Day 82 : 2 Teman Lama

27 1 0
                                    

"Kak Nanaaa."

Spontan mereka menoleh, terutama Kinan yang merasa dipanggil. Begitu melihat siapa yang sedang berlari kecil menghampirinya, Kinan tersenyum kecil.

Seorang anak laki-laki berumur kisaran 13 tahun menubruk tubuh Kinan. "Kakak," sapanya dengan nada yang mengalun manja.

"Halo, prince," Kinan balas menyapa. Dia mengelus belakang kepala remaja laki-laki itu.

Setelah beberapa saat berpelukan, anak itu melepaskan pelukannya dan menjauh mendekati Aldrich. Dia memeluk tangan kanan Aldrich dengan erat. Raut wajahnya berubah aneh dengan mata yang menatap Kinan ragu?

Jangan tanyakan bagaimana reaksi Dinar, Raka, Dio, dan Ragil. Sudah pasti suasana hati mereka langsung buruk. Dia adalah remaja yang berhasil membuat bayi-bayi besar Kinan terbakar api cemburu.

"Kamu sendiri aja? Mom sama Dad kamu gak ikut sayang?" tanya Dian.

Remaja itu menggeleng, menunjuk seseorang yang tidak jauh dari mereka dan berkata dengan polos, "Sama kakak itu."

"Mereka lagi keluar negri, Ma," tambah Aldrich.

Mereka mengikuti arah tunjuk remaja laki-laki itu. Merasa menjadi pusat perhatian keluarga Anggara dan keluarga yang satu lagi, laki-laki bermasker dan bertopi itu membungkuk hormat sebagai sapaan.

"Ah, Kinan lupa," Kinan berucap. Dia menatap Ragil yang masih tampak kesal, lihat saja wajahnya yang menjadi datar itu. "Bang Agil."

Ragil balas menatap Kinan. "Ya?"

"Gimana kalo misalkan kak Joe masih hidup?"

Ragil tampak berpikir. "Anak-anak pasti seneng. Bisa kumpul bareng lagi dan nikmatin party ini sama dia."

"Abang sendiri gimana?"

"Abang?" ulang Ragil memastikan dan mendapat anggukan dari Kinan. "Abang gak tahu."

Ragil bimbang. Dia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ditanya Kinan seperti itu. Otaknya mengatakan, kalau nanti Joe kembali Kinan akan lebih dekat dengan cowok itu, sementara itu hatinya merasakan rindu yang sangat dalam. Tidak dapat dipungkiri, sebenarnya hubungan mereka berdua itu juga sangat dekat.

"Yakin?" Kinan menatap lekat wajah Ragil. "Kinan kira abang kangen. Abang merasa ada yang hilang di bagian hidup abang."

Ragil menggeleng. Ini bukan saatnya memikirkan hal seperti itu. Sebaiknya mereka menikmati makanan dan pemandangan yang tersaji. "Udahlah, dek. Joe udah tenang di sana. Mending sekarang kita makan-makan sama yang lain."

Kinan mengangguk. Mereka —Kinan, Ragil, Raka, Dinar, Dio, dan Vano— mencari teman-temannya.

"Adek, sini!" Adi dengan semangat melambaikan tangannya begitu pandangannya melihat Kinan.

"Adek kita cantik banget," ucap salah satu dari anggota Valkyrie.

"Udah pasti lah," sahut yang lainnya.

"Kinan ada kejutan buat kalian," ucap Kinan. Mendengar itu, tentu mereka dibuat bingung tetapi juga senang. Apa kira-kira kejutan yang akan diberikan Kinan?

"Wih, apa tuh?" tanya Niel antusias.

Kinan tampak tersenyum tipis. Tidak berselang lama, seseorang yang tadi datang dengan memakai topi dan masker mendekati tempat mereka berkumpul. Dia berdiri diantara Kinan dan Ragil. Tangannya bergerak menepuk pundak Ragil.

"Tadi kata abang, abang pengen bareng-bareng lagi sama kak Joe," Kinan menatap laki-laki di sebelahnya dan berkata, "Buka, kak."

Laki-laki itu membuka topinya kemudian masker yang menutupi sebagian wajahnya. Dia menampilkan senyuman untuk menyapa teman-teman lamanya.

BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang