Berjalan sambil menunggu yuyun menghitung dan membagi recehan kembalian mereka, nina memainkan hothotpop yang kini sudah tidak lagi berbentuk kaki.Dari kejauhan melihat siswa kelas sebelah yang berkerumun di sekitar Jonathan. Kalau nina tebak pasti anak basket lainnya, menyadari kalau anak-anak yang tinggi-tinggi itu ternyata bukan hanya dari kelas IPA2, ada yang dari IPS juga.
"Eh samaan.."
"Heuh?" yuyun menoleh mengira nina mengajaknya bicara.
"enggak, ini," nina jadi bingung sendiri, padahal kan cuma keceplosan bilang kalau dia dan jonathan sedang mengemut permen yang sama. "itu, anak-anak basket bukan sih, yun?"
"oh itu? iya kayanya. Ada mikail juga kan," yuyun menunjuk teman sekelasnya yang memang juga anak basket.
"tinggi-tinggi banget, coba.."
yuyun ngelirik nina sebentar sebelum asal banget bilang, "adek gausah takut ya, sini akak gandeng, ga bakalan kelelep kok, tenang aja oce?"
"iiih...!" nina tentu saja ga terima dan langsung main kejar-kejaran sama yuyun. yuyun belum pernah aja ngerasain beratnya bogemannya nina.
...
nina dan yuyun yang berlarian sambil teriak-teriak tentu saja menarik perhatian anak-anak basket yang lagi ngumpul. niatan awal mereka menanyai Jonathan, tapi malah nyuekin dia, ga sadar kalo Jonathan sempet senyum-senyum liatin nina yang marah-marah ngejar yuyun.
apalagi saat mikail yang nyeletuk 'dasar bocil' dan tidak disangka didengar oleh nina yang berbalik dan memasang wajah tidak terima, berjalan dua langkah dan lalu menabok lengan atas mikail dan sebelum mikail membalas langsung lari lagi.
"dih gemesin banget sumpah" yoga yang ikutan ketawa ga tahu kalau jadi target jutek Jonathan berikutnya.
"ck. kalian ga laper?"
"lu laper, jon? mau nitip gue beliin, apa gimana?" bima, yang Jonathan harus akui, beneran perhatian dengannya, bertanya.
Dia yang sengaja mengajak yoga buat nyamperin ke kelasnya meskipun mereka anak IPS. Dan yang pertama juga nanyain kabar Jonathan.
emang bima sih yang kemarin ikut nganterin Jonathan ke rumah sakit, dan sempet kena semprot bang johan juga.
"enggak."
"bentar, jadi lu beneran cuma jatuh?" mikail tadi ke kantin dulu, jadi kelewatan pas Jonathan cerita.
"hm."
kalo temen-temennya mulai sadar Jonathan mulai pelit ngomong, mereka ga bilang apa-apa.
"terus kakak kelas bilang apa?"
"..." Jonathan menggaruk belakang lehernya, sebenarnya sudah mulai malas membahas kejadian kemarin lusa
"biar si jon istirahat dulu aja, gitu," bima yang menjawab lagi.
jadi kemarin memang Jonathan dan Bima dan dua orang lain dari kelas satu yang hadir di sparing di sma sebelah. Yang lain ada sparing juga di sma yang lain lagi, karena bakal ada turnamen bentar lagi.
Jonathan sama ketiga yang lain dipilih karena mereka emang bibit-bibitnya skuad inti dan sma sebelah adalah musuh sma mereka yang paling kuat.
"kok mereka malah belum keliatan sih?"
"ya kan niatan semuanya mau jenguk ke rs hari ini, eh malah si jon udah berangkat," bima kembali menjelaskan. Jonathan mah tinggal ham-hem-ham-hem iyain aja.
"ga nyangka aja, padahal kayanya jatuhnya ga parah loh.."
"hm. posisi jatuhnya aja yang ga tahu gimana pas banget kena 'hik' pinggiran itu.." Jonathan akhirnya bicara.
"hik apaan jon?" yoga bertanya dengan santai, tapi malah mendapat tatapan ga santai dari Jonathan. kaya yoga salah banget gitu ga tahu bahasa dialek logat solonya Jonathan.
"itu loh, kaya tangga setapak pinggiran, itu.." dika yang menjawab melihat Jonathan yang cuma diam aja.
"terus lu jatuh itu pelan tapi sampe patah gitu, jon?" si mikail nanya lagi. bikin Jonathan kesel karena harus njelasin lagi dan lagi kalau tangannya ga patah. Cuma retak.
"m-mo kemana?"
"toilet."
"oh.."bima yang bertanya cuma bisa manggut-manggut. "perlu bantuan ga? pegangin ato... pas cuci tangan-"
"ngaco lo!" yoga yang gaplok kepala bima saat akhirnya menyadari Jonathan yang sudah berhenti jalan dan cuma meliriknya.
Oke, karena yoga udah ngegaplok bima, yoga udah dimaafin.
...
iya deh iya ngaku, aku ga seniat itu namain skuad 97 lainnya. haha.
kalian perlu visualnya ga? vote dulu ya tapi.