Day 4 : Rutinitas

196 8 0
                                    

Pagi...
"Kinan, bangun! Sekolah!" Ibunya yang sedang menyapu, membangunkan. Dia menatap putrinya yang masih tidur lelap di kasur.

"Emm... bentar lagi."

Siang di sekolah...
"Bangun, Ki! Udah mau bel masuk." Teman kelasnya, Nabila, berjongkok di samping, membangunkan. Menatap Kinan yang tidur telentang di bawah pohon besar.

"Mager, bentar lagi."

Sore...
"Bangun, dek! Makan." Ragil yang sedang menaruh nampan di nakas, membangunkan. Dia menghampiri cewek yang tidur di sofa kamar.

"Nanti... masih capek."

Malam...
Telfon.

"Hm..."

"TIDUR WOI! JAM BERAPA INI?!" teriak Raka, membuat Kinan memegangi telinganya, berdengung.

"Gak punya jam, bang?"

"Punyalah!"

"Oh." Terdengar decakan sebal dari si cowok.

"Tidur sono, lo!"

"Okee," Kinan mengakhiri telepon.

Dia melanjutkan ngegame-nya yang tertunda, tanpa memedulikan perintah cowok tadi. Tengkurap di lantai berkarpet bulu, menghadap layar TV di depannya. Tanganya memegang stick play stasion, dengan sesekali menyomot snack di depannya.

Satu jam telah berlalu. Kinan menoleh ke arah jam dinding di sebelah kanannya. Jam menunjukkan pukul empat pagi. Ponselnya kembali berbunyi.

Dia mengangkatnya, tanpa melihat siapa yang menelepon.

"HOI, masih belum tidur juga?!" Kinan melihat handphonenya, ternyata manusia yang teriak pagi-pagi buta begini adalah Raka.

"Berisik." Dia kembali menempelkan ponselnya ke telinga. "Mending lo tidur, bang. Gak baik begadang."

"Ck. Harusnya gue yang ngomong gitu ke, elo!"

"Kenapa nelpon?" tanya Kinan malas.

"Ya, sebenernya tadi gue udah tidur, terus-"

"Ga nanya."

Raka berdecak, "Kalo gak tidur, jangan harap lo gue beliin jus lagi!"

"Ada bang Ragil."

Cewek ini...

"Bye." Kinan memutus sambungan sepihak. Dia berguling sekali, merubah posisinya menjadi menghadap atap.

Setelah 15 menit hanya diam dengan posisi yang sama, menatap langit-langit kamarnya, dia tertidur.

🍪🍪

Pukul setengah enam pagi, Raka sudah di rumah sang sahabat. Berjalan menaiki tangga, sampai di lantai dua, dia melangkah ke depan kamar Kinan.

Membuka pintu kamar, kemudian tampak seorang cewek yang berbaring di atas karpet lantai. Raka menghela nafas. "Gue... gak tau mesti gimana?" ucapnya mendramatisir sambil geleng-geleng kepala dan mengelus dada.

Melangkahkan kakinya ke arah si cewek, duduk bersila di sebelahnya. Menatap wajah tidurnya yang terlihat damai. Dia menepuk pipinya pelan, membangunkan, "Kinan, bangun... "

Eh?

Menempelkan telapak tangannya di pipi dan dahi Kinan. Hangat. "Badan lo anget, dek!" Dia bergegas mengangkat Kinan dan memindahkannya ke ranjang.

Melenguh, "Biasa aja," jawabnya masih setengah sadar. Mendudukkan diri, dengan mata yang masih terpejam, dia berusaha mengumpulkan nyawa-nyawanya yang masih berkeliaran.

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang