Saat ini sedang jam istirahat pertama di SMA Atalanta. Kinan berada di taman belakang setelah berhasil lolos dari para abangnya. Dia tidur bersender pada batang pohon. Wajahnya terlihat sangat damai.
Sementara, tak jauh dari tempat Kinan berada ada seseorang yang sedang dirundung. Orang itu melawan, tetapi karena kalah jumlah dia yang dirugikan di sini.
"Banci! Beraninya keroyokan." Desisnya sembari mengelap cairan kental merah di sudut bibirnya.
Salah seorang yang merundung itu tersenyum remeh. "Bilang aja kalo lo itu emang lemah, sialan!" ledek orang itu dan diakhiri dengan sedikit menaikkan oktaf suaranya saat mengatakan kata terakhir sambil kembali menendang wajah orang yang dia siksa.
Orang yang memakai seragam sama dengan Kinan itu kembali tersungkur ke belakang. Wajahnya sudah babak belur, belum lagi penampilan yang sudah berantakan. Dia tak tahu melakukan kesalahan apa? Seingatnya dia hanya tak sengaja menyenggol lengannya saat berjalan dan sudah meminta maaf. Apa memang karena itu? Kalau iya, kekanakan sekali.
Daripada mati penasaran, dia memutuskan untuk bertanya. "Gue pernah cari masalah ke elo?"
"Anjing! Lo gak sadar apa kesalahan lo?!"
"Apa, emang? Gue aja baru ketemu lo. Atau... sebelumnya gue pernah ketemu lo dan ngelakuin kesalahan?"
"Bego! Lo tadi nyenggol gue, maksud lo apa! Mau cari gara-gara sama gue?"
"Gue udah minta maaf. Kurang?"
"Ya iya lah! Gampang banget lo minta maaf. Lo gak tau bokap gue donatur terbesar di sekolah ini?! Gue bisa laporin lo dan buat lo dan orangtua lo menderita."
"Gak usah bawa-bawa orangtua gue, bangsat!" murka cowok itu. Dia berdiri dan hendak memukul cowok di depannya, tetapi kedua teman cowok itu lebih dulu menahannya di sisi kanan dan kiri.
Cowok yang mengaku sebagai anak dari donatur terbesar itu langsung memukuli, membabi buta cowok berseragam sama dengan Kinan.
"Berisik! Gue mau tidur, jangan ganggu."
Gumaman datar yang tersirat nada memerintah itu mampu menghentikan tindakan cowok yang tengah memukuli orang. Dia berputar, menatap seseorang di balik pohon yang hanya terlihat kakinya. "Siapa lo. Apa hak lo ngatur-ngatur gue?!"
Diam.
Tidak ada jawaban dari balik pohon besar itu.
Kesal karena diabaikan, cowok ber-nametag Dazel Afghani itu mendekat. Mengikis jarak dua meter dan hanya berjarak setengah meter dari orang di balik pohon, suara lemah cowok yang masih ditahan kedua temannya itu menghentikan langkahnya.
"Jangan sentuh dia!"
"Kenapa? Dari suaranya cewek, kayaknya seru diajak main." Dazel tersenyum pongah.
"Gue bilang jangan sentuh dia, brengsek! Lepasin, gue!" Teriaknya marah sembari terus memberontak agar bisa terlepas.
Baru beberapa langkah, Dazel kembali menghentikan langkahnya karena melihat pergerakan dari orang di balik pohon.
"Kalian tuli? Gue bilang jangan ganggu."
Orang itu muncul dari balik pohon dan berdiri berhadapan langsung dengan Dazel.
Dazel terpana.
Cantik.
Satu kata yang melintas di benaknya. Ditambah sikap malas dan lesunya yang justru membuatnya merinding.
"Lo cantik. Jangan buat gue marah dan nyakitin kulit mulus lo," ucap Dazel dengan senyum.
"Kalaupun lo marah, lo gak bakal bisa lukain gue," Kinan memberi jeda. "Gue ngomong sekali lagi, jangan berisik kalo gelut, gue mau tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brotherhood
Novela JuvenilProses Revisi Hanya memceritakan tentang kehidupan sehari-hari Kinan yang memiliki tingkat kemalasan dan kelesuan akut. Tidur, bermain, makan. 3 combo yang menyenangkan.