"Semua orang punya masalah. Semua orang pasti pergi. Dan semua orang pasti punya tempat kembali."
🍪🍪
Anemia aplastik.
Sebuah penyakit yang tergolong langka, sehingga tidak banyak yang tahu.
Mungkin terdengar biasa, tapi siapa sangka penyakit ini sangat berbahaya dan mempunyai potensi fatal. Seperti, menyangkut nyawa seseorang.
Anemia aplastik terjadi karena adanya kerusakan pada sumsum tulang, yang menyebabkan produksi sel darah menurun. Di mana sunsum tulang berperan besar dalam menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Dan penyakit ini dialami oleh seorang gadis cantik yang ceria, ramah, sopan, hyperactive, jenius dan baik tentunya.
Akibatnya, banyak orang yang merasa terpukul atas kejadian ini.
🍪🍪
"Eh? Aku di mana?"
"Kenapa cuma keliatan item?"
Matanya bergerak menyusuri segala sisi. Sampai dia menemukan setitik cahaya terang.
"Itu ada cahaya!" Dia berlari menghampiri cahaya tersebut.
Namun, dia langsung memelankan langkahnya saat sayup-sayup mendengar suara yang terdengar bergema dan jauh.
"Sayang, kapan kamu mau bangun, hm? Gak capek tiduran terus?"
"Mama?"
"Ayo, sayang, bangun!" Terdengar suara seorang wanita dewasa yang mengajak putrinya.
"Mama!!" Dia berseru sembari sedikit memberi kecepatan pada kakinya.
"Bangun dong, sayang. Papa, Mama, Abang, sama yang lain udah nunggin, nih."
"Papa!!" Mendengar suara berat itu, membuatnya lebih menambahkan kecepatan langkahnya menuju cahaya itu.
Semakin dekat dan dekat.
Cahaya itu pun semakin besar dan terang.
Dia terus berlari. Saat sampai dan mulai memasuki cahaya putih terang itu dia secara spontan menutup matanya karena cahaya yang sangat silau.
Cewek itu membuka perlahan-lahan matanya. Pertama, dia samar-samar melihat sesuatu berwarna putih polos. Dia berkedip, penglihatannya sedikit lebih jelas.
"Mas! Mata adek kedip-kedip!" suara heboh seorang wanita masuk keindra pendengarannya.
"Panggil dokter... Panggil dokter!" kali ini suara seorang pria yang juga terdengar heboh sekaligus senang.
"Dokter! Dokter!" wanita itu memanggil.
"Mas, cepetan panggil dokter!"
Dia mencoba berkedip sekali lagi, tapi masih sama, hanya bertambah sedikit kejelasan dipenglihatannya.
"Pencet tombol itu aja, Ma."
"Oh iya, lupa!"
Tak berselang lama, terdengar suara wanita lain yang kemungkinan seorang dokter, jika didengar dari apa yang dikatakannya.
"Maaf pak, bu. Saya akan memeriksanya terlebih dahulu."
"Iya, silakan," pria itu menjawab.
Pasutri itu memberi ruang untuk dokter, agar bisa bebas memeriksa putrinya.
Dia berkedip lagi. Kali ini, dia bia melihat jelas seseorang memakai jas putih dan alat stetoskop.
Lalu, dia menurunkan pandangannya. Di sana langsung terlihat pasutri yang saling bergenggaman tangan dengan raut bahagia. Tentu dia mengenal baik mereka berdua.
"Syukurlah, tidak terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan," ucap Dokter itu dengan senyuman turut merasa senang.
"Alhamdulillah!" ungkap sepasang suami istri itu bersamaan.
"Saya juga mengucapkan turut bahagia, karena anak bapak dan ibu sudah siuman setelah sekian lama."
"Ah, iya, dok. Terimakasih banyak. Ini juga berkat dokter yang menangani putri saya dengan baik, terimakasih." Balas wanita yang tak lain orang tua dari pasien itu sambil sedikit menundukkan badannya sopan.
"Terimakasih kembali. Kalau begitu, saya pamit. Dan jika ada keluhan bisa segera menghubungi kami."
"Baik, dok."
Setelah mendapat jawaban, dokter wanita itu pergi keluar.
Pasangan suami istri itu berjalan mendekat ke putri kecil mereka.
"Sayang!" sambut wanita itu dengan senyum cantiknya. Dia langsung saja memeluk cewek itu diiringi dengan air matanya yang terjun bebas.
"Yaampun, Mama seneng banget." Ucapnya terharu sambil mengusap air mata, setelah melepas pelukannya.
Cewek berambut coklat itu tersenyum simpul, menanggapi. Dia melirik ke belakang ibunya, memandang pria dewasa yang sedang mengelap cairan di ujung matanya.
Perasaan bahagia membuncah begitu saja. Sampai-sampai dia mengeluarkan air dari matanya. Pria itu masih diam, rasanya seperti tercekat.
Menarik napas dalam. Mengembuskan perlahan melalui mulutnya. Berjalan mendekat, menatap tepat dimanik mata putrinya. Sedikit membungkukkan badannya dan mengelus lembut rambut anaknya.
"Papa juga seneng banget, adek."
Pria itu tersenyum tulus.
"Iya," jawab lemah cewek yang masih terbaring itu.
🍪🍪
Seorang cewek duduk anteng dengan mimik malas dan datar terpampang jelas diwajahnya. Dia menatap kelima cowok yang juga duduk, tapi dengan posisi membentuk setengah lingkaran dan menatap dirinya serius.
"Adek harus ganti seratus delapan puluh hari yang hilang sama kita," cetus Raka.
"Ini perintah, gak boleh nolak," ucap Asta penuh penekanan.
"Adek harus tanggungjawab kar'na udah ninggalin kita lama!" tutur Adi. Terdapat sedikit nada kesal dari pengucapannya.
"Jangan pergi tanpa ada salah satu dari kita yang tau..." pesan Raja.
"Kalo nggak, adek akan tau akibatnya," tambahnya.
"Sekali lagi, ini perintah, jangan dilawan." ujar Adi memperingatkan.
"Jangan pergi ... gak boleh ninggalin Galih lagi pokoknya!" pinta Galih disertai isakan kecil.
Para remaja 2 tahun lebih tua dari si cewek itu, satu persatu memberi pesan juga peringatan urut dari kanan posisi duduk mereka berlima.
"Iya, bang."
"Kita serius! Abang nggak mau, adek ninggalin kita lagi..." ungkap Raka, lalu dia berkata lirih sembari menundukkan kepalanya, "Lo nggak kasian Dinar sama Ragil?"
"Gue nggak sanggup, dek," tambahnya. Wajahnya terlihat sekali putus asa.
Kinan terenyuh sejenak. Dia menatap satu-satu cowok yang tertunduk di hadapannya dengan sorot dalam.
"Gue gak janji, bang... tapi gue udah pernah bilang, kan? Semua orang yang pergi pasti kembali. Entah ke keluarganya atau ke tempat asalnya."
"Tapi—" ucapan kelima remaja laki-laki itu terpotong.
"Mending sekarang kalian biasain sama sifat gue yang sekarang. Gue liat, kalian selalu kaget setiap gue ngomong." Tukas Kinan diakhiri dengan kepalanya yang dimiringkan sedikit ke kanan.
Hening.
"Mungkin, gue bisa tambah lesu besok-besok. Jadi... semoga kalian terbiasa."
Kelima cowok itu masih terdiam.
Tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi sifat adiknya yang berubah seratus delapan puluh derajat.
Ya, cewek itu baru keluar dari rumah sakit kemarin. Dan sekarang, dia sedang berada di ruang tamu rumahnya. Duduk di lantai dan bersandar pada sofa.
"Gue capek, mau tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brotherhood
Teen FictionProses Revisi Hanya memceritakan tentang kehidupan sehari-hari Kinan yang memiliki tingkat kemalasan dan kelesuan akut. Tidur, bermain, makan. 3 combo yang menyenangkan.