"Pagi." Sapa Kinan dengan senyuman.
"Mungkin kejadian semalam membingungkan kalian. Kinan harap kalian ngerti apa yang Kinan sampein." Kinan menghela napas panjang.
Dia sedikit menjeda ucapannya. Lalu, lanjut berkata, "Kinan gak tahu mau mulai darimana, terlalu banyak kenangan sama kalian. Dari dulu sampai sekarang Kinan masih bisa ingat semuanya."
"Sifat, sikap, dan cara bicara Kinan yang mulai berubah ketika Kinan bangun dari tidur panjang Kinan, itu karna kemauan Kinan, bukan salah kalian." Kinan menelan ludah. "Pa, Ma, abang ... maaf Kinan gak terus terang soal sakit Kinan dulu. Sebenernya Kinan sengaja. Kinan gak mau kalian jadi khawatir sama Kinan. Bukan berarti kalian gak boleh khawatirin Kinan, malahan Kinan seneng, itu tandanya kalian sayang sama Kinan. Kinan seneng bisa ada dilingkup dimana Kinan selalu dikelilingi oleh senyuman tulus kalian."
Kinan menunduk, menggigit bibir bawahnya membendung air mata yang akan keluar. "Kinan gak tahu harus gimana lagi..."
"Kinan nyembunyiin begitu banyak hal dari kalian. Kinan minta maaf ... bahkan sampai detik ini pun Kinan masih gak bisa jelasin semuanya, lebih tepatnya Kinan gak mau." Kinan memandang kosong ke depan.
"Maaf Kinan selalu ngrepotin kalian karna malesnya Kinan. Maaf Kinan selalu buat kalian jengkel karna keras kepala Kinan. Maaf Kinan selalu buat kalian merasa jauh karna sikap Kinan yang membingungkan." Suara Kinan tercekat. Dadanya terasa terhimpit begitu memori memori hari-harinya berputar di dalam pikirannya. Hingga air mata itu lolos tanpa diperintah dengan derasnya.
"Terimakasih. Terimakasih untuk semuanya, terimakasih untuk semua hal yang udah kalian berikan buat Kinan. Lahir dikeluarga ini adalah anugrah dan takdir terbaik bagiku. Kinan minta maaf, maaf sekali."
Bibir Kinan dilipat kedalam, alis berkerut itu beberapa kali berkedut dikarenakan berusaha menahan tangis yang kian menjadi.
"Kinan tahu ini egois. Tapi Kinan juga tahu betul inilah jalan yang harus Kinan pilih. Semua yang udah terlanjur dimulai gak bisa diakhiri begitu aja tanpa hasil akhir," lanjut Kinan setelah menjeda ucapannya cukup kama.
"Dengan membawa senyuman dan ketulusan kalian, menjadi bekal bagi Kinan saat memilih jalan ini." Kinan mencoba tersenyum, berharap air matanya bisa berhenti.
"Kinan harap tetap ada senyuman hangat dan manis lagi tanpa kehadiran Kinan." Bukannya berhenti, air mata Kinan justru bertambah deras. Dia mengusap wajahnya dengan lengan.
"Tolong, ikhlaskan kepergian Kinan. Jalani hidup kalian dengan semestinya. Kinan harap ada tempat dimana kita bisa bertemu lagi," ucap Kinan tidak terlalu jelas saat mengucapkan kalimat terakhir.
"Kak Al," Kinan memanggil. Diam sejenak dengan tatapan yang hanya dimengerti oleh Aldrich. Lalu, lanjut berkata, "Kinan serahin mereka ke kakak."
"Abang, izinin Kinan pergi ya, sebentar aja kok. Nanti kita main lagi." Kinan terkekeh pelan. Dia tersenyum menghadap depan beberapa detik, kemudian lanjut berkata, "Bang Agil, nikahin Kinan." Kinan tertawa kecil mendengar ucapannya sendiri sembari mengelap jejak air mata yang tidak ada habisnya.
Setelah dirasa cukup tenang, Kinan tersenyum simpul sampai matanya melengkung membentuk sabit, memberikan senyuman termanis yang dia punya. Satu tangannya terangkat, dengan gerakan pelan dia goyangkan dan berkata, "I love you."
Setelah itu, semuanya gelap.
***
Anton dan Dian masih berada di ruang keluarga. Dian terisak hebat didekapan sang suami. Tangisannya benar-benar terdengar menyayat hati. Sedangkan, Anton menatap nanar laptop dan sebuah amplop bergaya ala kerajaan yang terlihat biasa namun sangat mahal harganya. Terlebih lagi, perekat yang digunakan sepertinya bukan hanya perekat biasa, itu seperti sebuah simbol.
Anton mengambil surat itu. Menatap surat itu sejenak lalu membukanya perlahan.
***
Dinar kembali dibuat tidak sadarkan diri. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Terbaring lemah dengan kondisi yang memprihatinkan, ditemani Raka di sebelahnya.
Cowok itu duduk bersandar, kedua kakinya ditekuk, mendongak dengan separuh wajahnya, lebih tepatnya dibagian mata ditutupi menggunakan telapak tangan. Bibir bawahnya digigit untuk sekedar mengutarakan perasaan yang tak karuan.
"Kinan gak tahu harus gimana lagi..."
Kata-kata itu terlintas begitu saja dibenaknya. Raka menangis. Dia merasa bodoh dan tidak berguna. Dunianya mulai berubah ketika Kinan pergi. Raka menyadari semalam tetapi dia tidak memedulikannya, dengan mengatakan dalam hati kalau itu hanya ketakutannya saja.
Hidupnya yang selama ini tenang. Jangan lupakan fakta kalau dia ini mempunyai geng. Namun, hidupnya tetap aman dan damai seolah-olah mereka memang 'dijaga'. Dan itu benar, Kinan menjaga mereka semua. Entah bagaimana caranya, itu yang baru Raka sadari.
Raka tidak bisa membayangkan betapa beratnya menjadi Kinan. Adik kecilnya itu menanggung beban berat yang bahkan satu keluarga, ah bukan, tidak satu orang pun yang tahu.
"Abang, izinin Kinan pergi ya, sebentar aja kok. Nanti kita main lagi."
Raka benar-benar merasa menjadi kakak paling buruk.
Jadi ini, alasan kenapa feeling buruk bertengger dari saat dirinya tahu Kinan akan mengadakan party.
***
Di balkon kamar, cowok itu bersandar pada pagar. Sangat terlihat jelas bahwa fisik dan batinnya kacau.
Lagi-lagi dia seorang diri. Hidupnya kembali kosong. Lubang di hatinya kembali terbuka lebar dan bertambah dalam. Benang merah yang mengikat di jari kelingkingnya putus di tengah-tengah. Lagi.
Rambut acak-acakan, kulit putih yang sekarang tampak pucat, manik abu-abu yang menatap kosong ke depan. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, membuat rambut yang sudah berantakan itu menjadi lebih berantakan. Namun, hal itu tidak membuat Ragil bergeming. Dia benar-benar seperti patung saat ini. Seolah tidak ada kehidupan di sekitarnya.
Mereka pergi. Ragil sendiri. Sendiri. Sendiri lagi. Lagi dan lagi.
Jatuh dari ketinggian 15m mungkin cukup membuat kepalanya berdarah. Ragil harus mencobanya.
***
Menjadi Diri Apa Adanya
Pengakuan atas Kebenaran
Penyelamatan atas Kejahatan
End
****
Maaf ya kalau ga nge-feel. Sengaja buat endingnya begini.
Kalian pasti masih bingung sama cerita ini. Sama author jg bingung, ga jls bgt kn ceritanya. Nanti bakalan ada spin-off cerita ini. Tapi nanti.
Ditunggu ya...
Nanti disana semua terungkap!Yang mau kasih kritik dan saran jga bolehh
Sekian cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brotherhood
Fiksi RemajaProses Revisi Hanya memceritakan tentang kehidupan sehari-hari Kinan yang memiliki tingkat kemalasan dan kelesuan akut. Tidur, bermain, makan. 3 combo yang menyenangkan.