Day 5 : Dia Siapa?

166 10 0
                                    

"Bang."

"Kenapa?"

"Nanti pulang mau main dulu."

"Ke mana?"

"Ada."

"Bilang. Gue temenin."

"Mau sendiri."

"Nggak boleh!"

"Kenapa?"

"Pulang sekolah capek, dan lo nggak boleh kecapean."

"Siapa yang bilang?"

"Gue barusan."

Cewek dengan rambut dikepang dua itu berdecak. Menatap kakaknya, dan berkata, "Ini penting."

"Kesehatan lo lebih penting." Raka menengok ke Kinan sebentar.

"Badan lo juga lagi anget. Pasti pusing, kan sekarang?" lanjutnya.

Kinan mendengus, mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan, melihat ke luar jendela mobil.

Mungkin dia harus pergi diam-diam. Ini benar-benar urusan penting masalahnya.

"Jangan coba-coba kabur lo ya!" ucap Raka memperingati. Dia seperti tahu apa yang dipikirkan oleh Kinan.

"Siapa yang mau kabur?"

"Nanti lo ikut ke basecamp. Tante sama om pulang malem," bukannya menjawab, Raka malah memberitahu.

"Gak, ah. Males."

"Ini wajib ya, dek." Raka memicingkan matanya, "Kalo enggak, mampus lo sama si Dinar."

"Pokoknya gak mau."

Keras kepala.

"Liat aja nanti."

🍪🍪

"Kalian kok jarang banget ke markas sekarang, pada ngapain sih?" salah satu anggota Valkyrie, Bima bertanya pada Raka, Ragil, Galih, dan Adi selaku anggota inti dan Dinar sebagai pemimpinnya.

"Ngurusin si Kinan," jawab Raka yang masih asyik dengan baksonya.

Mereka sedang berada di kantin sekolah. Duduk di meja yang terpisah, tapi masih berdekatan.

"Emang dia kenapa?" gantian teman sebelahnya, Dewa, yang bertanya bingung.

"Nggak kenapa-kenapa."

"Lah? Terus ngapain mesti diurusin?"

"Penting soalnya."

"Kinan siapa sih sebenernya? Kepo banget gue. Sampe sebegitu pentingnya ya?" Bima memasang wajah serius.

"Lo anggota baru ya?" tanya Adi.

"Iya," jawab Bima.

"Oh, pantesan," bukan Adi, tetapi Galih yang bergumam.

Dijauh sana, Kinan bersin-bersin. Mengusap hidungnya sambil bergumam, "Pasti lagi pada ghibahin gue."

"Kenapa, Ki? Flu?"

"Mau ketemu?" tawar Dinar yang masih sibuk dengan ponsel.

"Boleh bos?"

"Hm."

"Lo yakin gapapa?" tanya Ragil tidak yakin dengan jawaban Dinar. Dinar menoleh dan berdehem kecil. Ragil menghela napas.

"Emang kenapa sih, Gil? Lo kayak gak suka gitu kita mau ketemu dia." Dewa menyahut heran sambil melahap makanannya.

"Bukan gitu maksud gue." Ragil berdecak. Kemudian melanjutkan, "Nanti juga tau sendiri."

"Pulang sekolah langsung ke markas, sekalian jemput adek gue," Dinar berseru pada anggotanya itu.

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang