Seseorang harus diomeli karena sudah membuat Niena hampir terlambat, dan Niena tahu siapa orangnya. Tidak lain dan tidak bukan Kak Hanan.Awas saja kalo sampai motor sekupinya engga dimasukin bengkel pas Niena pulang nanti sore.
Yang penting sekarang adalah berjalan terburu-buru setengah berlari menuju gerbang yang dia tahu akan segera ditutup. Niena sudah akan berteriak supaya pak satpam SMAnya itu mau menungguinya, tapi niatannya itu terhenti begitu melihat seseorang turun di dekat gerbang dan berjalan menuju pak satpam yang tangannya sudah berada di gerbang, mau menariknya.
Kesempatan."Permisi pak, maaf. Mau nitip surat ijin adik saya-"
"Loh Johan bukan?"
"Loh bapak masih ingat saya?"
"Ya iya lah! Kapten basket yang paling semena-mena-"
"Enggak pak!"
"Adikmu sekolah di sini juga? kenapa dia?"
"Uh..."
Niena tidak sengaja bertatap mata dengannya, dan mungkin itulah kenapa Johan sedikit terdistraksi.
"EH Heh Heh! main masuk-masuk aja!! bentar Johan saya tutup setengah dulu gerbangnya.."
"Oh engga saya juga terburu-buru pak. Ini suratnya, anak kelas satu IPA 2, dia kemarin jatuh pas latihan basket, tangannya patah.."
"Oh Gitu. Aduh, bentar," Pak satpam menerima amplop dengan kop RSUD itu dengan satu tangan. Tangannya yang satu masih juga menempel di gerbang. "Neng Geulis!"
Niena tahu dia yang dimaksud, karena dia satu-satunya anak perempuan yang ((hampir)) telat. Makanya dia menoleh.
"Nitip ini surat ijin. Sekelas kan?"
"Minta tolong ya?"
Niena melihat surat ijin yang terlanjur dia terima itu dan mendongak melihat Johan yang sudah memakai helmnya lagi. Tersenyum dan sedikit menunduk.
'ganteng' hanya itu yang terlintas di kepalanya.Sementara pak satpam sudah bergerak menutup rapat gerbangnya, setelah Johan melesat pergi dengan Ducatinya.
"Sana atuh neng, keburu telat beneran, loh,"
Niena kembali menatap surat ijinnya itu dengan sedikit cemberut. Si kakak ganteng mantan kapten basket itu tadi bilangnya IPA2 kan?
"Ih si bapak, sok tahu. 'kan saya IPA1," ujarnya kemudian.
"ya udah nitip deh, sebelahan juga.." pak satpam yang malah ikut-ikutan bersungut-sungut. Beliau lanjut memasang tampang gahar sambil memasang tangannya di pinggang menghadapi murid-murid lain yang terlanjur tidak bisa melewati gerbang.
...
Berjalan pelan di belakang guru matematikanya, Niena akhirnya sampai di kelasnya sendiri.
Mana tadi dia juga sudah dicurigai oleh Pak Mustaffa, dikira kabur dari guru BA yang mau menskor murid-murid telat.
Tapi kan dia engga telat. Iya hampir, tapi kan perlu digaris bawahi, Enggak.
Untung Niena bisa memberi penjelasan jelas dengan bermodal surat ijin Jonathan.Ah iya, namanya Jonathan Kalingga, anak kelas sebelah. Niena sempat penasaran, jadi dia buka saja surat ijinnya saat berjalan menuju kelas tadi, amplopnya engga dilem, juga.
Jonathan, Johan. Kakak adik suka main basket, pasti Jonathan orangnya juga sama tinggi.
Huh. Niena menggendikan bahunya, meskipun sudah mengingat-ingat dengan keras, dia tidak bisa ingat orangnya yang mana. Niena kan emang orangnya ga pinter ngingat-ingat wajah orang, apalagi ini baru setengah semester, dia belum hafal dengan teman-teman baru di SMA.
Anak-anak IPA2 banyak yang ikut basket juga, banyak yang tinggi-tinggi. Besok juga Niena bakal tahu orangnya yang mana kalo Jonathan sudah berangkat.
...
"Kenapa hampir telat tadi, nin?" Yuyun bertanya. Nama aslinya Yuna, tapi karena ngeyel sukanya manggil nina, Niena membalasnya dengan memanggilnya dengan nama Yuyun.
Teman sebangkunya itu tadi memang sempat senyum-senyum melihat Niena yang berjalan mengendap-endap di belakang pak Mustaffa. Udah kecil, jalannya bungkuk-bungkuk, mana mukanya mengkeret jadi satu di hidung lagi.
Yuna tahu walaupun Niena anaknya supel dan ramah, tapi dia tidak suka jadi pusat perhatian, makanya saat semua mata teman sekelasnya tertuju padanya, pasti dia salting.
"Kak Hanan...!" Niena mulai mengomel. "Make motorku ga tahu kalo ternyata bocor, aku tadi tahunya pas berangkat, lah kok kempes. Mana bangunin dia susah banget, terus nganterinnya juga pelan-pelan banget padahal aja udah pake mogenya, naiknya susah banget pake rok pendek gini, bilang kalo dia masih ngantuk bahaya kalo ngebut, lah kan aku udah hampir telat..." seperti keran air bocor, Niena mengoceh dan membiarkan emosinya mengalir.
"Yang penting kan ga telat.. skorsmu masih nol kan?"
"Iya dong!!" Satu ambisi Niena di kelas satu ini, tidak mau dia mendapat skors karena dia ingin catatan rapornya berkilauan. "Tadi aku tuh menyusup!" Niena berkata sambil memperagakan dengan tangannya, suaranya juga jadi sedikit pelan.
Almina, yang duduk di sebelahnya mendengus, menutup mulutnya karena kuah baksonya hampir muncrat karena tertawa mendengar cerita Niena. "menyusup gimana?"
"kan pak satpam udah hampir nutup gerbang tuh, aku menyusup diantara bapaknya sama gerbangnya, kan ada celah setengah meter gitu.."
"kok bisa sih?"
"si bapak lagi ngomong sama, itu. Yang mau ngasih surat ijin. EH kalian tahu gak kapten basket namanya Johan?"
"Surat ijin?"
"kapten basket?"
Ketiganya meneruskan bercerita di kantin dengan beberapa teman Niena lainnya yang ikut bergabung, entah karena kepo dengan asiknya cerita mereka bertiga, atau Yuna yang memaksa bertanya pada teman cowo mereka tentang mantan kapten basket sma mereka itu.
...
Hi hello.
Pengen nulis yg pendek-pendek di sela yang panjang. Buat prokrastinasi haha.
Anyways, eunkook+minimal plot+ lebih sering update.
Votes ya hehe