak."

Setelah itu Vano membawa Dio keluar lapangan dibantu Aldo.

"Kakak..." ucap Dio lirih. Sesekali dia memejamkan mata guna menghalau rasa pening.

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang