Day 68 : Amukan Ragil

34 1 0
                                    

Alis menukik tajam, manik abu-abunya menyala menyorot intimidasi, urat lehernya sedikit tercetak.

Brak!

Dia menendang pintu rumah bercat cokelat di hadapannya dengan keras. Sopan santunnya hilang.

Langkah kakinya yang tenang justru menyeramkan. Di depan sebuah ruangan, dia diam sebentar.

Brak!

Dia kembali menendang pintu. Matanya bergerak menelisik, kakinya terus melangkah membawa masuk.

Heh, persetan dengan sopan santun.

"Adek," Ragil memanggil rendah. Dia berhenti ketika mendapati Kinan yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Tangannya terkepal kuat melihat Adi memeluk Kinan. Wajahnya bertambah datar.

"Ayo pulang." Ragil lebih mendekat.

"Abang tahu, kan, bang Adi lagi sakit?"

"So, why?"

"Aku di sini dulu, besok pulang."

"Cuma kar'na dia, adek ninggalin abang?" Sarkas Ragil dengan nada dingin.

"Bukan gitu." Kinan lebih mengeratkan pelukannya pada Adi saat Ragil mulai mendekat.

"Abang gak ngijinin kamu peluk dia, sweetie."

"Bang, ini bang Adi."

"Lepas."

"Gak."

Ragil meraih kerah kemeja Adi lalu menariknya hingga jatuh ke lantai.

"Abang!" ucap Kinan kaget. Dia akan menghampiri Adi tetapi urung karena Ragil mengarahkan sebuah vas bunga yang diambilnya dari nakas tepat di kepala Adi.

"Jangan bantu kalo gak mau dia mati."

Kinan menatap Ragil sejenak lalu menatap Adi yang terlihat sangat lemas dan ketakutan di bawah sana. Dengan gerakan cepat, Kinan turun dan mendekap Adi.

Ragil semakin dikuasai amarah. "AARGHH..." Geram Ragil sambil melempar vas bunga itu hingga menghantam tembok dan pecah berserakan.

Pyar!

Ragil berjongkok mengambil kepingan vas, berjalan mendekat ke arah Kinan dan Adi. Ragil kembali berjongkok, menarik rambut Adi sampai cowok itu mendongak, dan mengarahkan pecahan vas itu ke leher Adi. Adi sendiri sudah menangis tanpa suara, ini pertama kali baginya melihat Ragil semarah ini. Cekalan Ragil semakin kuat saat Kinan berusaha melepaskannya.

"Abang, lepas!"

"Pulang sekarang."

"Oke, Kinan pulang. Lepas sekarang!"

Kinan menghela napas setelah Ragil menjauhkan tangannya. Dia bisa menyuruh orang untuk menjaga Adi nanti. Daripada dia kekeuh disini dan berakhir Ragil menyakiti cowok itu.

"Ayo."

Kinan berdiri, saat akan melangkah kakinya ditahan oleh Adi. Cowok itu menggeleng beberapa kali.

"Takut..."

Kinan berjongkok, mengelap air mata Adi yang mengalir deras. Dia menyorot Adi teduh. "Ssttt, gakpapa. Tenang aja ya."

Kinan melotot saat tiba-tiba Adi terpelanting.

Bruk.

"ABANG," teriak Kinan. Dia menatap sang pelaku tidak menyangka.

Bugh! Bugh! Bugh!

Ragil menendang Adi tiga kali dengan keras sampai Adi terbatuk-batuk. Hawa dingin yang menyeruak sedari tadi, entah kenapa seperti menyerap seluruh energi Adi.

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang