Day 40 : Check-up

144 3 0
                                        

"Rasanya pen nangis aja gue."

Suara gelak tawa memenuhi sebuah rumah.

"Gue juga pernah begitu, anjir! Nungguin kembalian padahal uangnya pas. Mana keadaan warung lagi mayan rame. Malu banget gue." Aldo berkata lalu tertawa lagi.

Sekarang ini, di rumah Kinan ada teman-temannya. Mereka sedang berbagi cerita tentang hal memalukan yang membuat ingin menghilang.

Kinan berganti menjadi duduk. "Siapa yang pernah nabok orang dan ternyata salah orang?" Dia melirik kearah Zaki sesaat. "Gak minta maaf lagi."

Zaki terkejut. "Lo tau darimana, Ki?!"

"BWAAHAHAHAHAAA pasti komuknya kocak banget!" kelakar Vano.

Telinga Zaki memerah. "UDAH WOI! Gilaa malu banget gue!" jeritnya.

Bagaimana Kinan bisa tahu kejadian beberapa hari lalu itu?!

Kinan mengendikkan bahu. Kembali berbaring, menaruh kepala di paha Dio. Dan kembali terlelap.

"Kalian mau makan apa?"

Mereka mengalihkan pandangannya pada seseorang yang baru saja datang.

"Eh, gak usah bang." jawab Aldo sambil mengibas-ibaskan tangan kanannya.

"Gakpapa. Kalo mau ambil aja di dapur, tapi diangetin dulu ya." Mereka mengangguk patuh.

"Adek ... ayo! Waktunya check-up."

Check-up?

Kinan yang mendengar kata check-up langsung menegang. Dia lupa hari ini jadwal dia melakukan cek kesehatan. Kinan benci ini. Sangat benci.

Dengan gerakan cepat, Kinan memeluk pinggang Dio dan menyembunyikan wajahnya di perut cowok itu. Rapalan doa terus dia ucapkan dalam hati. Semoga hari ini ada halangan. Amiin...

"Adek, jangan pura-pura! Ganti baju terus berangkat. Om sama tante lagi gak di rumah, jadi jangan harap bisa lolos."

Ragil menyentuh bahu Kinan. Dapat dia rasakan tubuh Kinan menengang. Membuat dia menyunggingkan senyuman tipis.

"Besok aja," ucap Kinan terendam.

"Gak ada besok-besok!" sahut Dinar yang keluar dari dapur.

"AAAAAA..." Kinan berteriak datar saat tubuhnya ditarik dan diangkat. Dia kesal dan ingin memberontak. Tetapi rasa malasnya mengalahkan semua itu. Jadi dia hanya diam dengan hati yang sangat dongkol.

Ragil menatap wajah kesal Kinan dengan gemas. Pipinya digembungkan sedikit dengan mata yang dibuat tajam. Dia menggesekkan hidungnya dengan hidung Kinan. Kebiasaannya dari dulu ketika merasa gemas. "Adorable."

"Gak usah ganti baju."

Ragil mengangguk. "Pake jaket sama sepatu dulu."

Ragil mendudukkan Kinan di atas kasur, mengambil hoodie di lemari dan sepatu di rak khusus sepatu. Senyumnya mengembang kala melihat Kinan yang duduk bersila memerhatikannya dengan polos.

"Siniin kakinya." Ragil berjongkok. Mulai memakaikan sepatu setelah Kinan menurunkan kakinya. "Adek belom mandi ya?"

"Enak aja! Udah, kemarin," protes Kinan ngawur.

Ragil menyentil dahi cewek itu. "Pantesan bau."

Kinan melotot. Tidak terima atas perkataan Ragil. "Wangi gini. Gak sopan."

Ragil tertawa, "Iya-iya."

"Angkat tangannya."

"Mager."

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang